Pertanyaan: Benarkah Dengan Dzikir Hati Menjadi Tenang?
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Ustad yang semoga dimuliakan Alloh SWT. tanya Ustad, dalam Al Qur’an ada ayat yang mengatakn: dengan berdzikir hati menjadi tenang, pertanyaannya: kenapa kok dengan brdzikir hati menjadi tenang? terimakasih sbelumnya.
[Bambang Restu Setyo].
Jawaban atas pertanyaan Dengan Dzikir Hati Menjadi Tenang
Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Kenapa kok dengan berdzikir hati menjadi tenang? karena anugrah, pahala dan kedermawanan Allah.
Kitab tafsir al baghowi (4/316):
فإن قيل : أليس قد قال الله تعالى : ( إنما المؤمنون الذين إذا ذكر الله وجلت قلوبهم ) ( الأنفال – 2 ) فكيف تكون الطمأنينة والوجل في حالة واحدة ؟ قيل : الوجل عند ذكر الوعيد والعقاب ، والطمأنينة عند ذكر الوعد والثواب ، فالقلوب توجل إذا ذكرت عدل الله وشدة حسابه ، وتطمئن إذا ذكرت فضل الله وثوابه وكرمه .
Jika ditanyakan bukankah Allah berfirman dalam surat Al Anfal ayat 2: “Sesungguhnya orang-orang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka”. Bagaimana bisa tenang dan gemetar dalam satu keadaan?
Jawab: Gemetar adalah ketika disebut ancaman dan siksaan Allah, dan tenang adalah ketika disebut janji dan pahala Allah. Jadi, hati bergetar ketika keadilan dan hisab Allah yang berat di sebutdan hati tenang ketika anugrah, pahala dan kedermawanan Allah disebut.
Versi lain dari Imam Fakhruddin Ar Razi:
Ketahuilah bahwa kami punya 3 pembahasan lembut yang rumit mengenai firman Allah:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
” Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang.”
Yang maujud ada 3 bagian:
bisa memberi pengaruh dan tidak menerima pengaruh. Yakni Allah subhanahu wata’ala.
Bisa menerima pengaruh dan tidak bisa memberi pegaruh. Yakni jisim, karena jisim adalah dzat yang bisa menerima sifat yang bermacam-macam, pengaruh yang berlawanan dan dia tadi mempunyai khususiyah kecuali hanya menerima saja.
Bisa memberi pengaruh pada sesuatu dan bisa menerimai pengaruh dari sesuatu. Yakni perkara maujud yang ruhaniyah, hal itu disebabkan karena ketika maujud ruhaniyah menghadap kepada hadhrot ilahiyah maka bisa menerima pengaruh yang terpancar dari kehendak, kekuasan, kejadian dan penciptan-Nya, dan ketika maujud ruhaniyah ini menghadap pada alam ajsam maka dia ingin mempergunakan di dalamnya karena alam arwah mengatur alam ajsam.
Jika kau sudah mengetahui hal itu maka hati (maujud ruhani) ketika menghadap pada alam ajsam maka dia akan bergetar dan sangat condong untuk menguasai dan mempergunakannya, adapun jika hati menghadap pada hadrot ilahiyah maka akan hasil padanya cahaya-cahaya kekekalan dan penerangan ilahi, maka dari itulah hatinya menjadi tenang dan karena sebab inilah Allah berfirman: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang.”
Hati ketika telah sampai pada sesuatu maka dia akan menuntut lagi untuk berpindah pada sesuatu lain yang lebih mulia daripada itu karena tiada kebahagiaan di alam ajsam kecuali diatasnya masih ada tingkatan lain yang lebih nikmat. Adapun jika hati telah sampai pada tempat yang disediakan untuk pengetahuan-pengetahuan ilahiah dan penerangan-penerangan kekekalan maka hati menjadi tetap dan tenang, dia tdk akan mampu utyk berpindah darinya sama sekali karena disana sudah tidak ada lagi tingkatan kebahagiaan yang lebih tinggi dan lebih sempurna, maka karena makna inilah Allah berfirman: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang.”
Sesungguhnya eliksir ketika jatuh darinya setitik pada jisim tembaga maka tebaga tersebut berubah menjadi emas, tetap ada pada perputaran waktu dan zaman, sabar pada peleburan yang dihasilkan oleh api. Maka eliksir keagungan Allah ta’ala ketika terjatuh pada HATI lebih utama untuk merubahnya menjadi permata yang tetap, suci bersifat cahaya dan tidak menerima perubahan lagi, oleh karena inilah Allah berfirman: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang.”
Kitab tafsir Al Kabir:
واعلم أن لنا في قوله : ( ألا بذكر الله تطمئن القلوب ) أبحاثا دقيقة غامضة وهي من وجوه :
الوجه الأول : أن الموجودات على ثلاثة أقسام : مؤثر لا يتأثر ، ومتأثر لا يؤثر ، وموجود يؤثر في شيء ويتأثر عن شيء ، فالمؤثر الذي لا يتأثر هو الله سبحانه وتعالى ، والمتأثر الذي لا يؤثر هو الجسم ، فإنه ذات قابلة للصفات المختلفة والآثار المتنافية ، وليس له خاصية إلا القبول فقط ، وأما الموجود الذي يؤثر تارة ويتأثر أخرى ، فهي الموجودات الروحانية ؛ وذلك لأنها إذا توجهت إلى الحضرة الإلهية صارت قابلة للآثار الفائضة عن مشيئة الله تعالى وقدرته وتكوينه وإيجاده ، وإذا توجهت إلى عالم الأجسام اشتاقت إلى التصرف فيها ، لأن عالم الأرواح مدبر لعالم الأجسام.
وإذا عرفت هذا ، فالقلب كلما توجه إلى مطالعة عالم الأجسام حصل فيه الاضطراب والقلق والميل الشديد إلى الاستيلاء عليها والتصرف فيها ، أما إذا توجه القلب إلى مطالعة الحضرة الإلهية حصل فيه أنوار الصمدية والأضواء الإلهية ، فهناك يكون ساكنا ، فلهذا السبب قال : ( ألا بذكر الله تطمئن القلوب ) .
الوجه الثاني : أن القلب كلما وصل إلى شيء فإنه يطلب الانتقال منه إلى حالة أخرى أشرف منها ؛ لأنه لا سعادة في عالم الأجسام إلا وفوقها مرتبة أخرى في اللذة والغبطة ، أما إذا انتهى القلب والعقل إلى الاستسعاد بالمعارف الإلهية والأضواء الصمدية بقي واستقر ، فلم يقدر على الانتقال منه البتة ؛ لأنه ليس هناك درجة أخرى في السعادة أعلى منها وأكمل ؛ فلهذا المعنى قال ( ألا بذكر الله تطمئن القلوب ) .
والوجه الثالث في تفسير هذه الكلمة : أن الإكسير إذا وقعت منه ذرة على الجسم النحاسي انقلب ذهبا باقيا على كر الدهور والأزمان صابرا على الذوبان الحاصل بالنار ، فإكسير جلال الله تعالى إذا وقع في القلب أولى أن يقلبه جوهرا باقيا صافيا نورانيا لا يقبل التغير والتبدل ، فلهذا قال : ( ألا بذكر الله تطمئن القلوب ) .
Wallohu a’lam. Semoga bermanfaat.
[Nur Hamzah].
Sumber Baca Disini
Silahkan baca juga artikel terkait.