Pertanyaan: Bagaimana Hukum Menamai Seseorang Dengan Nama “Tuhan”? Ini Jawabannya!
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Di Banyuwangi ada seorang muslim sekarang berumur 42 tahunan bernama Tuhan. Pertanyaannya : bagaimana hukumnya memberi / memakai nama tersebut? Sekian terimakasih. [Ubaidillah Hasan].
Jumat, 21 Agustus 2015 | 11:57 WIB
BANYUWANGI, KOMPAS.com — Tukang kayu asal Dusun Krajan, Desa Kluncing, Kecamatan Licin, Banyuwangi, ini mendadak tersohor dan banyak diperbincangkan karena bernama Tuhan. Ayah dua anak itu mengaku tidak mengetahui alasan bapak dan ibunya memberikan nama Tuhan kepada dirinya.
“Bapak dan ibu saya sudah meninggal. Nama kakak-kakak saya juga seperti orang kebanyakan,” ujar Tuhan ketika ditemui, Jumat (21/8/2015). Dia juga mengaku bahwa selama ini dirinya tidak merasa aneh dengan nama yang disandangnya.
“Hanya, beberapa minggu terakhir ini, banyak yang tanya nama saya yang sebenarnya. Mereka tidak percaya nama saya Tuhan. Ya sudah, saya kasih (lihat) KTP saya saja,” ungkapnya. Lelaki kelahiran 30 Juni 1973 itu menjelaskan, sebagian besar tetangganya menyebutnya “Toha”. Tuhan merupakan anak bungsu dari 7 bersaudara dari pasangan Jumhar dan Dawiyah. Saudara-saudaranya bernama Juni, Aisyah, Halifah, Ainan, Nasiah, dan Isroli.
“Saya asli Desa Kluncing sini,” ungkapnya.
Kedua anak perempuannya bernama Novita Sari dan Dwi Lestari. “Yang satu sudah menikah, dan satunya masih SD kelas VI,” ungkap Tuhan. Sementara itu, Husnul Hotimah, istri Tuhan, mengaku tidak masalah dengan nama unik yang disandang oleh suaminya. “Sama sekali tidak jadi beban. Sama orang-orang malah sering buat guyona. (Mereka bilang) bahwa saya menikah sama Tuhan dan rumah Tuhan ada di Desa Kluncing, Banyuwangi,” katanya sambil tersenyum.
Jawaban Atas Pertanyaan Bagaimana Hukum Menamai Seseorang Dengan Nama “Tuhan”? Ini Jawabannya!
Waalaikumsalam. Wr. Wb.
Yang tidak boleh itu memberi nama dengan nama yang khusus bagi ALLAH, namun etikanya sebaiknya namanya diganti atau ditambahkan kata Hamba di depannya, menjadi “Hamba Tuhan”. Lebih detail baca keterangan berikut :
Nama-nama yang diperbolehkan, dianjurkan dan dilarang digunakan
Pertanyaan : Assalamualaikum. Sebaiknya menamai anak yang paling bagus itu yang seperti apa ? Dan sebaiknya jangan menamai anak yang seperti apa agar tidak melanggar sunah ? Wassalam. ( Dari : Anita Raihan )
Jawaban : Wa’alaukum salam warohmatullohi wabarokatuh. Untuk lebih jelasnya, dibawah ini kami paparkan penjelasan mengenai hukum seputar pemberian nama kepada anak.
Nama-nama yang diperbolehkan dan disunahkan
Memberikan nama apapun bagi seorang anak itu diperbolehkan terkecuali nama-nama yang memang dilarang untuk dipergunakan oleh agama. Namun disunatkan untuk memberi nama dengan nama-nama yang memiliki arti yang bagus seperti “Harits” ( Orang yang mempelajari, menyelidiki, memahami, mengingat ) atau “Hamam” ( Orang yang bila punya cita-cita atau keinginan dilaksanakan ) berdasarkan sabda nabi ;
إِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِكُمْ، وَأَسْمَاءِ آبَائِكُمْ، فَأَحْسِنُوا أَسْمَاءَكُمْ
“Sesungguhnya kalian akan dipanggil nanti pada Hari Kiamat dengan nama-nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Maka, perbaguslah nama-nama kalian”. ( Sunan Abu Dawud, no.4948, Shohih Ibnu Hibban, no.5818, Sunan Ad-Daromi, no.2736, Musnad Ahmad, no.21693 dan As-Sunan Al-Kubro Lil-Baihaqi, no.19308 )
Berikut ini kami uraikan hukum-hukum seputar pemberian nama anak dengan nama-nama tertentu :
- Nama-nama Alloh
Para ulama’ sepakat tentang kesunatan memberikan nama pada seorang anak dengan nama hamba ( abdun) yang disandarkan pada nama-nama Alloh seperti “Abdulloh” (hamba Alloh), “Abdurrohman” ( Hamba dzat yang maha pengasih ) atau “Abdul Ghofur” ( Hamba dzat yang pemaaf ). Dan dari sekian banyak nama-nama Alloh tersebut nama yang paling disukai adalah “Abdulloh” dan “Abdurrohman”. Hal ini berdasarkan hadits nabi :
إِنَّ أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللهِ عَبْدُ اللهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ
“Sesungguhnya nama yang paling disukai oleh Alloh dari nama-nama kalian adalah Abdulloh dan Abdurrohman”. ( Shohih Muslim, no.2132 )
- Nama-nama para nabi
Ada satu pendapat yang dinisbatkan kepada Shohabat Umar bin Khottob rodhiyallohu ‘anhu yang menyatakan bahwa memberikan nama dengan nama-nama para nabi hukumnya makruh. Dalam kitab “Tuhfatul Maudud Fi Ahkamil Maulud” dijelaskan bahwa kemungkinan alasannya untuk menjaga agar nama-nama tersebut tidak direndahkan oleh orang yang mengucapkannya ketika marah semisal. Maksudnya, seumpama ada orang yang diberi nama “Ibrohim” yang kurang baik akhlaknya dan membuat orang lain marah karena ucapan atau tingkah lakunya, orang dibuat marah tadi memaki-makinya dengan ucapan “Ibrohim bejat” contohnya, hal tersebut dianggap merendahkan nama nabi, karena itu nama-nama nabi tidak usah dibuat nama seseorang demi menjaganya agar tidak diremehkan.
