Hukum Mengucapkan “Selamat Ulang Tahun”

Hukum Mengucapkan “Selamat Ulang Tahun”

Pertanyaan: Bagaimana Hukum Mengucapkan “Selamat Ulang Tahun”?

Asslamu ‘alaikum Wr. Wb.

Jika ada suatu masalah yang baru namun tidak merujuk kepada ulama yang kompeten, maka pasti jawabannya bidah. Hanya dengan modal menghafal  hadits “bidah” dan hadits “Barang siapa menyerupai suatu kaum…” sudah cukup menjadi sosok selevel Mufti.  Termasuk diantaranya masalah ucapan selamat ulang tahun, HBD (happy birth day), baraka Allahu fi umrik dan sebagainya. Benarkah dilarang?

Bacaan Lainnya

Jawaban atas pertanyaan Hukum Mengucapkan “Selamat Ulang Tahun”

Dalil Mengucapkan Selamat

Para ulama ahli hadits menjadikan hadits sahih berikut sebagai dasar Tahniah atau ucapan selamat:

  ﻭﺁﺫﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺑﺘﻮﺑﺔ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺣﻴﻦ ﺻﻠﻰ ﺻﻼﺓ اﻟﻔﺠﺮ،  ﻓﺬﻫﺐ اﻟﻨﺎﺱ ﻳﺒﺸﺮﻭﻧﻨﺎ … ﻭاﻧﻄﻠﻘﺖ ﺇﻟﻰ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ،  ﻓﻴﺘﻠﻘﺎﻧﻲ اﻟﻨﺎﺱ ﻓﻮﺟﺎ ﻓﻮﺟﺎ، ﻳﻬﻨﻮﻧﻲ ﺑﺎﻟﺘﻮﺑﺔ، ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ: ﻟﺘﻬﻨﻚ ﺗﻮﺑﺔ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻚ  (رواه البخاري)

Rasulullah SAW. memberi  tahu kepada kami tentang diterimanya taubat saat Subuh… Saya (Ka’b bin  Malik) berjalan menuju Rasulullah SAW. lalu  para Sahabat menemui saya secara berkelompok seraya mengucapkan  selamat. Mereka berkata: “Selamat atas diterimanya taubatmu oleh Allah”  (HR al-Bukhari).

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:

 ﻭﻓﻴﻬﺎ  ﻣﺸﺮﻭﻋﻴﺔ ﺳﺠﻮﺩ اﻟﺸﻜﺮ ﻭاﻻﺳﺘﺒﺎﻕ ﺇﻟﻰ اﻟﺒﺸﺎﺭﺓ ﺑﺎﻟﺨﻴﺮ ﻭﺇﻋﻄﺎء اﻟﺒﺸﻴﺮ ﺃﻧﻔﺲ ﻣﺎ  ﻳﺤﻀﺮ اﻟﺬﻱ ﻳﺄﺗﻴﻪ ﺑﺎﻟﺒﺸﺎﺭﺓ ﻭﺗﻬﻨﺌﺔ ﻣﻦ ﺗﺠﺪﺩﺕ ﻟﻪ ﻧﻌﻤﺔ ﻭاﻟﻘﻴﺎﻡ ﺇﻟﻴﻪ ﺇﺫا ﺃﻗﺒﻞ “

Di dalam hadis tersebut disyariatkan sujud Syukur, bergegas memberi  kabar baik, mengabarkan kepada orang tersebut dengan cara yang terbaik,  dan ucapan selamat kepada orang yang baru mendapatkan nikmat, serta  berdiri jika ia menyambut” (Fathul Bari Syarah Sahih al-Bukhari 8/124).

