Kajian Ktab Risalatul Abadi Sulukil Murid ( Bagian 20 )

Kajian KItab Risalatul Abadi Sulukil
Kajian KItab Risalatul Abadi Sulukil Murid
Kajian KItab Risalatul Abadi Sulukil Murid ( Bagian 20 )

Karya : Al Habib Abdullah Alwi Al Haddad

تِمَّةٌ

وَإِذا أَردتَ -أيُّها المُريدُ-مِن شَيخِكَ أَمراً أَو بَدا لَكَ أَن تَسأَلَهُ عَن شَيءٍ فَلا يَمنَعُكَ إِجلالِهِ وَالتَّأدُّبُ مَعَهُ عَن طَلَبِهِ مِنهُ وَسُؤَالِهِ عَنهُ، وَتَسأَلُهُ المَرَّةَ وَالمرَّتينِ وَالثَّلاثَ، فَلَيسَ السُّكوتُ عَنِ السُّؤاَلِ وَالطَّلبِ مِن حُسنِ الأَدَبِ، اللَّهُمَّ إِلاَّ أَن يُشيرَ عَليكَ الشَّيخُ بِالسِّكوتِ وَيَأمُرَكَ بِتَركِ السُّؤالِ، فَعِندَ ذَلكَ يَجِبُ عَليكَ اِمتِثالُهُ.

Wahai murid, ketika engkau menghendaki suatu urusan dari gurumu atau engkau hendak menanyakan sesuatu maka keagungan gurumu dan kewajiban beradab kepadanya jangan sampai menahanmu dari mencari dan bertanya kepadanya. tanyakanlah kepada gurumu sekali, dua kali atau tiga kali . diam tidak mau bertanya dan mencari bukanlah adab yg baik kecuali jika gurumu memberikan isyarat untuk diam dan menyuruhmu untuk tidak bertanya, maka saat itu wajib bagimu untuk mengikuti perintahnya.

وَإِذا مَنعَكَ الشَّيخُ عَن أَمرٍ أَو قَدَّمَ عَليكَ أَحداً فَإِيَّاكَ أَن تَتَّهِمَهُ، وَلْتَكُن مُعتَقِداً أَنَّهُ قَد فَعَلَ مَا هُوَ الأَنفَعُ وَالأَحسنُ لَكَ، وَإذا وَقَع مِنكَ ذَنبٌ وَوَجدَ عَليكَ الشَّيخُ بِسَبَبِهِ فَبادِر بِالاِعتِذارِ إِليهِ مِن ذَنبِكَ حَتَّى يَرضَى عَنكَ.

Ketika gurumu mencegahmu dari suatu urusan atau mengajukan seseorang kepadamu maka janganlah mencurigainya, yakinlah bahwa dia melakukan hal yang lebih bermanfa’at dan lebih baik untukmu. Dan ketika engkau melakukan suatu dosa dan ternyata menurutmu yang menyebabkan hal itu adalah gurumu maka bergegaslah utk meminta ma’af kepadanya hingga dia meridloimu.

وَإِذا أَنكَرتَ قَلبَ الشَّيخِ عَليكَ كَأَن فَقَدتَ مِنهُ بِشراً كُنتَ تَأَلَفُهُ أَو نَحوَ ذَلكَ، فَحَدِّثهُ بِما وَقعَ لَكَ مِن تَخَوُّفِكَ تَغَيُّرَ قَلبِهِ عَليكَ فَلَعلَّهُ تَغَيَّرَ عَليكَ لِشيءٍ أَحدَثتَهُ فَتَتُوبَ عَنهُ، أَو لَعَلَّ الذِّي تَوَهَّمتَهُ لَم يَكُن عِندَ الشَّيخِ وَأَلقاهُ الشَّيطانُ إِليكَ لِيَسُوءَكَ بِهِ، فَإِذا عَرَفتَ أَنَّ الشَّيخَ رَاضٍ عَنكَ سَكَنَ قَلبُكَ بِخلافِ مَا إِذا لَم تُحَدِّثهُ وَسَكَتَّ بِمَعرِفةٍ منِكَ بِسلامةِ جِهَتِكَ.

Jika engkau mengingkari hati gurumu kepadamu, misalnya seperti hilangnya kegembiraan darinya atas keramahanmu kepadanya atau hal yg semisalnya, maka berbicaralah kepadanya tentang hal yg sedang terjadi kepadamu, yaitu perasaan khawatirmu atas berubahnya hati gurmumu kepadamu. maka mungkin saja hati gurumu berubah kepadamu karena suatu hal yg barusaja kau lakukan, jadi minta ma’aflah kepadanya, atau mungkin saja yang engkau sangka itu tidaklah terjadi kepada gurumu, hanya saja syetan yg menyebabkan hal itu agar engkau berprasangka buruk kepada gurumu, maka setelah itu kamu bisa mengetahui bahwa gurumu ridlo kepadamu dan hatimu menjadi tenang. Berbeda halnya jika engkau tidak membicaraknnya dengan gurumu dan engkau malah memilih diam dengan pengetahuan bahwa menurut sudut pandangmu kamu selamat darinya.

وَإِذا رَأيتَ المُريدَ ممُتَلِئاً بِتَعظِيمِ شَيخِهِ، وَإِجلالِهِ ، مُجتَمِعاً بِظاهِرِهِ وَبَاطِنهِ عَلى اِعتِقادِهِ، وَامتِثالِهِ ، وَالتَّأَدُّبِ بِآدابِهِ؛ فَلا بُدَّ أَن يَرِثَ سِرَّهُ ، أَو شَيئاً مِنهُ إِن بَقِيَ بَعدَهُ.

Ketika engkau melihat seorang murid yang dipenuhi dengan pengagungan kepada gurunya, yakin dhohir dan bathin kepada gurunya, melaksanakan perintah dan bertatakrama dengan tata krama gurunya, maka sudah pasti kelak akan mewarisi Sirr dari gurunya, atau sebagian Sirr dari gurunya itu jika ia masih hidup setelah gurunya. Wallohu a’lam. [Oleh : Ust.Nur Hamzah].
Demikian artikel Kajian KItab Risalatul Abadi Sulukil Murid ( Bagian 20 ). Semoga bermanfaat.

Sumber ini Ada disini

Pos terkait