Dalam kitab “Tarikh Ibnu Khoitsamah” dikisahkan bahwa shohabat Tholhah rodhiyallohu ‘anhu mempunyai sepuluh orang anak yang kesemuanya diberi nama para nabi, sedangkan shohabat Az-Zubair bin Al-‘Awam memiliki sepuluh anak yang diberi nama-nama syuhada’ ( orang-orang yang mati syahid ). Suatu ketika saat mereka bertemu Tholhah berkata kepada Zubair ; “Aku memberi nama anak-anakku dengan nama-nama nabi sedangkan engkau memberi nama anak-anakmu dengan nama-nama syuhada’”, Zubair menjawab ; “Aku mengharap anak-anakku akan menjadi syuhada’ sedangkan engkau tidak berharap anak-anakmu menjadi nabi”.
Sedangkan menurut mayoritas ulama’ memberikan nama-nama para nabi diperbolehkan dan tidak makruh, sebagaimana diketahui bahwa Nabi Muhammad sendiri memberikan nama “Ibrohim” kepada salah satu putra beliau, begitu juga para sahabat memberikan nama-nama para nabi saat beliau masih hidup dan setelah beliau wafat. Dalam satu hadits diterangkan ;
تَسَمَّوْا بِأَسْمَاءِ الْأَنْبِيَاءِ، وَأَحَبُّ الْأَسْمَاءِ إِلَى اللَّهِ عَبْدُ اللَّهِ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ، وَأَصْدَقُهَا حَارِثٌ، وَهَمَّامٌ، وَأَقْبَحُهَا حَرْبٌ وَمُرَّةُ
“Buatlah nama sebagaimana nama para Nabi, nama yang paling disukai oleh Allah adalah Abdullah dan ‘Abdurrahman. Dan Yang paling benar adalah Hammam dan Harits dan yang paling jelek adalah Harb dan Murroh”. ( Sunan Abu Dawud, no.4950 ).
Dalam satu riwayat diterangakan ;
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ : إذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ أَخْرَجَ اللَّهُ تَعَالَى أَهْلَ التَّوْحِيدِ مِنْ النَّارِ وَأَوَّلُ مَنْ يَخْرُجُ مَنْ وَافَقَ اسْمُهُ اسْمَ نَبِيٍّ
“Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya beliau berkata : Pada hari kiamat nanti Alloh akan mengeluarkan orang-orang Islam dari neraka, dan yang pertama dikeluarkan adalah orang yang namanya menyamai nama nabi”.
Secara khusus juga terdapat hadits yang memperbolehkan memberikan nama seseorang dengan nama Nabi Muhammad Shollallohu alaihi wasallam ;
وُلِدَ لِرَجُلٍ مِنَّا غُلاَمٌ فَسَمَّاهُ القَاسِمَ، فَقَالُوا: لاَ نَكْنِيهِ حَتَّى نَسْأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «سَمُّوا بِاسْمِي وَلاَ تَكْتَنُوا بِكُنْيَتِي
“Seorang bayi telah dilahirkan untuk seseorang di antara kami, lalu dia memberinya nama al-Qasim, maka kami berkata, ‘Kami tidak akan memberikan kuniyah kepadamu Abu al-Qasim sampai kami bertanya kepada Rasulullah Shollollahu ‘alaihi wasallam , maka beliau bersabda, ‘Namakanlah anakmu dengan namaku, dan janganlah kalian memberikan nama dengan kunyahku”. ( Shohih Bukhori, no.6187 ).
Bahkan terdapat beberapa hadits dan riwayat yang menunjukkan keutamaan memberi nama seorang anak dengan nama Nabi Muhammad. Dalam satu hadits yang dalam kitab “Musnad Al-Harits bin Abu Usamah” nabi bersabda ;
مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثَةٌ مِنْ الْوَلَدِ وَلَمْ يُسَمِّ أَحَدَهُمْ بِمُحَمَّدٍ فَقَدْ جَهِلَ
“Barangsiapa yang mempunyai tiga orang anak dan tak satupun yang diberi nama “Muhammad” itu berarti satu kebodohan”.
Dalam kitab “Alkhosho’ish” karya syekh Ibnu Sab’ juga diriwayatkan ;
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ «أَنَّهُ إذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ نَادَى مُنَادٍ أَلَا لِيَقُمْ مَنْ اسْمُهُ مُحَمَّدٌ فَلْيَدْخُلْ الْجَنَّةَ كَرَامَةً لِنَبِيِّهِ مُحَمَّدٍصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Dari Ibnu Abbas, bahwasanya nanti pada hari kiamat akan ada yang mengumumkan bagi siapa saja yang bernama “Muhammad”, maka hendaklah masuk surga karena memuliakan nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wasallam”.
Imam Malik Rodhiyallohu ‘anhu berkata :
سَمِعْت أَهْلَ الْمَدِينَةِ يَقُولُونَ مَا مِنْ أَهْلِ بَيْتٍ فِيهِمْ اسْمُ مُحَمَّدٍ إلَّا رُزِقُوا رِزْقَ خَيْرٍ
“Aku mendengar penduduk madinah mengatakan bahwa jika dalam satu rumah ada orang yang bernama Muhammad, maka mereka semua akan diberi rizki yang baik”.
- Nama-nama Malaikat
Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ menjelaskan : “Menurut madzhab kita (madzhab syafi’i) dan jumhur ulama’ diperbolehkan memberi nama dengan nama-nama para nabi dan malaikat Sholawatullohi wasalamuhu ‘alaihim ajma’in dan tidak ditemukan pendapat yang berbeda mengenai masalah inikecuali Umar bin Al-Khottob yang melarang memberikan nama dengannama-nama nabi dan Hard bin Maskan yang menghukumi makruh memberi nama malaikat pada seseorang, dan diriwayatkan pula bahwa Imam Malik menghukumi makruh memberikan nama seseorang dengan nama Jibril dan Yasin.
