Kisah Makam Pangeran Mekah di Kediri Jawa Timur

Kisah Makam Pangeran Mekah di Kediri Jawa Timur

Kisah Makam Pangeran Mekah di Kediri Jawa Timur

Setono Gedung merupakan salah satu destinasi wisata religi di Kota Kediri yang menyedot banyak pengunjung setiap Ramadhan. Di sana terdapat Makam Pangeran Mekah atau Syekh Wasil Syamsudin, penyebar Islam di Kediri.

Bacaan Lainnya

Setono Gedung berada di Jalan Dhoho, Kota Kediri. Pengunjung tidak hanya masyarakat setempat. Melainkan datang dari berbagai kota di Tanah Air bahkan dari luar negeri. Seperti Brunai Darussalam dan Malaysia. Pada umumnya mereka datang sebagai rombongan ziarah wali.

Maka tak heran jika kawasan Makam Setono Gedong menjadi salah satu wisata religi andalan pemerintah daerah setempat. Selain itu, Setono Gedong juga telah ditetapkan sebagai lokasi cagar budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Mojokerto.

Seperti data yang dihimpun detikcom, kawasan Setono Gedong merupakan tempat sesembahan bagi kaum kepercayaan tertentu sebelum Pangeran Mekah menyebarkan Islam di Kediri.

Ini dibuktikan dengan keberadaan situs-situs berupa arca yang terdapat di sekitar Setono Gedong. Namun setelah Islam berkembang, kawasan tersebut menjadi tempat penyebaran Islam. Yakni dengan dibangunnya Masjid Setono Gedong dan adanya makam tokoh penyebar Islam Syekh Wasil Syamsudin.

Menurut petugas BPCP sekaligus juru kunci makam Muhammad Yusuf Wibisono, Syech Wasil masuk ke Kediri pada masa pemerintahan Raja Sri Aji Joyoboyo pada abad ke-10. Masyarakat percaya Syekh Wasil berasal dari Istambul Turki.

Masyarakat kemudian memberinya gelar Pangeran Mekah. Namun sebutan Mbah Wasil paling akrab diucapkan masyarakat setempat.

“Dipanggil Mbah Wasil karena beliau sering memberikan wasil (ahli bertutur sapa, berpetuah yang baik),” kata Yusuf, Rabu (15/5/2019).

Kala itu, Pangeran Mekah tidak langsung menyebarkan Islam. Ia terlebih dahulu melakukan pendekatan dengan masyarakat sehingga bisa diterima dengan baik.

Menurut Yusuf, sepanjang Ramadhan ini jumlah pengunjung makam sudah mencapai puluhan ribu orang. Peziarah biasanya tampak lebih ramai di sore hari mendekati waktu buka puasa.

Tidak hanya saat Ramadhan, makan Pangeran Mekah juga dipadati peziarah saat Lebaran dan usai Idul Fitri. Pengujung dari luar kediri di antaranya datang dari Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya, Malang, Solo, Blitar dan Tulunganggung. Pengunjung biasanya menginap jika datang ke lokasi larut malam.

“Awal Ramadhan, di saat bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri, pengunjung selalu mengalami peningkatan, apalagi bagi para peziarah yang memiliki hubungan kerabat dengan Syekh Wasil. Menjelang Idul Fitri atau malam ganjil 25,27,29 pengunjung yang datang bisa mencapai 30 ribu orang. Selain warga lokal kediri yang datang juga banyak dari luar daerah di Indonesia,” imbuh Yusuf.

Selain makam Mbah Wasil, di kawasan Setono Gedong juga terdapat makam tokoh Islam lainya. Seperti makam Wali Akba, Pangeran Sumende, Sunan Bagus, Sunan Bakul Kabul, Kembang Sostronegoro, Mbah Fatimah dan Amangkurat.

“Wisata religi di sini ada delapan titik. Mbah wasil itu wali sepuh yang datang termasuk kurang lebih abad-10 atau ke-11. Pada masa itu masuk pemerintahan Sri Aji Joyoboyo. Bahkan diduga mereka ada hubungan emosional. Ada yang mengatakan Mbah Wasil guru spritual Sri Aji Joyoboyo. Bahkan karena kedekatannya, membuahkan sebuah jongko atau kitab pusaran Jongko Joyoboyo,” tambah Yusuf.

Salah satu pengunjung asal Nganjuk Sugeng (40) mengaku rutin berziarah dan mengaji di Masjid Setono Gedong. Ia mengaku marasa tenang dan damai ketika berada di area makam maupun masjid.

“Saya rutin berkunjung ke sini, ya ke masjid, ke makam untuk mengaji. Rasanya tenang, damai dan adem di sini,” kata Sugeng.

Sebutan Setono Gedong terdiri dari kata Setono yang berarti makam dan Gedong sebagai sesuatu yang besar. Jika digabungkan menjadi kalimat makam besar (tokoh). (sun/bdh)

Demikian Kisah Makam Pangeran Mekah di Kediri Jawa Timur. Semoga bermanfaat.

Pos terkait