Menyingkap Rahasia Ilahi. Mutiara karya Syeikh Abdul Qodir Al-Jailany R.A.
Bagian Ke- 41
Kusajikan sebuah perumpamaan untuk dijadikan bahan renungan: Katakanlah bahwa ada seorang raja yang telah melantik seorang biasa menjadi gubernur untuk memerintah di suatu bandar. Orang itu diberi pakaian kerajaan dengan bendera, panji-panji, gendang kerajaan dan sepasukan tentara yang cukup lengkap. Masa pun berlalu. Akhirnya ia mengira bahwa kedudukan atau keadaan itu akan kekal, sehingga timbullah rasa bangga dan sombongnya. Ia lupa kepada keadaannya sebelum ia dilantik menjadi gubernur dahulu.
Kemudian, karena bangga dan sombongnya itu, maka jabatannya itu dicabut oleh raja. Ia dimintai pertanggungjawabannya di depan raja dan dimintai keterangannya tentang sebab ia melakukan kesalahan itu. Akhirnya ia diputuskan bersalah, lalu dipenjarakan dan menyesallah ia berada di dalam penjara yang sempit dan gelap. Karena lamanya ia berada di dalam penjara, maka perasaan bangga dan sombongnya itupun hilang. Hatinya luluh dan api hawa nafsunya pun padam.
Kemudian, semua keadaannya ini diketahui oleh raja dan lama kelamaan raja itupun merasa kasihan kepadanya. Ia dilepaskan dari penjara, dan raja itu menyerahkan kembali jabatan yang pernah dipegangnya dahulu untuk menjadi gubernur di bandar yang lain, sebagai hadiah dari raja itu. Setelah itu, ia tetap memangku jabatan gubernur dengan keadaan baik hati dan tidak lagi berperangai buruk seperti dahulu. Akhirnya, ia menjadi orang yang baik dan bersih.
Demikianlah perumpamaan seorang mu’min dengan Allah yang membawa mu’min dekat dengan-Nya dan menjadi orang pilihan-Nya. Dibukanya pintu hati si mu’min itu untuk menerima kasih sayang dan karunia-Nya. Maka tampaklah oleh si mu’min itu dengan mata hatinya sesuatu yang tidak tampak oleh mata kepala, dan didengarnya dengan telinga hatinya sesuatu yang tidak pernah didengar oleh telinga kepala.
Terlihat olehnya perkara-perkara ghaib dari kerajaan Tuhan Yang Maha Besar, yang meliputi langit dan bumi dan sebagainya. Semakin dekatlah ia kepada Allah. Shalat dan doanya diterima oleh Allah. Ia dikaruniai kasih sayang dan perkataan yang baik-baik dan manis dari Allah.
Dengan karunia-Nya pula, maka ilmu-ilmu-Nya yang pelik-pelik akan dapat ia ketahui. Allah akan menyempurnakan karunia-Nya kepada si Mu’min itu, baik dari segi batiniah maupun dari segi lahiriah seperti kesehatan badan, minuman, pakaian, makanan, istri yang baik dan perkara-perkara yang halal serta sesuai dengan peraturan dan ketentuan Allah.
Jadi, Allah akan menetapkan keadaan ini kepada hamba-Nya yang beriman dan dekat kepada-Nya, untuk beberapa masa lamanya, sampai si hamba itu merasa selamat dan kekal dalam keadaan itu. Setelah itu, Allah akan mendatangkan malapetaka, kesusahan hidup dan bencana kepadanya. Sehingga, si hamba itupun merasa sedih, heran, hatinya menjadi remuk dan ia terputus dari hubungannya dengan orang-orang segolongannya. dan jika ia melihatnya dengan hati dan batinnya saja, maka ia melihatnya sebagai sesuatu yang mendukacitakannya.
Jika ia meminta kepada Allah untuk melenyapkan kesusahan yang tengah dihadapinya itu, maka Allah tidak akan menerimanya. Jika ia melihat keadaan itu dari segi lahirnya saja, maka ia akan melihatnya sebagai suatu kejahatan yang menimpanya; jika ia meminta janji-janji yang baik, maka ia tidak akan mendapatkannya dengan segera; jika ia berjanji tentang sesuatu, maka ia tidak akan diberitahukan tentang hasilnya; jika ia memimpikan sesuatu, maka ia tidak dapat mengetahui maksudnya; dan jika ia hendak bergabung kembali dengan orang-orang segolongannya, maka iapun tidak dapat melakukannya. Pendek kata, segalanya telah tertutup baginya dan doanya tidak lagi diterima.
Sehingga dengan demikian, dirinya menjadi hancur, hawa nafsunya menjadi hilang dan lenyaplah niat serta cita-citanya. Segalanya telah kosong baginya. Untuk sementara, keadaan ini akan terus berlangsung dan mungkin penderitaannya itu akan diperhebat lagi. Sehingga sampailah masanya, bila ia merasakan tabiat-tabiat dan sifat-sifat kemanusiaannya hilang setahap demi setahap yang akhirnya ia tinggal mempunyai ruh saja, maka ia akan mendengar suara batinnya memanggil, “. (Allah berfirman), “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” (QS 38:42). Ayat ini difirmankan kepada Nabi Ayyub as.
Kemudian Allah akan melimpahkan lautan rahmat dan kasih sayang-Nya kepadanya dan hatinya merasa aman dan tenteram serta disinari dengan cahaya iman dan ilmu. Pintu keridhaan Allah dibukakan untuk-Nya. Manusia akan datang berkunjung kepadanya untuk memberikan bermacam-macam hadiah dan orang-orang akan mengabdi kepadanya. Manusia akan memuji dan menghormatinya. Kata-katanya dijunjung tinggi. Orang-orang akan merasakan kebahagiaan berada di majelisnya. Raja-raja dan orang-orang besarpun akan tunduk kepadanya. Allah akan menyempurnakan karunia-Nya kepadanya, baik lahiriah maupun batiniah.