Nama-nama yang dimakruhkan
- Nama-nama yang yang biasa dibuat untuk tathoyyur ( Meramal adanya suatu hal ) seperti “Robah” (keuntungan), “Aflah” (keberuntungan), Najah (Kesuksesan), “Yasar” (kemudahan), atau Nafi’ (orang yang bermanfaat) berdasarkan hadits nabi ;
لا تُسَمِّ غُلَامَكَ رَبَاحًا وَلَا يَسَارًا وَلَا أَفْلَحَ وَلَا نَافِعًا
“Janganlah kamu memberi nama anakmu dengan ‘Rabah’ (beruntung), ‘Yasar’ (Mudah), Aplah (paling beruntung), dan Nafi’ (bermanfaat)”. ( Shohih Muslim, no.2136 )
- Nama-nama yang pada umunnya tidak disukai. Seperti “Harb” (peperangan), “Murroh” (pahit), “Syihab” (Obor), “Khimar” (keledai), “Kalb” (anjing), “Dholim” (orang yang semena-mena) atau nama orang-orang dholim seperti “Fir’aun”. Diceritaan dalam satu hadits ;
عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِلَقْحَةٍ تُحْلَبُ مَنْ يَحْلُبُ هَذِهِ فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا اسْمُكَ فَقَالَ لَهُ الرَّجُلُ مُرَّةُ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْلِسْ ثُمَّ قَالَ مَنْ يَحْلُبُ هَذِهِ فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا اسْمُكَ فَقَالَ حَرْبٌ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْلِسْ ثُمَّ قَالَ مَنْ يَحْلُبُ هَذِهِ فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا اسْمُكَ فَقَالَ يَعِيشُ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ احْلُبْ
“Dari Yahya bin Sa’id bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata tentang unta yang hampir melahirkan lalu diperah susunya: “Siapa yang akan memerah susu ini?” Lalu berdirilah seorang laki-laki, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Siapa namamu?” laki-laki itu menjawab; “Aku Murrah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Duduklah! ” beliau bertanya lagi: “Siapakah yang akan memerah susu ini?” berdirilah seorang laki-laki. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Siapa namamu?” laki-laki itu menjawab, “Aku Harb.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Duduklah! ” beliau bertanya lagi: “Siapakah yang akan memerah susu ini?” lalu berdirilah seorang laki-laki. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Siapakah namamu?” laki-laki itu menjawab; “Ya’isy.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun kemudian berkata kepadanya: “Perahlah! “. ( Al-Muwaththo’, no.1540 ).
Nama-nama yang haromkan
Nama-nama yang diharomkan untuk diberikan kepada seseorang adalah nama-nam yang khusu bagi Alloh Subhanahu wata’ala seperti “Al-Kholiq” (dzat yang menciptakan), “Ar-Roziq” (dzat yang memberi rizqi), “Al-Quddus’ (dzat yang suci) atau nama-nama yang hanya layak digunakan untuk Alloh, seperti “Malikul Muluk” (raja dari semua raja), dan “Hakimul Hukkam” (penguasa dari segala penguasa).
Dalilnya adalah sabda nabi ;
أَخْنَى الأَسْمَاءِ يَوْمَ القِيَامَةِ عِنْدَ اللَّهِ رَجُلٌ تَسَمَّى مَلِكَ الأَمْلاَكِ
“Sehina-hinanya nama di sisi Allah pada hari Kiamat kelak adalah seseorang yang bernama Malikil Amlak (raja diraja)”. ( Shohih Bukhori, no.6205 ).
Menurut madzhab Hanbali diharomkan pula memberikan nama yang hanya layak disandang oleh Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wasallam seperti “Sayyidu waladi adam’ (tuan semua anak adam) dan “Sayyidun Nas” (tuan seluruh umat manusia). Diharomkan pula memberikan nama “Abdun” (hamba) yang disandarkan pada selain nama Alloh, seperti “Abdul Uzza” (hamba uzza, berhala orang-orang kafir quraisy) atau “Abdul Ka’bah” (hamba ka’bah). Wallohu a’lam. ( Oleh : Kudung Khantil Harsandi Muhammad, Mazz Rofii, الرحمن الألوى, Mbah Godek, Sunde Pati dan Siroj Munir )
Referensi :
- Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, Juz : 11 Hal : 331-335
- Al-Majmu’, Juz : 8 Hal : 436-437
- Mughnil Muhtaj, Juz : 6 Hal : 140-142
- Nihayatul Muhtaj, Juz : 8 Hal : 148
- Tuhfatul Muhtaj, Juz : 9 Hal : 373-374
- Tuhfatul Maudud Bi Ahkamil Maulud, Hal : 112
- Tuhfatul Maudud Bi Ahkamil Maulud, Hal : 127-128
Ibarot :
– Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, Juz : 11 Hal : 331-335
ما تستحب التسمية به من الأسماء
الأصل جواز التسمية بأي اسم إلا ما ورد النهي عنه مما سيأتي
