Pertanyaan: Kapan Waktu Yang Tepat Untuk Mengucapkan MasyaAllah Dan Subhanallah Yang Tepat?
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Mohon penjelasannya mengenai dan tentang peletakan kata ‘MasyaAllah’ dan ‘Subhanallah’ yang tepat. Mohon dikutip juga dengan dalil-dalinya.
Terima kasih. Khoiruddin Rudi
Jawaban Atas Pertanyaan Kapan Waktu Yang Tepat Untuk Mengucapkan MasyaAllah Dan Subhanallah Yang Tepat?
> Mas Hamzah
Waalaikumsalam. Wr. Wb.
– kitab adzkar (1/70)
(بابُ ما يقولُه الرجلُ إذا كلَّمه إنسانٌ وهو في الصَّلاة)179 – روينا في ” صحيحي البخاري ومسلم ” عن سهل بن سعد الساعدي رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ” مَنْ نَابَهُ شئ فِي صَلاتِهِ، فَلْيَقُلْ: سُبْحانَ اللَّهِ “.
Dari sahl bin sa’d as sa’idi rodhiyallohu anhu sesungguhnya Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :” Barangsiapa menemui kejadian dalam shalatnya, hendaklah ia mengucapkan: subhaanallah “. Imam malik berkata: ketika mau masuk rumah dianjuran mengucapkan”ma sya Allah laa quwwata illa billah ”
– kitab tafsir ahkamul qur’an (3/233)
ومن جملة الأوقات التي يستحب فيها ذكر الله إذا دخل أحدنا منزله أو مسجده ، وهي :
المسألة الثانية : أن يقول كما قال الله : { ولولا إذ دخلت جنتك } أي منزلك قلت : { ما شاء الله لا قوة إلا بالله } . قال أشهب : قال مالك : ينبغي لكل من دخل منزله أن يقول هذا .
– kitab tafsir al qurtuby (10/363)
الثانية : قال أشهب قال مالك : ينبغي لكل من دخل منزله أن يقول هذا . وقال ابن وهب قال لي حفص بن ميسرة : رأيت على باب وهب بن منبه مكتوبا ما شاء الله لا قوة إلا بالله .
ketika menyaksikan sesuatu yg menakjubkan ucapkanlah “ma sya Allah laa quwwata illa billah ”
– kitab tafsir al qurtuby (10/364)
وقال أنس بن مالك قال النبي – صلى الله عليه وسلم – : من رأى شيئا فأعجبه فقال ما شاء الله لا قوة إلا بالله لم يضره عين . وقد قال قوم : ما من أحد قال ما شاء الله كان فأصابه شيء إلا رضي به . وروي أن من قال أربعا أمن من أربع : من قال هذه أمن من العين
hadis riwayat imam muslim
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَأَلَتْ امْرَأَةٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ تَغْتَسِلُ مِنْ حَيْضَتِهَا قَالَ فَذَكَرَتْ أَنَّهُ عَلَّمَهَا كَيْفَ تَغْتَسِلُ ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مِنْ مِسْكٍ فَتَطَهَّرُ بِهَا قَالَتْ كَيْفَ أَتَطَهَّرُ بِهَا قَالَ تَطَهَّرِي بِهَا سُبْحَانَ اللَّهِ وَاسْتَتَرَ وَأَشَارَ لَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ بِيَدِهِ عَلَى وَجْهِهِ قَالَ قَالَتْ عَائِشَةُ وَاجْتَذَبْتُهَا إِلَيَّ وَعَرَفْتُ مَا أَرَادَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ: تَتَبَّعِي بِهَا أَثَرَ الدَّمِ
Hadits riwayat Aisyah Radhiyallahu ’anha, ia berkata :
”Seorang wanita bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam tentang cara wanita mandi wajib dari haid ?Perawi hadits berkata: “Kemudian Aisyah menjelaskan bahwa beliau mengajarkannya cara mandi. (Di antara sabda beliau): “
Engkau ambil kapas yang diberi misik, lalu bersihkan dengan kapas itu. Wanita itu berkata: “Bagaimana cara membersihkannya ?”Beliau bersabda: “Subhanalloh! Bersihkan saja dengan kapas itu.”
