Jasad dan Kafan Kiai Zubair Salatiga Masih Utuh Saat Terkena Banjir Besar.
Kiai Zubair Umar al-Jailani lahir di Bojonegoro tahun 1908. Pernah nyantri di Termas Pacitan, Simbang Kulon Pekalongan, hingga Tebuireng Jombang. Saat mondok di Tebuireng inilah Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari menjodohkannya dengan putri seorang sahabat di Salatiga.
Setelah itu lanjut ngaji ke Hijaz, Syam, hingga berakhir di Al-Azhar, Kairo. Bersama sang istri. Di sana beliau sempat menjadi pengajar ilmu falak. Sangkin alimnya, saat mengajar beliau tidak memakai kitab acuan. Justru catatan-catatan murid-muridnya atas kajian beliau selama di kelas kemudian dikumpulkan, lalu disusun menjadi kitab berjudul Al-Khulashah al-Wafiyyah, yang merupakan rujukan ilmu falak hingga hari ini.
Setelah pulang ke Tanah Air, beliau aktif di NU, pengadilan agama, juga pernah menjabat rektor IAIN Walisongo Semarang. Beliau wafat tahun 1990 dan dimakamkan di Kauman, Salatiga. Delapan tahun setelah wafat, terjadi banjir besar yang merusak area pemakaman, termasuk makam beliau. Saat itu nampak jasad dan kafan beliau masih utuh, bersih.
Keterengan: Foto Mbah Zubair hasil unduh di web Suara Salatiga (kiri) dan foto yang sama setelah dipoles di app Remini (kanan).
Penulis: Zia Ul Haq.
*Melengkapi tulisan Jasad dan Kafan Kiai Zubair Salatiga Masih Utuh Saat Terkena Banjir Besar, silahkan menikmati video tentang kisah Kiai Maimoen Zubair berikut ini.