وتستحب التسمية بكل اسم معبد مضاف إلى الله سبحانه وتعالى، أو إلى أي اسم من الأسماء الخاصة به سبحانه وتعالى؛ لأن الفقهاء اتفقوا على استحسان التسمية به. وأحب الأسماء إلى الله عبد الله وعبد الرحمن. وقال سعيد بن المسيب: أحبها إلى الله أسماء الأنبياء. والحديث الصحيح يدل على أن أحب الأسماء إليه سبحانه وتعالى: عبد الله وعبد الرحمن. ويدل لذلك ما أخرجه مسلم في صحيحه عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن أحب أسمائكم إلى الله عبد الله وعبد الرحمن. ولما أخرجه أبو داود في سننه عن أبي الجشمي رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: تسموا بأسماء الأنبياء، وأحب الأسماء إلى الله: عبد الله وعبد الرحمن، وأصدقها: حارث وهمام، وأقبحها: حرب ومرة –الى أن قال
وأما التسمية بأسماء الأنبياء فقد اختلف، الفقهاء في حكمها، فذهب الأكثرون إلى عدم الكراهة، وهو الصواب. قال صاحب تحفة المحتاج: ولا تكره التسمية باسم نبي أو ملك، بل جاء في التسمية باسم نبينا عليه الصلاة والسلام فضائل. ومن ذلك ما رواه العتبي أن أهل مكة يتحدثون: ما من بيت فيه اسم محمد إلا رأوا خيرا ورزقوا. وذكر صاحب كشاف القناع من الحنابلة: أنه يحسن التسمية بأسماء الأنبياء بل قال سعيد بن المسيب، كما تقدم النقل عنه: إنها أحب الأسماء إلى الله
وذهب آخرون إلى كراهة التسمية بأسماء الأنبياء، وقد نسب هذا القول إلى عمر بن الخطاب رضي الله عنه. قال صاحب تحفة المودود: ولعل صاحب هذا القول قصد صيانة أسمائهم عن الابتذال وما يعرض لها من سوء الخطاب، عند الغضب وغيره. وقال سعيد بن المسيب: أحب الأسماء إلى الله أسماء الأنبياء. وفي تاريخ ابن خيثمة: أن طلحة كان له عشرة من الولد، كل منهم اسمه اسم نبي، وكان للزبير عشرة كلهم تسمى باسم شهيد، فقال له طلحة: أنا سميتهم بأسماء الأنبياء، وأنت تسميهم بأسماء الشهداء، فقال له الزبير: فإني أطمع أن يكون بني شهداء، ولا تطمع أن يكون بنوك أنبياء
ويدل على جواز التسمية بأسماء الأنبياء ما أخرجه أبو داود في سننه عن أبي الجشمي قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: تسموا بأسماء الأنبياء
ويدل على جواز التسمية باسم نبينا محمد صلى الله عليه وسلم ما أخرجه البخاري في صحيحه عن جابر رضي الله عنه قال: ولد لرجل منا غلام فسماه القاسم، فقالوا: لا نكنيه حتى نسأل النبي صلى الله عليه وسلم فقال: سموا باسمي ولا تكنوا بكنيتي
ما تكره التسمية به من الأسماء
تكره تنزيها التسمية بكل اسم يتطير بنفيه، كرباح وأفلح ونجاح ويسار وما أشبه ذلك، فإن هذه الأسماء وما أشبهها يتطير بنفيها، فيما لو سئل شخص سمى ابنه رباحا: أعندك رباح؟ فيقول: ليس في البيت رباح، فإن ذلك يكون طريقا للتشاؤم. هذا وقد أخرج مسلم في صحيحه عن سمرة بن جندب رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا تسمين غلامك يسارا ولا رباحا ولا نجيحا ولا أفلح، فإنك تقول: أثم هو؟ فلا يكون، فيقول: لا. إلا أن ذلك لا يحرم لحديث عمر رضي الله عنه إن الآذن على مشربة رسول الله صلى الله عليه وسلم عبد يقال له: رباح وعن جابر رضي الله عنه أراد صلى الله عليه وسلم أن ينهى عن أن يسمى بيعلى وببركة وبأفلح وبيسار وبنافع وبنحو ذلك، ثم رأيته بعد سكت عنها، فلم يقل شيئا، ثم قبض رسول الله صلى الله عليه وسلم ولم ينه عن ذلك، ثم أراد عمر رضي الله عنه أن ينهى عن ذلك ثم تركه. وتكره التسمية أيضا بالأسماء التي تكرهها النفوس وتشمئز منها كحرب ومرة وكلب وحية
وقد صرح المالكية بمنع التسمية بكل اسم قبيح. قال صاحب مواهب الجليل: يمنع بما قبح كحرب وحزن وضرار
وقال صاحب مغني المحتاج: تكره الأسماء القبيحة، كشيطان وظالم وشهاب وحمار وكلب. إلخ
وذكر الحنابلة أنه تكره تسميته بأسماء الجبابرة كفرعون وأسماء الشياطين. وجاء في مطالب أولي النهى كراهية التسمية بحرب. هذا، وقد كان النبي عليه الصلاة والسلام يكره الاسم القبيح للأشخاص والأماكن والقبائل والجبال. أخرج مالك في الموطأ عن يحيى بن سعيد أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال للقحة تحلب: من يحلب هذه؟ فقام رجل، فقال له رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما اسمك، فقال له الرجل: مرة. فقال له رسول صلى الله عليه وسلم: اجلس. ثم قال: من يحلب هذه؟ فقام رجل، فقال له رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما اسمك؟ ، فقال: حرب. فقال له رسول الله صلى الله عليه وسلم: اجلس. ثم قال: من يحلب هذه؟ فقام رجل فقال له رسول الله صلى الله عليه وسلم ما اسمك؟ فقال: يعيش، فقال له رسول الله صلى الله عليه وسلم: احلب
التسمية بأسماء الملائكة
ذهب أكثر العلماء إلى أن التسمية بأسماء الملائكة كجبريل وميكائيل لا تكره. وذهب مالك إلى كراهة التسمية بذلك، قال أشهب: سئل مالك عن التسمي بجبريل، فكره ذلك ولم يعجبه. وقال القاضي عياض: قد استظهر بعض العلماء التسمي بأسماء الملائكة، وهو قول الحارث بن مسكين، وأباح ذلك غيره
