Hukum Gaji Pegawai Yang Sering Absen

Hukum Gaji Pegawai Yang Sering Absen

Pertanyaan: Bagaimana Hukum Gaji Pegawai Yang Sering Absen?

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Bismillaah. Sahabat yag dirahmati Allah, ijinkan alfaqir bertanya sesuatu dimana hal ini berhubungan dengan saya pribadi. Statuz saya itu adalah seorang perantau yang mencari sesuap nasi untuk keluarga. Di sini saya bekerja pada non muslim(cina) dalam peraturan pekerjaan yang dibuat oleh sang majikan. Dari segi waktu, para pekerja diharuskan berangkat pada jam 7:00 dan pulang kerja diharuskan 19:00 kalo dijumlah menjadi 10 jam di potong jam rehat 3 jam. Di samping itu ada tambahan kerja lembur 4 jam buat nambah-nambah sebagai uang makan cuma para pekerja kebanyakan tidak amanah dalam menjalankan aturan tersebut.

Bacaan Lainnya

Bila berangkat kerja kadang jam 8 kadang jam 8:30 pulangnya pun kadang jam 5 kadang jam 6. Nah sedangkan yang 4 jam tidak bekerja hanya kalau sudah mau gaji semua dikira kerja 14 jam. Pertanyaannya?
1. Apakah dengan tidak menjalankan amanah dalam peraturan dari sang majikan termasuk dosa sementara saya dan kawan kawan mempunyai kewajiban yang tidak boleh ditinggal yaitu sembahyang?
2. Apakah uang hasil kerja yang mengurangi waktu tersebut termasuk katagori uang haram?
Poro guru mohon dengan sangat atas jawaban antum semua. Sebelumnya saya ucapkan banyak terimakasih.

Jawaban atas pertanyaan Hukum Gaji Pegawai Yang Sering Absen

Wa’alaikum salam Wr. Wb.

Termasuk korupsi (mencuri) waktu, dan uang tersebut (yang tidak kerja tapi dibayar) itu haram. Untuk urusan Ibadah Sholat, alangkah baiknya minta waktu sejenak pada majikan untuk melakukan Sholat.

بغية المسترشدين ص 165(مسألة: ب): أخلّ الأجير بشيء مما استؤجر عليه، فإن كان لعذر ولم تمكنه استنابة من يقوم مقامه فينبغي أن لا يأثم، لكنه لا يستحق شيئاً مدة الإخلال ولو في النادر، إلا إن كان من المستثنيات شرعاً، أو استثنى عند العقد أو لغير عذر وأمكنه الاستنابة حيث جوّزناها بأن وردت الإجارة على الذمة فلم يستنب أثم.

Upah di hari yang tidak kerja hukumnya haram kecuali bosnya merelakan:

نهاية المحتاج ج ص 134

وَمَنْ أَعْطَى لِوَصْفٍ يَظُنُّ بِهِ كَفَقْرٍ أَوْ صَلَاحٍ أَوْ نَسَبٍ أَوْ عَلِمَ وَهُوَ فِي الْبَاطِنِ بِخِلَافِهِ أَوْ كَانَ بِهِ وَصْفٌ بَاطِنًا بِحَيْثُ لَوْ عَلِمَ لَمْ يُعْطِهِ حُرِّمَ عَلَيْهِ الْأَخْذُ مُطْلَقًا ، وَيَجْرِي ذَلِكَ فِي الْهَدِيَّةِ أَيْضًا فِيمَا يَظْهَرُ ، بَلْ الْأَوْجَهُ إلْحَاقُ سَائِرِ عُقُودِ التَّبَرُّعِ بِهَا كَوَصِيَّةٍ وَهِبَةٍ وَنَذْرٍ وَوَقْفٍ

حاشيتا قليوبى وعميرة ج 3 ص 204

فَصْلٌ صَدَقَةُ التَّطَوُّعِ سُنَّةٌ لِمَا وَرَدَ فِيهَا مِنْ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ ، ( وَتَحِلُّ لِغَنِيٍّ وَكَافِرٍ ) قَالَ فِي الرَّوْضَةِ يُسْتَحَبُّ لِلْغَنِيِّ التَّنَزُّهُ عَنْهَا وَيُكْرَهُ لَهُ التَّعَرُّضُ لِأَخْذِهَا وَفِي الْبَيَانِ لَا يَحِلُّ لَهُ أَخْذُهَا مُظْهِرَ الْفَاقَةِ ، وَهُوَ حَسَنٌ وَفِي الْحَاوِي الْغَنِيُّ بِمَالٍ ، أَوْ بِصَنْعَةٍ سُؤَالُهُ حَرَامٌ ، وَمَا يَأْخُذُهُ حَرَامٌ عَلَيْهِ انْتَهَى.

قَوْلُهُ : ( وَمَا يَأْخُذُهُ حَرَامٌ عَلَيْهِ ) أَيْ عِنْدَ شَيْءٍ مِمَّا تَقَدَّمَ ، أَوْ عِنْدَ فَقْدِ صِفَةٍ أَعْطَى لِأَجْلِهَا قَالَ شَيْخُنَا : وَحَيْثُ حَرُمَ لَا يَمْلِكُ مَا أَخَذَهُ ، وَيَجِبُ رَدُّهُ إلَّا إذَا عَلِمَ الْمُعْطِي بِحَالِهِ فَيَمْلِكُهُ ، وَلَا حُرْمَةَ إلَّا إنْ أَخَذَهُ بِسُؤَالٍ أَوْ إظْهَارِ فَاقَةٍ فَيَمْلِكُهُ مَعَ الْحُرْمَةِ ، وَفِي شَرْحِ شَيْخِنَا وَحَيْثُ أَعْطَاهُ عَلَى ظَنِّ صِفَةٍ وَهُوَ فِي الْبَاطِنِ بِخِلَافِهَا وَلَوْ عَلِمَ بِهِ لَمْ يُعْطِهِ لَمْ يَمْلِكْ مَا أَخْذَهُ ، ثُمَّ قَالَ : وَيَجْرِي ذَلِكَ فِي سَائِرِ عُقُودِ التَّبَرُّعِ كَهِبَةٍ وَهَدِيَّةٍ وَوَقْفٍ وَنَذْرٍ وَوَصِيَّةٍ فَرَاجِعْهُ .

Wallohu a’lam. Semoga bermanfaat.

[Ghufron Bkl]

Sumber Baca Disini
Silahkan baca juga artikel terkait.

Pos terkait