5174. KAJIAN KITAB RISALATU ADABI SULUKIL MURID [BAGIAN 10]

Karya : Al Habib Abdullah Alwi Al Haddad
فصْلٌ
واعلم -أيها المريدُ- أنَّ أوَّلَ الطريقِ صَبرٌ وآخرَها شكرٌ، وأوَّلَها عناءٌ وآخرَها هناءٌ، وأوَّلَها تعبٌ ونصَبٌ وآخرَها فتحٌ وكشفٌ ووصولٌ إلى نهايةِ الأرَبِ، وذلك معرفةُ اللهِ والوصولُ إليه والأنسُ به، و الوقوف في كريم حضرته مع ملائكته بين يديه، ومن أسَّس جميع أمورِه على الصبرِ الجميلِ؛ حصل على كلِّ خيرٍ، و وصلَ إلى كلِّ مأمولٍ وظفِرَ بكلِ مطلوبٍ.
Ketahuilah wahai murid, bahwasannya permulaan jalan untuk menuju Allah itu sabar, dan kesudahannya adalah syukur. Permulannnya adalah kesungguhan dan kesudahannya adalah kebahagiaan. Permulaannya adalah kepayahan dan kesudahannya adalah pintu akan terbuka, akan tersingkap segala rahasia dan akan tiba ke puncak cita-cita dan harapan yaitu ma’rifatullah Dan sampailah kehadirat Allah SWT, dan bermesra-mesra berada disisiNya bersama-sama para malaikat. Siapa saja menginginkan semua urusan dengan sabar yang sempurna, niscaya ia akan memperoleh segala kebaikan dan akan sampai pada semua cita-cita, dan tujuan, dan akan berjaya mendapatkan segala yang dihajatkan.
واعلم أن النفس تكون في أولِ الأمر أمَّارةً تأمرُ بالشرِّ وتنهى عن الخيرِ، فإن جاهدها الإنسان، وصَبرَ على مخالفةِ هواها؛ صارت لوَّامةً متلونةً لها وجهٌ إلى المطمئنةِ ووجهٌ إلى الأمارةِ فهي مرَّةً هكذا ومرَّةً هكذا، فإن رفَقَ بها وسار بها يقودُها بأزَمَّةِ الرَّغبةِ فيما عند اللهِ؛ صارت مطمئنةً تأمرُ بالخيرِ وتستلِذُّه وتأنسُ به، وتنهى عن الشرِّ وتنفِرُ عنه وتفِرُّ منه.
Ketahuilah bahwa nafsu itu awalnya ammarah bissu’, yakni menyuruh berbuat jahat dan melarang berbuat baik. Jika engkau menantangnya dengan kesabaran dan melawannya dengan gigih tidak menuruti tuntutan-tuntutan hawa nafsu, maka bertukarlah dengan nafsu lawwamah, yang selalu mencela kejahatan, dengan satu muka kederajat muthmainnah dan muka yang lain (lawannya) ke derajat amarah.
Sekali ia menyuruh berbuat jahat, sekali menyuruh berbuat baik. Ji­ka engkau mendapatkan taufiq dan hidayahNya, lalu memimpin nafsu tersebut ke jalan Allah SWT dengan pimpinan yang cenderung kepada apa yang ada disisi Tuhan-Nya (jalan yang di-ridhoiNYA), maka nafsu itu beralih lagi ke Muthmainnah yang selalu menyuruh berbuat baik dan merupakan kemesraan dan kelezatan yang penuh. Dan melarang berbuat jahat serta merasakan kebosanan dan kebencian terhadap maksiat kepada-Nya, karena nafsu Muthmainah-nya.
وصاحبُ النفسِ المطمئنةِ يعظُمُ تعَجُّبُه من الناسِ في إعراضِهِم عن الطاعاتِ مع ما فيها من الرَوْحِ والأنسِ واللَّذَّةِ، وفي إقبالِهم على المعاصي والشهواتِ مع ما فيها من الغمِ والوحشةِ والمرارةِ، ويحسبُ أنهم يجدون ويذوقون في الأمرينِ مثلَ ما يجدُ ويذوقُ، ثم يرجِعُ إلى نفسِه، ويذكرُ ما كان يجدُ من قبل في تناولِ الشهواتِ من اللذاتِ، وفي فعلِ الطاعاتِ من المراراتِ؛ فيعلمُ أنه لم يصل إلى ما هو فيه؛ إلا بمجاهدةٍ طويلةٍ ، وعنايةٍ من اللهِ عظيمةٍ.