ما تحرم التسمية به من الأسماء
تحرم التسمية بكل اسم خاص بالله سبحانه وتعالى، كالخالق والقدوس، أو بما لا يليق إلا به سبحانه وتعالى كملك الملوك وسلطان السلاطين وحاكم الحكام، وهذا كله محل اتفاق بين الفقهاء. وأورد ابن القيم فيما هو خاص بالله تعالى: الأحد، والصمد، والخالق، والرازق، والجبار، والمتكبر، والأول، والآخر، والباطن، وعلام الغيوب. هذا، ومما يدل على حرمة التسمية بالأسماء الخاصة به سبحانه وتعالى كملك الملوك مثلا: ما أخرجه البخاري ومسلم عن أبي هريرة رضي الله عنه – ولفظه في البخاري – قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: أخنى الأسماء يوم القيامة عند الله رجل تسمى ملك الأملاك. ولفظه في صحيح مسلم أغيظ رجل على الله يوم القيامة، أخبثه وأغيظه عليه: رجل كان يسمى ملك الأملاك، لا ملك إلا الله. وأما التسمية بالأسماء المشتركة التي تطلق عليه سبحانه وتعالى وعلى غيره فيجوز التسمي بها كعلي ورشيد وبديع. قال ابن عابدين: وظاهره الجواز ولو معرفا بأل. قال الحصكفي: ويراد في حقنا غير ما يراد في حق الله تعالى. وقال الحنابلة: تحرم التسمية بالأسماء التي لا تليق إلا بالنبي صلى الله عليه وسلم كسيد ولد آدم، وسيد الناس، وسيد الكل؛ لأن هذه الأسماء كما ذكر الحنابلة لا تليق إلا به صلى الله عليه وسلم. وتحرم التسمية بكل اسم معبد مضاف إلى غير الله سبحانه وتعالى كعبد العزى، وعبد الكعبة، وعبد الدار، وعبد علي، وعبد الحسين، أو عبد فلان. إلخ. كما صرح به الحنفية والشافعية والحنابلة
– Al-Majmu’, Juz : 8 Hal : 436-437
الثالثة : يستحب تحسين الاسم وأفضل الأسماء عبد الله وعبد الرحمن للحديث الذي ذكره المصنف. وعن جابر إن النبي صلى الله عليه وسلم قال لرجل (سم ابنك عبد الرحمن) رواه البخاري ومسلم, وعن أنس (أن النبي صلى الله عليه وسلم سمى ابن أبي طلحة عبد الله) رواه البخاري ومسلم وسمى صلى الله عليه وسلم ابنه إبراهيم, وعن أبي وهب الجشمي الصحابي رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم (تسموا بأسماء الأنبياء وأحب الأسماء إلى الله عبد الله وعبد الرحمن وأصدقها حارث وهمام وأقبحها حرب ومرة) رواه أبو داود والنسائي وغيرهما, وعن أبي الدرداء قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم (إنكم تدعون يوم القيامة بأسمائكم وأسماء آبائكم فاحسنوا أسمائكم) رواه أبو داود بإسناد جيد وهو من رواية عبد الله بن زيد بن إياس بن أبي زكريا عن أبي الدرداء والأشهر أنه سمع أبا الدرداء وقال البيهقي وطائفة لم يسمعه فيكون مرسلا
فرع : مذهبنا ومذهب الجمهور جواز التسمية بأسماء الأنبياء والملائكة صلوات الله وسلامه عليهم أجمعين ولم ينقل فيه خلاف إلا عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه أنه نهى عن التسمية بأسماء الانبياء وعن الحرد بن مسكن أنه كره التسمية بأسماء الملائكة وعن مالك كراهة التسمية بجبريل وياسين. دليلنا تسمية النبي صلى الله عليه وسلم ابنه إبراهيم وسمى خلائق من أصحابه بأسماء الأنبياء في حياته وبعده مع الأحاديث التي ذكرناها ولم يثبت نهي في ذلك عن النبي صلى الله عليه وسلم فلم يكره
الرابعة : تكره الأسماء القبيحة والأسماء التي يتطير بنفيها في العادة لحديث سمرة الذي ذكره المصنف وجاءت أحاديث كثيرة في الصحيح بمعناه فمن الأسماء القبيحة حرب ومرة وكلب وكليب وجري وعاصية ومغرية – بالغين المعجمة – وشيطان وشهاب وظالم وحمار وأشباهها وكل هذه تسمى بها ناس. ومما يتطير بنفيه هذه الألفاظ المذكورة في حديث سمرة وهي يسار ورباح ونافع ونجاح وبركة وأفلح ومبارك ونحوها والله أعلم
فرع :صح عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال (إن أخنع اسم عند الله رجل تسمى ملك الاملاك) وفي رواية (أخنا) وفي رواية (أغيظ رجل عند الله يوم القيامة وأخبثه رجل كان تسمى ملك الأملاك لا ملك إلا الله) رواه البخاري ومسلم إلا الرواية الآخرة فإنها لمسلم قال سفيان بن عيينة (ملك الاملاك مثل شاهان شاه) ثبت ذلك عنه في الصحيح قال العلماء معنى أخنع وأخنا أذل وأوضع وأرذل قالوا والتسمية بهذا الاسم حرام
– Mughnil Muhtaj, Juz : 6 Hal : 140-142
