Kisah Ketawadlu’an Habib Alwi Bin Segaf Assegaf Hingga ke Liang Lahat
Al Habib Alwi bin Segaf Assegaf lahir di Seiwun pada tanggal 13 Ramadhan 1227 H. Beliau tumbuh dan terdidik dalam asuhan ayahnya al Habib Segaf Assegaf. Setelah menginjak usia tamyiz, beliau memulai belajar al Quran sampai khatam dengan sempurna beserta tajwidnya. Kemudian beliau mempelajari berbagai cabang ilmu agama dari banyak ulama pada masanya di sekitar Hadramaut.
Adapun Syaikh futuhnya adalah al Habib al Arif billah Sayidina Ali bin Muhammad al Habsyi. Setelah mendapatkan izin dari gurunya, al Habib Ali bin Muhammad al Habsyi, beliau berangkat menuju Jawa pada tahun 1306 H. Yang menemani beliau dalam perjalanan adalah al Quthub al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik. Beliau termasuk guru pertama yang mengajarkan berbagai ilmu agama di Madrasah al Khairiyah Surabaya. Kemudian beliau menetap di kota Pasuruan.
Di sela-sela kesibukan berdakwah, beliau tetap bekerja untuk menafkahi keluarganya. Beliau tidak mau berpangku tangan saja menanti datangnya rezeki. Beliau bekerja dengan membuat logam menyerupai emas. Dengan usaha ini, beliau menjadi usahawan yang tergolong sukses dengan ekonomi yang mapan. Namun harta yang dimiliki lebih banyak beliau gunakan untuk berdakwah.
Di sekitar rumah beliau, tetangga beliau bekerja sebagai tukang kayu dan selama ini mereka bekerja dengan memakai celana pendek yang membuka aurat. Melihat hal itu, Habib Alwi membelikan celana panjang kepada tetangganya sembari memberi nasehat, “Kerjanya pakai ini saja, celana panjang, supaya hasilnya berkah.” Begitulah cara beliau berdakwah yang tidak hanya berorasi, tetapi juga memberi solusi.
Habib Alwi wafat pada tanggal 17 Sya`ban tahun 1336 H. Termasuk dari pada yang hadir adalah Habib Muhammad bin Ahmad al Muhdhar, bahkan beliau termasuk yang memasukan Habib Alwi ke lahad karena di antara keduanya terjalin kecintaan yang dalam.
Di masa hidup Habib Alwi, Habib Muhammad berharap agar diijinkan mencium tangan beliau namun Habib Alwi selalu menolak karena tawadhu. Keduanya sama-sama menganggap saudaranya lebih utama dari dirinya.
Ketika Habib Muhammad menyingkap pipi Habib Alwi untuk diletakan ke tanah sebagaimana sunahnya, beliau berkata, “Di masa hidupmu aku berharap untuk mencium tanganmu namun engkau selalu menolaknya, kini aku akan mencium pipimu.”
Kemudian beliau merunduk agar dapat menciumnya namun jenazah Habib Alwi memalingkan wajah seakan menolak untuk dicium. Habib Muhammad kemudian menceritakan itu kepada dua orang lain yang ikut membantu di lahad. Lalu Beliau merunduk kedua kali untuk berusaha mencium pipi Habib Alwi, ternyata jenazah Habib Alwi kembali memalingkan wajah. Habib Muhamamd pun berkata, “Bahkan setelah wafat engkau tidak ingin seorang pun menciummu.”
Habib Alwi dimakamkan di Kebon Agung Pasuruan tepatnya di Utara Masjid Jami’ Assegaf.
Demikian Kisah Ketawadlu’an Habib Alwi Bin Segaf Assegaf Hingga ke Liang Lahat . Semoga bermanfaat.