Dan beliau bersembunyi.
(Sufyan bin Uyainah memberi isyarat tangan kepada kami pada wajahnya).Perawi hadits melanjutkan, Aisyah berkata: “Aku tarik wanita itu mendekati aku. Aku tahu apa yang diinginkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam, lalu aku berkata kepadanya :
“Bersihkan bekas darah haidmu dengan kapas itu.”
– kitab syarah nawawi ala muslim (4/14)
قَوْلُهُ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : ( تَطَّهَّرِي بِهَا ، سُبْحَانَ اللَّهِ ) قَدْ قَدَّمْنَا ( أَنَّ سُبْحَانَ اللَّهِ ) فِي هَذَا الْمَوْضِعِ وَأَمْثَالِهِ يُرَادُ بِهَا التَّعَجُّبُ ، وَكَذَا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ، وَمَعْنَى التَّعَجُّبِ هُنَا كَيْفَ يَخْفَى مِثْلُ هَذَا الظَّاهِرِ الَّذِي لَا يَحْتَاجُ الْإِنْسَانُ فِي فَهْمِهِ إِلَى فِكْرٍ؟ وَفِي هَذَا : جَوَازُ التَّسْبِيحِ عِنْدَ التَّعَجُّبِ مِنَ الشَّيْءِ وَاسْتِعْظَامِهِ ، وَكَذَلِكَ يَجُوزُ عِنْدَ التَّثَبُّتِ عَلَى الشَّيْءِ ، وَالتَّذَكُّرِ بِهِ .
sabda Nabi shollallohu alaihi wasallam “Subhanalloh! Bersihkan saja dengan kapas itu.”
telah kami terangkan dahulu bahwa kalimat ‘subhanalloh’ dalam kondisi semacam ini dan semisalnya maksudnya adalah keheranan. Demikian pula kalimat laa ilaaha illallah.
Makna keheranan di sini, bagaimana mungkin sesuatu yang sangat jelas semacam ini tidak diketahui. Padahal seseorang bisa memahaminya tanpa harus serius memikirkannya.
Dan dalam hadis ini terdapat dalil bolehnya membaca tasbih ketika keheranan terhadap sesuatu atau menganggap besar sesuatu, begitu juga boleh membaca tasbih ketika menetapkan sesuatu dan mengingat ingat sesuatu.
wallohu a’lam.
> Muhammad Rangga
ucapan Maasha Allah
Allah berfirman di surat al-Kahfi,
وَلَوْلا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” (QS. al-Kahfi: 39)
◆◆Ucapan Subhanallah
◆ Kasus pertama, Abu Hurairah pernah ketemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kondisi junub. Lalu Abu Hurairah pergi mandi tanpa pamit. Setelah balik, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, mengapa tadi dia pergi. Kata Abu Hurairah, “Aku junub, dan aku tidak suka duduk bersama anda dalam keadaan tidak suci.” Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سُبْحَانَ اللَّهِ إِنَّ الْمُسْلِمَ لاَ يَنْجُسُ
Subhanallah, sesungguhnya muslim itu tidak najis. (HR. Bukhari 279)
◆ Kasus kedua, ada seorang wanita yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan bagaimana cara membersihkan bekas haid setelah suci. Beliau menyarankan, “Ambillah kapas yang diberi minyak wangi dan bersihkan.” Wanita ini tetap bertanya, “Lalu bagaimana cara membersihkannya.”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa malu untuk menjawab dengan detail, sehingga beliau hanya mengatakan,
سُبْحَانَ اللَّهِ تَطَهَّرِى بِهَا
“Subhanallah.., ya kamu bersihkan pakai kapas itu.”
Aisyah paham maksud Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliaupun langsung menarik wanita ini dan mengajarinya cara membersihkan darah ketika haid. (HR. Bukhari 314 & Muslim 774)
◆ Kasus ketiga, Aisyah pernah ditanya seseorang,
“Apakah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat Allah?”