ويسن أن يحسن اسمه لخبر «إنكم تدعون يوم القيامة بأسمائكم وأسماء آبائكم فحسنوا أسماءكم» . وأفضل الأسماء عبد الله وعبد الرحمن لخبر مسلم «أحب الأسماء إلى الله تعالى عبد الله وعبد الرحمن زاد أبو داود وأصدقها حارث وهمام، وأقبحها حرب ومرة» وتكره الأسماء القبيحة، كشيطان وظالم وشهاب وحمار وكليب، وما يتطير بنفيه عادة، كنجيح وبركة لخبر «لا تسمين غلامك أفلح ولا نجيحا ولا يسارا ولا رباحا فإنك إذا قلت أثم هو؟ قال لا» ، ويسن أن تغير الأسماء القبيحة وما يتطير بنفيه لخبر مسلم «أنه – صلى الله عليه وسلم – غير اسم عاصية، وقال أنت جميلة» . وفي الصحيحين «أن زينب بنت جحش كان اسمها برة فقيل تزكي نفسها، فسماها النبي – صلى الله عليه وسلم – زينب» ، ويكره كراهة شديدة كما في المجموع التسمية بست الناس أو العلماء أو القضاة أو العرب لأنه كذب ولا تعرف الست إلا في العدد، ومراد العوام بذلك سيدة، ولا تجوز التسمية بملك الأملاك وشاهان شاه، ومعناه ملك الأملاك، ولا ملك الأملاك إلا الله، ونقل الأذرعي عن القاضي أبي الطيب التحريم في قاضي القضاة وأبلغ منه حاكم الحكام، وفي منهاج الحليمي جاء عن رسول الله – صلى الله عليه وسلم – أنه قال «لا تقولوا الطبيب وقولوا الرفيق فإنما الطبيب الله» وإنما سمي الرفيق، لأنه يرفق بالعليل وأما الطبيب فهو العالم بحقيقة الداء والدواء والقادر على الصحة والشفاء، وليس بهذه الصفة إلا الله تعالى، ولا تكره التسمية بأسماء الملائكة والأنبياء ويس وطه خلافا لمالك – رحمه الله تعالى – ففي تفسير القرطبي عند قوله تعالى {السلام المؤمن المهيمن} [الحشر: 23] عن ابن عباس أنه قال «إذا كان يوم القيامة أخرج الله تعالى أهل التوحيد من النار وأول من يخرج من وافق اسمه اسم نبي حتى إذا لم يبق فيها من وافق اسمه اسم نبي قال الله تعالى أنتم المسلمون وأنا السلام وأنتم المؤمنون وأنا المؤمن، فيخرجهم من النار ببركة هذين الاسمين» وفي كتاب الخصائص لابن سبع عن ابن عباس «أنه إذا كان يوم القيامة نادى مناد ألا ليقم من اسمه محمد فليدخل الجنة كرامة لنبيه محمد – صلى الله عليه وسلم -» وفي مسند الحارث بن أبي أسامة أن النبي – صلى الله عليه وسلم – قال «من كان له ثلاثة من الولد ولم يسم أحدهم بمحمد فقد جهل» وقال مالك سمعت أهل المدينة يقولون ما من أهل بيت فيهم اسم محمد إلا رزقوا رزق خير، قال ابن رشيد يحتمل أن يكونوا عرفوا ذلك بالتجربة أو عندهم في ذلك أثر، والتسمية بعبد النبي قد تجوز إذا قصد به التسمية لا النبي – صلى الله عليه وسلم – ومال الأكثرون إلى المنع منه خشية التشريك لحقيقة العبودية، واعتقاد حقيقة العبودية كما أنه لا يجوز التسمي بعبد الكعبة وعبد العزى قيل شهد رجل عند الحارث فقال له الحارث ما اسمك؟ قال جبريل فقال له الحارث قد ضاقت عليك أسماء بني آدم حتى تسميت باسم الملائكة فقال له الرجل قد ضاقت عليك الأسماء حتى تسميت باسم الشيطان، فإن اسمه الحارث
– Nihayatul Muhtaj, Juz : 8 Hal : 148
ويندب تحسين الأسماء وأحبها عبد الله ثم عبد الرحمن، ولا يكره اسم نبي أو ملك، بل جاء في التسمية بمحمد فضائل جمة، ويكره بقبيح كحرب ومرة وما يتطير بنفيه كيسار ونافع وبركة ومبارك، ويحرم بملك الملوك إذ لا يصلح لغيره تعالى، وكذا عبد الكعبة أو الدار أو علي أو الحسن لإيهام التشريك، ومثله عبد النبي على ما قاله الأكثرون، والأوجه جوازه لا سيما عند إرادة النسبة له – صلى الله عليه وسلم -، ويؤخذ من العلة حرمة التسمية بجار الله ورفيق الله ونحوهما لإيهامه المحذور أيضا، وحرمة قول بعض العوام إذا حمل ثقيلا الحملة على الله، ولا بأس باللقب الحسن إلا ما توسع فيه الناس حتى سموا السفلة بفلان الدين، ويكره كراهة شديدة بنحو ست الناس أو العرب أو القضاة أو العلماء لأنه من أقبح الكذب، ويحرم التكني بأبي القاسم مطلقا كما مر في الخطبة بما فيه مما يأتي مجيئه هنا
– Tuhfatul Muhtaj, Juz : 9 Hal : 373-374
يسن تحسين الأسماء وأحبها عبد الله وعبد الرحمن ولا يكره اسم نبي أو ملك بل جاء في التسمية بمحمد فضائل عليه ومن ثم قال الشافعي في تسمية ولده محمدا سميته بأحب الأسماء إلي وكأن بعضهم أخذ منه قوله معنى خبر مسلم «أحب الأسماء إلى الله عبد الله وعبد الرحمن» إنها أحبية مخصوصة لا مطلقة لأنهم كانوا يسمون عبد الدار وعبد العزى
فكأنه قيل لهم أحب الأسماء المضافة للعبودية هذان لا مطلقا لأن أحبها إليه كذلك محمد وأحمد إذ لا يختار لنبيه – صلى الله عليه وسلم – إلا الأفضل اهـ. وهو تأويل بعيد مخالف لما درجوا عليه وما علل به لا ينتج له ما قاله؛ لأن من أسمائه – صلى الله عليه وسلم – عبد الله كما في سورة الجن ولأن المفضول قد يؤثر لحكمة هي هنا الإشارة إلي حيازته لمقام الحمد وموافقته للمحمود من أسمائه تعالى كما مر ويؤيد ذلك أنه – صلى الله عليه وسلم – سمى ولده إبراهيم دون واحد من تلك الأربعة لإحياء اسم أبيه إبراهيم ولا حجة له في كلام الشافعي؛ لأن عدوله عن الأفضل لنكتة لا تقتضي أن ما عدل إليه هو الأفضل مطلقا
ومعنى كونه أحب الأسماء إليه أي بعد ذينك فتأمله ولا تغتر بمن اعتمده غير مبال لمخالفته لصريح كلامهم ويكره قبيح كشهاب وحرب ومرة وما يتطير بنفيه كيسار ونافع وبركة ومبارك ويحرم ملك الملوك؛ لأن ذلك ليس لغير الله تعالى وكذا عبد النبي أو الكعبة أو الدار أو علي أو الحسين لإيهام التشريك ومنه يؤخذ حرمة التسمية بجار الله ورفيق الله ونحوهما لإيهامه المحذور أيضا وحرمة قول بعض العامة إذا حمل ثقيلا الحملة على الله قال الأذرعي نقلا عن بعض الأصحاب ومثله قاضي القضاة وأفظع منه حاكم الحكام اهـ.