Orang yang mempunyai nafsu mutmainnah ini akan merasakan ta’ajjub (kekaguman), apabila melihat setengah manusia yang selalu mengabaikan ketaatan dan beramal shaleh, padahal dalam ketaatan akan terisi perasaan-perasaan mesra, kelapangan dada, dan kelezatan. Sebaliknya mereka cenderung melakukan maksiat yang selalu menuruti hawa nafsunya (syahwat), padahal kemaksiatan terisi perasaaan-perasaan duka, sedih, pahit dan getir serta tidak tenteram (selalu gelisah).
Orang yang sudah mencapai tingkat nafsu mutmainnah itu menyangka bahwa mereka sudah tentu telah mencapai dan merasakan kedua-duanya keadaan tersebut. Sebagaimana ia pernah merasakannya, kemudian mulai sadar dan menyelidiki serta menasehati dirinya dengan mengingatkan dirinya dari segala yang pernah ia rasakan sebelum itu.
Dan ketika ia merasakan kelezatan dalam menurutkan kehendak hawa nafsu tersebut dan ketika ia merasakan pahit getirnya dalam menjalankan keta’atan. Maka barulah ia sadar bahwa ia tidak sampai ke tingkat ia berada di dalamnya kini, melainkan sesudah melalui perjuangan yang panjang dan pertolongan dari ‘Allah SWT yang agung.
فقد علمت أن الصبرَ عن المعاصي والشهواتِ، وعلى ملازمةِ الطاعاتِ هو الموَصِّل إلى كلِ خيرٍ، والمبلِغُ إلى كلِ مقامٍ شريفٍ، وحالٍ مُنيفٍ، وكيف لا وقد قال سبحانه وتعالى:” يا أيها الذينَ آمنوا اصبروا وصابِروا ورابِطوا واتقوا اللهِ لعلكُم تُفلِحون “.
وقال تعالى:” وتمَت كلمةُ ربِكَ الحسنى على بني إسرائيلَ بما صبِروا “.
وقال جلَّ شأنه :” وجَعلناهُم أئِمةً يهدونَ بأمرِنا لمّا صبَروا وكانوا بآياتِنا يُوقِنُون “.
و في الحديث : (( إنَّ أقلَّ ما أُوتيتم اليقينُ وعزيمةُ الصبر ، و من أُوتِيَ حظَّه منهما؛ فلا يبالي بما فاته من قيام الليل و صيام النهار )) .
Engkau telah tahu bahwa sabar da­lam menjauhi maksiat dan meninggalkan semua kehendak syahwat yang cenderung pada hal yang negatif, dan sabar dalam melazimkan diri untuk mengerjakan ketaatan, itulah yang akan menyampaikan anda kepada amal kebaikan, yang akan menjamin bagi dirimu memperoleh kedudukan yang mulia dan keistimewaannya di sisi Allah Ta’ala. Bukankah Allah berfirman : ” Wahai orang yang beriman bersabarlah kamu dan sempurnakan kesabaran itu dan pertegak kekuatan-mu serta patuhlah pada Allah SWT, semoga kamu beruntung.” (QS. Ali Imron : 200).
” Telah sempurna perkataan yang baik dari Tuhan untuk anak-anak Israil disebabkan kesabaran mereka” (QS. AlA’raf: 137).
” Dan kami jadikan di antara mereka itu beberapa pemimpin yang akan memberikan pimpinan dengan perintah kami, apabila mereka bersabar, dan mereka yakin akan keterangan-keterangan kami.”
Dalam Hadist Rasulullah : ” Diantara karunia-karunia yang sangat sedikit diberikan kepada kamu ialah sifat-sifat yakin dan keteguhan bersabar. barang siapa diberikan bagiannya dari keduanya maka tidak perduli apa yang terlewatkan dari qiyamullail dan puasa siang hari “. Wallohu a’lam. [Oleh : Ust.Nur Hamzah].

LINK ASAL :
www.fb.com/notes/1600742853281850/

Pos terkait