Karomah Syekh Ihsan Jampes Kediri Mengguncang Raja Mesir

Karomah Syekh Ihsan Jampes Kediri Mengguncang Raja Mesir

Karomah Syekh Ihsan Jampes Kediri Mengguncang Raja Mesir.

Hidupnya sunyi di Kediri, tapi namanya menjulang di berbagai penjuru bumi. Syekh Ihsan Dahlan Jampes namanya. Sosoknya santun, tawadlu’nya luar biasa, tapi sangat disegani para ulama. Karya kitabnya yang berjudul Sirajut Thalibin menjadi rujukan para ulama dunia tentang ilmu tasawuf. Di balik nama besarnya itu, Syekh Ihsan ternyata punya kisah-kisah unik dan menarik yang bisa mencerahkan dan mencerdaskan nalar dan batiniyah umat manusia.

Bacaan Lainnya

Salah satu itu kisah hadir dari cerita Mbah Maimoen Zubair Sarang Rembang Jawa Tengah. Pada suatu hari, Mbah Maimun diajak abahnya (KH Zubair Dahlan) silaturrahmi ke Jampes Kediri untuk tabarruk (mengambil berkah) dan mengenal lebih dekat sosok Syekh Ihsan Jampes.

Melihat kitab Sirojuttolibin karangan beliau yang begitu mendunia dan dikagumi banyak ulama Nusantara hingga mancanegara, tentulah beliau sebagai penulisnya juga seorang kiai yang sangat mahir bebahasa Arab. Kitab ini tidak hanya beredar di Timur Tengah, bahkan hingga Australia, Amerika Serikat, dan Kanada. Tidak hanya itu, kitab ini pun dijadikan kajian oleh mahasiswa pascasarjana Universitas al-Azhar Kairo, Mesir.

Bahkan, pada 1934, Raja Faruq, raja Mesir kala itu mengirim utusan ke Dusun Jampes untuk menyampaikan keinginannya agar Syekh Ihsan al-Jampesi bersedia diperbantukan mengajar di Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.

Namun, permintaan tersebut urung diterima lantaran kecintaan sang kiai kepada tanah kelahirannya. Ia ingin mengabdikan diri kepada warga desanya melalui pendidikan.

Karena itu tanpa sungkan-sungkan Mbah Zubair (ayahanda Mbah Moen) langsung memulai perbincangan dengan berbahasa Arab. Tetapi Syekh Ihsan selalu menyahutinya dengan bahasa Jawa.

“Nggeh, nggeh Yai..”

Setelah lewat beberapa pembicaraan, barulah Syekh Ihsan berkata,

“Ngapunten Yai, ngagem boso Jawi mawon, kulo niku saget maham kitab-kitab, nanging kulo mboten saget ngendikan boso Arab. (Maaf Yai, pakai bahasa Jawa saja dialognya, saya itu bisa memahami kitab-kitab berbahasa Arab, tetapi saya tidak mahir dialog berbahasa Arab)”.

Selain kisah itu, ada lagi kisah saat Syekh Ihsan masih di Tanah Suci. Saat itu, Kiai Jazuli Utsman (Ploso, Kediri) pun sempat heran melihat apa yang ada pada diri Syekh Ihsan ini. Beliau berdua sama-sama memberikan pengajian di Masjidil Haram.

Kiai Jazuli di samping dikenal akan keluasan ilmunya, juga sangat fasih lisannya, uraian-uraian beliau yang luas dan menarik serta mudah dipahami membuat orang tidak pernah bosan mendengarkan pengajiannya. Meski demikian, yang mengikuti pengajian beliau selalu tidak sebanyak orang yang mengikuti pengajian Syekh Ihsan. Padahal Syekh Ihsan hanya membacanya saja dengan makna ala Jawa dan jarang sekali menjabarkannya.

Demikian kisah Karomah Syekh Ihsan Jampes Kediri Mengguncang Raja Mesir, semoga bermanfaat.

(Mukhlisin, penulis keislaman)

Pos terkait