وما ذكره عن بعض الأصحاب يرده تجويز القاضي أبي الطيب الأول واستدلاله بتجويزهم الثاني لكن فيه نظر بالنسبة للأول بل الذي عليه الماوردي وغيره تحريمه وزعم القاضي أن المراد ملك ملوك الأرض بعيد؛ لأن اللفظ صريح في خلافه وأما الثاني فحله محتمل ثم أطبق العلماء وغيرهم عليه ويفرق بأن هذا أشهر في المخلوقين فقط بخلاف الأول وحاكم الحكام يتردد النظر فيه وإلحاقة بقاضي القضاة فيما ذكرناه أقرب ولا نسلم أن أفظعيته إن سلمت تقتضي تحريمه لأنه مع ذلك محتمل لا صريح بخلاف ملك الملوك ولما تسمى به وزير كان الماوردي أقرب الناس عنده فاستفتى عنه فأفتى بحرمته ثم هجره فسأل عنه وزاد في تقريبه
وقال لو كان يحابي أحدا لحاباني وقال الحليمي قال الحاكم في حديث «لا تقولوا الطبيب وقولوا الرفيق فإنما الطبيب الله» ووجهه بأنه رفيق بالعليل والطبيب العالم بحقيقة الداء والدواء والقادر على الشفاء اهـ. والأوجه حله إلا إن صح الحديث الذي ذكره بل مع صحته لا يبعد أن النهي للتنزيه لتجويزهم التسمية والوصف بغير لفظ الله والرحمن بل ظاهر هذا عدم الكراهة أيضا فإن سلمت اطردت في كل ما أشبه الطبيب في أنه لا يتبادر منه إلا الله وحده ولا بأس باللقب الحسن إلا ما توسع فيه الناس حتى سموا السفلة بفلان الدين ومن ثم قيل إنها الغصة التي لا تساغ ويكره كراهة شديدة نحو ست الناس أو العرب أو القضاة أو العلماء لأنه من أقبح الكذب ولا تعرف الست إلا في العدد ومرادهم سيدة ويحرم التكني بأبي القاسم مطلقا كما مر في الخطبة بما فيه مما ينبغي مجيئه هنا وأن الحرمة خاصة بالواضع أولا
– Tuhfatul Maudud Bi Ahkamil Maulud, Hal : 112
الفصل الثاني فيما يستحب من الأسماء وما يكره منها
عن أبي الدرداء قال قال رسول الله إنكم تدعون يوم القيامة بأسمائكم وبأسماء آبائكم فأحسنوا أسماءكم رواه أبو داود بإسناد حسن وعن ابن عمر قال رسول الله إن أحب أسمائكم إلى الله عز وجل عبد الله وعبد الرحمن رواه مسلم في صحيحه وعن جابر قال ولد لرجل منا غلام فسماه القاسم فقلنا لا نكنيك أبا القاسم ولا كرامة فأخبر النبي فقال سم ابنك عبد الرحمن – متفق عليه
وعن أبي وهب الجشمي قال قال رسول الله تسموا بأسماء الأنبياء وأحب الأسماء إلى الله عبد الله وعبد الرحمن وأصدقها حارث وهمام وأقبحها حرب ومرة قال أبو محمد بن حزم اتفقوا على استحسان الأسماء المضافة إلى الله كعبد الله وعب الرحمن وما أشبه ذلك فقد اختلف الفقهاء في أحب الأسماء إلى الله فقال الجمهور أحبها إليه عبد الله وعبد الرحمن قال سعيد بن المسيب أحب الأسماء إليه أسماء الأنبياء والحديث الصحيح يدل على أن أحب الأسماء إليه عبد الله وعبد الرحمن
– Tuhfatul Maudud Bi Ahkamil Maulud, Hal : 127-128 :
فصل : واختلف في كراهة التسمي بأسماء الأنبياء على قولين أحدهما أنه لا يكره وهذا قول الأكثرين وهو الصواب والثاني يكره قال أبو بكر بن أبي شيبة في باب ما يكره من الأسماء حدثنا الفضل بن دكين عن أبي جلدة عن أبي العالية تفعلون شرا من ذلك تسمون أولادكم أسماء الأنبياء ثم تلعنونهم وأصرح من ذلك ما حكاه أبو القاسم السهيلي في الروض فقال وكان من مذهب عمر بن الخطاب كراهة التسمي بأسماء الأنبياء قلت وصاحب هذا القول قصد صيانة أسمائهم عن الابتذال وما يعرض لها من سوء الخطاب عند الغضب وغيره وقد قال سعيد بن المسيب أحب الأسماء إلى الله أسماء الأنبياء وفي تاريخ ابن أبي خيثمة أن طلحة كان له عشرة من الولد كل منهم اسم نبي وكان للزبير عشرة كلهم تسمى باسم شهيد فقال له طلحة أنا أسميهم بأسماء الأنبياء وأنت تسمي بأسماء الشهداء فقال له الزبير فإني أطمع أن يكون بني شهداء ولا تطمع أن يكون بنوك أنبياء
وقد ثبت في صحيح مسلم عن أبي موسى قال ولد لي غلام فأتيت به النبي فسماه إبراهيم وحنكه بتمرة
وقال البخاري في صحيحه باب من تسمى بأسماء الأنبياء حدثنا ابن أيمن حدثنا ابن بشر حدثنا اسماعيل قال قلت لابن أبي أوفى رأيت إبراهيم ابن النبي مات صغيرا ولو قضي أن يكون بعد محمد نبي عاش ابنه ولكن لا نبي بعده ثم ذكر حديث البراء لما مات إبراهيم قال النبي إن له مرضعا في الجنة وفي صحيح مسلم باب التسمي بأسماء الأنبياء والصالحين ثم ذكر حديث المغيرة بن شعبة قال لما قدمت نجران سألوني فقالوا إنكم تقرؤون يا أختا هارون وموسى قبل عيسى بكذا وكذا فلما قدمت على رسول الله سألته عن ذلك فقال إنهم كانوا يسمون بأنبيائهم والصالحين قبلهمl
Saya melirik dulu pada kata dasarnya, Kata ‘tuhan’ ternyata berasal dari kata ‘tuan’ yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tidak lain berarti:
- orang tempat mengabdi,
- yang memberi pekerjaan,
- orang laki-laki yang patut dihormati. Singkatnya ‘tuan’ memiliki arti ‘yang ditinggikan‘ yang sepadan dengan pengertian kata ‘lord’ dalam bahasa Inggris.
Aslinya ummat muslim hanya mengenal kata ALLAH sebagai pencipta alam.
Kata ‘Tuhan’ merupakan kata asli produk Nusantara, bukan serapan dari bahasa asing. Pada umumnya, kata Tuhan diartikan sebagai dzat yang disembah (ilah اله), dlm masyarakat muslim Nusantara; Tuhan = Allah swt. Ummat Nasrani Nusantara juga menyebut Tuhan Allah dan Tuhan Yesus, Begitu juga dalam agama lain. Itu artinya bahwa kata tuhan tidak hanya dimiliki muslimin (Tuhan= الله).
Sependek pengetahuan saya, kata Tuhan berasal dr kepercayaan KAPITAYAN yang tersebar di Jawa barat.
○ Tu Han: sosok yang menjadi simbol kebaikan
- Han Tu: sosok yang menjadi simbol keburukan
○ Tu Ah: pengaruh positif dari sesuatu
- Tu Lah: pengaruh negatif
Tambahan dari :
– fathul mu’in :
ﻭاﻟﻠﻪ: ﻋﻠﻢ ﻟﻠﺬاﺕ اﻟﻮاﺟﺐ اﻟﻮﺟﻮﺩ ﻭﻫﻮ اﺳﻢ ﺟﻨﺲ ﻟﻜﻞ ﻣﻌﺒﻮﺩ ﺛﻢ ﻋﺮﻑ ﺑﺄﻝ ﻭﺣﺬﻓﺖ اﻟﻬﻤﺰﺓ ﺛﻢ اﺳﺘﻌﻤﻞ ﻓﻲ اﻟﻤﻌﺒﻮﺩ ﺑﺤﻖ ﻭﻫﻮ اﻻﺳﻢ اﻷﻋﻈﻢ ﻋﻨﺪ اﻷﻛﺜﺮ ﻭﻟﻢ
ﻳﺴﻢ ﺑﻪ ﻏﻴﺮﻩ ﻭﻟﻮ ﺗﻌﻨﺘﺎ.