Aisyah langsung mengatakan,
سُبْحَانَ اللَّهِ لَقَدْ قَفَّ شَعْرِى لِمَا قُلْت
Subhanallah, merinding bulu romaku mendengar yang kamu ucapkan. (HR. Muslim 459).
an-Nawawi mengatakan,
أن سبحان الله في هذا الموضع وأمثاله يراد بها التعجب وكذا لااله إلا الله ومعنى التعجب هنا كيف يخفى مثل هذا الظاهر الذي لايحتاج الإنسان في فهمه إلى فكر وفي هذا جواز التسبيح عند التعجب من الشيء واستعظامه
Bahwa ucapan subhanallah dalam kondisi semacam ini maksudnya adalah keheranan. Demikian pula kalimat laa ilaaha illallah. Makna keheranan di sini, bagaimana mungkin sesuatu yang sangat jelas semacam ini tidak diketahui. Padahal seseorang bisa memahaminya tanpa harus serius memikirkannya. Dan dalam hadis ini terdapat dalil bolehnya membaca tasbih ketika keheranan terhadap sesuatu atau menganggap penting kasus tertentu. (Syarh Shahih Muslim, 4/14).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang tersentak bangun di malam hari, karena keheranan melihat sesuatu yang turun dari langit. Dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, bahwa pernah suatu malam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terbangun dari tidurnya.
سُبْحَانَ اللَّهِ مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنَ الْفِتَنِ
“Subhanallah, betapa banyak fitnah yang turun di malam ini.” (HR. Bukhari 115).
Ada banyak dalil yang diungkapkan para ulama tentang ucapan tasbih ketika terjadinya kemungkaran. Salah satunya adalah dalam surat An-Nur: 16 yang mengisahkan kisah al-Ifku yaitu berita dusta tentang perzinahan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhaa.
Allah berfirman:
وَلَوْلا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ قُلْتُمْ مَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَتَكَلَّمَ بِهَذَا سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ
“Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar.“
Al-Baghawiy dalam tafsirnya menyebutkan: “Bahwa lafadz ‘subhaanaka’ (سبحانك) dalam ayat bermakna ‘ta’ajjub’/heran.”
Imam Al-hafizh Ibnu Katsir menuturkan: “Yaitu Maha Suci Allah ketika ungkapan (dusta) ditujukan kepada Istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sekaligus istri dari kekasih Allah.”
Apa yang diungkapkan oleh Ahlu al-Ifki, sebutan bagi mereka yang menyebarkan berita bohong terhadap ‘Aisyah, merupakan kemungkaran yang besar oleh karena itu disyariatkan mengucapkan tasbih ketika mendengarnya. Ini sebagai penyucian kepada Allah karena kedustaan yang menimpa keluarga nabi.
Lisan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang Bertasbih Jauh sebelum ayat itu turun, ketika mendengar gosip dan kedustaan yang dipublikasikan oleh ahlul ifki saat itu, Aisyah pun bertasbih sambil menuturkan:
سبجان الله وقد تحدث الناس بهذا؟
“Subhaanallah, orang-orang telah membicarakan ini?”
Sebagian Sahabat juga Bertasbih
Ketika mendengar kedustaan ini, para sahabat juga bertasbih kepada Allah. Mereka bertutur:
سبحانك ما يكون لنا أن نتكلم بهذا, سبحانك هذا بستان عظيم
“Subhaanallah, tidak pantas bagi kami membicarakan ini. Ini adalah kedustaan yang besar.”
Ungkapan para sahabat ini menegaskan bahwa ungkapan “subhaanallah” adalah sebagai pelajaran bagi kaum muslimin untuk :
1.MEMULIAKAN
2.MEMUJI dan
3.MENGAGUNGKAN ALLAH ketika mendengar ungkapan mungkar lagi dusta tentang kaum muslimin lainnya.
wallahu a’lam bis showab
Demikian, semoga bermanfaat…
Sumber tulisan ada di sini
Silahkan baca artikel terkait