Allah akan memelihara lahirnya melalui mahluk-Nya dan batinnya melalui kasih sayang dan rahmat-Nya. Kekallah ia berada dalam keadaan itu sampai akhir hayatnya. Setelah itu, Allah akan memasukkannya ke tempat yang tidak terlihat oleh mata, tidak terdengar oleh telinga dan tidak terlintas di dalam hati siapapun, sebagaimana firman Allah, “Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam ni’mat) yang menyedapkan pandangan mata, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS 32:17)
المقالة الحادية والأربعون مـثـل فـي الـفـنـاء و كـيـفـيـتـه
قـال رضـي الله تـعـالى عـنـه و أرضـاه :نضرب لك مثلاً في الفناء فنقول: ألا ترى أن الملك يولى رجلاً من العوام ولاية على بلدة من البلاد، ويخلع عليه ويعقد له ألوية ورايات، ويعطيه الكؤوس والطبل والجند فيكون على برهة من الزمان، حتى إذا اطمأن واعتقد بقاءه وثباته، وعجب به ونسي حالته الأولى ونقصانه وذله وفقره وخموله، وداخلته النخوة والكبرياء جـاءه العزل من الملك في أشر ما كان من أمره، ثم طالبه الملك بجرائم صنعها وتعدى أمره ونهيه فيها، فحبسه في أضيق الحبوس وأشدها، وطال حبسه ودام ضره له وذله وفقره، وذابت نخوته وكبرياؤه، وانكسرت نفسه وخمدت نار هواه، وكل ذلك في عين الملك ثم تعطف الملك عليه فنظره بعين الرأفة والرحمة، فأمر بإخراجه من الحبس والإحسان إليه، والخلعة عليه وردَّ الولاية إليه ومثلها معها وجعلها له موهبة، فدامت له وبقيت مصفاة مكفاة مهنأة وكذلك المؤمن إذا قربه الله إليه واجتباه فتح قبالة عين قلبه باب الرحمة والمنة والإنعام، فيرى بقلبه ما لا عين رأت ولا أذن سمعت ولا خطر على قلب بشر، من مطالعة الغيوب من ملكوت السموات والأرض وتقريب وكلام لذيذ لطيف ووعد جميل، ووفاء به، وإجابة دعاء وكلمات حكمة وتصديق وعد، فإنها ترمى إليه قلبه قذفاً من مكان بعيد فتظهر على لسانه، ومع ذلك يسبغ عليه نعمة ظاهرة على جسده وجوارحه، في المأكول والمشروب والملبوس والمنكوح الحلال والمباح وحفظ الحدود والعبادات الظاهرة، فيديم الله عزّ وجلّ ذلك لعبده المؤمن المجذوب برهة من الزمان، حتى اطمأن العبد إلى ذلك واغتر به واعتقد دوامه فتح عليه أبواب البلايا وأنواع المحن في النفس والمال والأهل والولد والقلب فينقطع عنه جميع ما كان أنعم الله عليه من قبل، فيبقى متحيراً حسيراً منكسراً مقطوعاً به.
إن نظر إلى ظاهره رأى ما يسوؤه، وإن نظر إلى قلبه وباطنه رأى ما يحزنه، وإن سأل الله تعالى كشف ما به من الضر لم ير إجابته، وإن طلب وعداً جميلاً لم يجده سريعاً وإن وعد بشئ لم يعثر على الوفاء به، وإن رأى رؤيا لم يظفر بتعبيرها وتصديقها، وإن رام الرجوع إلى الخلق لم يجد إلى ذلك سبيلاً، وإن ظهرت له في ذلك رخصة فعمل بها تسارعت العقوبات نحوه وتسلطت أيدي الخلق على جسمه وأسنتهم على عرضه، وإن طلب الإقالة مما قد أدخل فيه من الحالة الأولى قبل الاجتباء لم يقل، وإن طلب الرضا أو الطيبة والتنعم بما به من البلاء لم يعط فحينئذ يأخذ النفس في الذوبان والهوى في الزوال والإرادة والأماني في الرحيل والأكوان في التلاشي، فيدام له ذلك بل يزداد تشديداً وعصراً وتأكيداً، حتى إذا فني العبد من الأخلاق الإنسانية والصفات البشرية وبقى روحاً فقط يسمع نداء في باطنه
}ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ{.ص42. كما قيل لسيدنا أيوب عليه السلام، فيمطر الله عزّ وجلّ في قلبه بحار رحمته ورأفته ولطفه ومنته، ويحييه بروحه ويطيبه بمعرفته ودقائق علومه، ويفتح عليه أبواب رحمته ونعمته ودلاله، وأطلق إليه الأيدي بالبذل والعطاء والخدمة في سائر الأحوال والألسن بالحمد والثناء، والذكر الطيب في جميع المحال، والأرجل بالترحال، وذلك له وسخر له الملوك والأرباب، وأسبغ عليه نعمة ظاهرة وباطنة، تربيته ظاهرة بخلقه ونعمه، ويستأثره تربيته باطنة بلطفه وكرمه، وأدام له ذلك إلى اللقاء، ثم يدخله فيما لا عين رأت ولا أذن سمعت ولا خطر على قلب بشر، كما قال جلّ وعلا : }فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاء بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ{.السجدة17. والله أعلم.
Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.
Sumber Baca Disini
Silahkan baca juga artikel terkait.