– kitab tafsir rozy :
ﻗﺎﻝ ﺗﻌﺎﻟﻰ: ﻫﻞ ﺗﻌﻠﻢ ﻟﻪ ﺳﻤﻴﺎ [ﻣﺮﻳﻢ: 65] ﻭﺃﻃﺒﻘﻮا ﻋﻠﻰ ﺃﻥ اﻟﻤﺮاﺩ ﻣﻨﻪ ﻟﻔﻈﺔ «اﻟﻠﻪ» ﻭﺃﻣﺎ اﻷﻛﺜﺮﻭﻥ ﻓﻘﺪ ﺳﻠﻤﻮا ﻛﻮﻧﻬﺎ ﻟﻔﻈﺔ ﻋﺮﺑﻴﺔ، ﺃﻣﺎ اﻟﻘﺎﺋﻠﻮﺪ ﺗﺨﻠﺼﻮا ﻋﻦ ﻫﺬﻩ اﻟﻤﺒﺎﺣﺚ، ﻭﺃﻣﺎ اﻟﻤﻨﻜﺮﻭﻥ ﻟﺬﻟﻚ ﻓﻠﻬﻢ ﻗﻮﻻﻥ: ﻗﺎﻝ اﻟﻜﻮﻓﻴﻮﻥ: ﺃﺻﻞ ﻫﺬﻩ اﻟﻠﻔﻈﺔ ﺇﻻﻩ، ﻓﺄﺩﺧﻠﺖ اﻷﻟﻒ ﻭاﻟﻻﻡ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻟﻠﺘﻌﻈﻴﻢ، ﻓﺼﺎﺭ اﻹﻻﻩ، ﻓﺤﺬﻓﺖ اﻟﻬﻤﺰﺓ اﺳﺘﺜﻘﺎﻻ، ﻟﻜﺜﺮﺓ ﺟﺮﻳﺎﻧﻬﺎ ﻋﻠﻰ اﻷﻟﺴﻨﺔ، ﻓﺎﺟﺘﻤﻊ ﻻﻣﺎﻥ، ﻓﺄﺩﻏﻤﺖ اﻷﻭﻟﻰ ﻓﻘﺎﻟﻮا: «اﻟﻠﻪ» ﻭﻗﺎﻝ اﻟﺒﺼﺮﻳﻮﻥ ﺃﺻﻠﻪ ﻻﻩ، ﻓﺄﻟﺤﻘﻮا ﺑﻬﺎ اﻷﻟﻒ ﻭاﻟﻻﻡ ﻓﻘﻴﻞ: «اﻟﻠﻪ» ﻭﺃﻧﺸﺪﻭا: – ﻛﺤﻠﻔﺔ ﻣﻦ ﺃﺑﻲ ﺭﺑﺎﺡ … ﻳﺴﻤﻌﻬﺎ ﻻﻫﻪ اﻟﻜﺒﺎﺭ ﻓﺄﺧﺮﺟﻪ ﻋﻠﻰ اﻷﺻﻞ
– kitab ianatuttholibin :
Tidak akan kuwat seseorang menamai anak dengan nama ALLOH
(ﻗﻮﻟﻪ: ﻭﻟﻢ ﻳﺴﻢ ﺑﻪ ﻏﻴﺮﻩ) ﺃﻱ ﺑﻞ ﺳﻤﻰ ﻧﻔﺴﻪ ﺑﻪ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﻳﻌﺮﻓﻪ ﻟﺨﻠﻘﻪ، ﺛﻢ ﺃﻧﺰﻟﻪ ﻋﻠﻰ ﺁﺩﻡ ﻟﻴﻌﺮﻓﻪ ﻟﻬﻢ. ﻭﻳﺪﻝ ﻟﺬﻟﻚ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ: * (ﻫﻞ ﺗﻌﻠﻢ ﻟﻪ ﺳﻤﻴﺎ) * ﺃﻱ ﻫﻞ ﺗﻌﻠﻢ ﺃﻥ ﺃﺣﺪا ﻏﻴﺮ اﻟﻠﻪ ﺗﺴﻤﻰ ﺑﻬﺬا اﻻﺳﻢ؟. ﻭاﻻﺳﺘﻔﺎﻡ ﻟﻹﻧﻜﺎﺭ. (ﻭﻗﻮﻟﻪ: ﻭﻟﻮ ﺗﻌﻨﺘﺎ) ﺃﻱ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺴﺘﻄﻴﻊ ﺃﺣﺪ اﻟﺘﺴﻤﻴﺔ ﺑﻪ ﻭﻟﻮ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻪ اﻟﺘﻌﻨﺖ، ﺃﻱ اﻟﺘﺸﺪﺩ ﻭاﻟﺘﻌﺼﺐ. ﻗﺎﻝ ﻓﻲ اﻟﻘﺎﻣﻮﺱ: ﻋﻨﺘﻪ ﺗﻌﻨﻴﺘﺎ، ﺃﻱ ﺷﺪﺩ ﻋﻠﻴﻪ، ﻭﺃﻟﺰﻣﻪ ﻣﺎ ﻳﺼﻌﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﺩاﺅﻩ. ﻭﻳﻘﺎﻝ: ﺟﺎءﻩ ﻣﺘﻌﻨﺘﺎ ﺃﻱ ﻃﺎﻟﺒﺎ ﺯﻟﺘﻪ. اﻧﺘﻬﻰ.
Diceritakan ada seorang wanita menamai anaknya dengan nama “Alloh”lalu yang terjadi ada petir yang menyambar dan membakarnya.
ﻭﻳﺮﻭﻯ ﺃﻥ اﻣﺮﺃﺓ ﺳﻤﺖ ﻭﻟﺪﻫﺎ اﻟﻠﻪ ﻓﻨﺰﻟﺖ ﺻﺎﻋﻘﺔ ﻭﺃﺣﺮﻗﺘﻪ.
Wallohu a’lam. [Ghufron Bkl, Kang Dul, Akhbib Maulana, SandalKayu HilangSatu ].
Wallahu A’lam.
Demikian, semoga bermanfaat…
Sumber tulisan ada di sini
Silahkan baca artikel terkait