Atsar Mengucapkan Selamat Atas Kelahiran Anak Al-Hafidz As-Suyuthi dalam kitabnya Wushul al-Amani fi Ushul at-Tahani  (1/94) menyebut ada banyak bentuk ucapan selamat, baik Ramadlan, Hari  Raya, setelah perang, pernikahan, termasuk juga kelahiran:

ﻭﺃﺧﺮﺝ  اﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ ﻓﻲ اﻟﺪﻋﺎء ﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ اﻟﺴﺮﻱ ﺑﻦ ﻳﺤﻴﻰ ﻗﺎﻝ: ﻭﻟﺪ ﻟﺮﺟﻞ ﻭﻟﺪ ﻓﻬﻨﺄﻩ ﺭﺟﻞ  ﻓﻘﺎﻝ: ﻟﻴﻬﻨﻚ اﻟﻔﺎﺭﺱ، ﻓﻘﺎﻝ اﻟﺤﺴﻦ اﻟﺒﺼﺮﻱ: ﻭﻣﺎ ﻳﺪﺭﻳﻚ؟ ﻗﻞ: ﺟﻌﻠﻪ اﻟﻠﻪ ﻣﺒﺎﺭﻛﺎ  ﻋﻠﻴﻚ ﻭﻋﻠﻰ ﺃﻣﺔ ﻣﺤﻤﺪ، ﻭﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ ﺣﻤﺎﺩ ﺑﻦ ﺯﻳﺪ ﻗﺎﻝ: ﻛﺎﻥ ﺃﻳﻮﺏ ﺇﺫا ﻫﻨﺄ ﺭﺟﻼ  ﺑﻤﻮﻟﻮﺩ ﻗﺎﻝ: ﺟﻌﻠﻪ اﻟﻠﻪ ﻣﺒﺎﺭﻛﺎ ﻋﻠﻴﻚ ﻭﻋﻠﻰ ﺃﻣﺔ ﻣﺤﻤﺪ.

Ath-Thabrani meriwayatkan dalam kitab ad-Dua’ dari jalur as-Sari bin Yahya, ia berkata: “Seorang memiliki anak, lalu yang lain mengucapkan: “Selamat atas  kelahiran penunggang kuda”. Hasan al-Bashri berkata: “Dari mana kamu  tahu? Katakanlah semoga Allah menjadikan anakmu sebagai berkah bagimu  dan umat Muhammad”.

Dari jalur Hammad bin Zaid, ia berkata: “Jika  Ayyub mengucapkan kelahiran anak, ia ucapkan semoga Allah menjadikan  anakmu sebagai berkah bagimu dan umat Muhammad”.

Ijtihad Ulama Tentang Doa Panjang Umur Syaikh Abdul Hamid asy-Syarwani berkata:

 ﻭﺃﻣﺎ اﻟﺘﺤﻴﺔ ﺑاﻟﻄﻠﺒﻘﺔ ﻭﻫﻲ ﺃﻃﺎﻝ اﻟﻠﻪ ﺑﻘﺎءﻙ ﻓﻘﻴﻞ: ﺑﻜﺮاﻫﺘﻬﺎ، ﻭاﻷﻭﺟﻪ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ  ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ اﻷﺫﺭﻋﻲ ﺇﻧﻪ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ اﻟﺪﻳﻦ ﺃﻭ اﻟﻌﻠﻢ، ﺃﻭ ﻣﻦ ﻭﻻﺓ اﻟﻌﺪﻝ  ﻓﺎﻟﺪﻋﺎء ﺑﺬﻟﻚ ﻗﺮﺑﺔ ﻭﺇﻻ ﻓﻤﻜﺮﻭﻩ اﻩـ ﻣﻐﻨﻲ ﺯاﺩ اﻷﺳﻨﻰ ﺑﻞ ﺣﺮاﻡ اﻩـ.

Adapun penghormatan dengan Thalbaqah, yaitu doa “Semoga Allah  memanjangkan umurmu”, dikatakan makruh. Pendapat yang kuat adalah yang disampaikan al-Adzra’i, yaitu (ditafsil/ diperinci):

Jika  disampaikan kepada orang yang ahli ibadah, ahli ilmu, atau pemimpin yang adil maka sunah.

Jika tidak maka makruh. Syaikh Zakaria Al-Anshari  menambahkan haram” (Hawasyai asy-Syarwani 9/229).

Jika masih ditemukan pendapat para ulama yang ahli di bidang ijtihad, mengapa langsung memvonis tasyabbuh dengan orang kafir?

Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.

[Santrialit].

Sumber Baca Disini
Silahkan baca juga artikel terkait.

Pos terkait