Karomah Kiai Muslih Mranggen Menembus Mata Batin Muridnya

Karomah Kiai Muslih Mranggen Menembus Mata Batin Muridnya

Karomah Kiai Muslih Mranggen Menembus Mata Batin Muridnya.

Ketika Kiai Mustholih Badawi Kasugihan Sowan kepada Kiai Muslih Mranggen.

Bacaan Lainnya

Kiai Mustholih (lahir 11 September 1937) adalah putra keenam (dari 14 bersaudara) Kiai Badawi, Pendiri Pondok Pesantren Al Ihya Ulumaddin Kasugihan Cilacap (Akhmad Saefuddin, 2020). Sedangkan Kiai Muslih (w. 1981) adalah mursyid tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah asal Mranggen Demak yang masyhur dengan sebutan “syaikhul mursyidin” (gurunya para mursyid). Dua kiai ini ternyata memiliki ketersambungan (koneksi) satu sama lain.

Bukti konektivitas keduanya terekam dalam buku “Biografi Al-Arif Billah Syaikhuna wa Murobbi Rukhina Syaikh Syarif Nur Kholis (Mursyid Thariqah Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah)” Karangwangkal Purwokerto Banyumas yang ditulis oleh KH. Hasan Murtadlo (2020: 40-41). Disebutkan dalam buku itu bahwa Kiai Nur Kholis suatu hari bertemu dengan Kiai Mustholih Badawi. Dalam pertemuan itu Kiai Mustholih menceritakan kisahnya ketika sowan kepada Kiai Muslih, seorang mursyid tarekat yang juga pengasuh Pesantren Futuhiyyah Mranggen.

Dikisahkan ketika Kiai Mustholih dalam perjalanan mau sowan dan berguru kepada Kiai Muslih, begitu turun dari kereta api di Stasiun Tawang Semarang, tiba-tiba beliau didatangi delapan orang yang mengaku sebagai santri yang disuruh oleh gurunya (Kiai Muslih) untuk menjemput Kiai Mustholih. Santri-santri itu membawa pesan dari Kiai Muslih agar Kiai Mustholih tidak singgah ke mana-mana dan langsung menuju ke Mranggen karena Kiai Muslih telah menunggunya.

Kiai Mustholih tentu merasa heran karena beliau belum pernah kontak atau memberi tahu kepada Kiai Muslih mengenai kepergian beliau ke Mranggen. “Ternyata Syekh Muslih telah mengetahui keadaannya (pirsa sakderenge winarah),” gumam Kiai Mustholih.

Setelah sampai di lokasi Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen, Kiai Mustholih langsung menuju masjid menemui Kiai Muslih yang sudah berada di dalamnya. Kiai Mustholih kemudian berguru dan berbaiat tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah kepada Kiai Muslih.

Cerita Kiai Mustholih itu membuat Kiai Nur Kholis begitu terkesan dengan Kiai Muslih sehingga beliau pun pada akhirnya sowan dan berguru kepada Kiai Muslih. Baiat Kiai Nur Kholis kepada Kiai Muslih bukanlah baiat pertama, sebab sebelumnya beliau telah berguru kepada Kiai Sanusi Banjarpatoman Jawa Barat. Wallahu a’lam bis shawab.

Demikian kisah Karomah Kiai Muslih Mranggen Menembus Mata Batin Muridnya, semoga manfaat.

Penulis: Moh. Salapudin, santri Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen.

Pos terkait