Kisah Pemuda Tersesat Menjadi Ulama Besar

Kisah Pemuda Tersesat Menjadi Ulama Besar

Kisah Pemuda Tersesat Menjadi Ulama Besar

Berikut kisah hidup Fudhail bin Iyadh; pemuda tersesat yang jadi ulama besar!

Bacaan Lainnya

Alkisah, di Abiwarda –sekarang kota di Turkistan— hidup seorang pemuda tersesat. Ia berprofesi sebagai bajing. Penyamun yang ganas. Kebengisannya tersebar seantero negeri. Siapapun tahu perampok tak kenal ampun ini.

Nama bandit adalah Fudhail bin Iyadh bin Mas’ud bin Basyar at- Tamimi. Lahir di Samarqand pada abad ke-2 Hijrah. Korban Fudhail bin Iyadh kebanyakan para saudagar kaya dan pedagang. Ia melaksanakan aksi begal tersebut antara Abiwarda dan Sirjis. Konon, tak ada yang bisa lolos dari aksi rampoknya.

Dalam kitab As Siyar A’lam an-Nubala’, Jilid VII, halaman 393 menjelaskan rekam jejak Fudhail bin Iyadh dalam dunia kelam perampokan. Menurut Syamsuddin Az Zahabi bahwa pemuda tersesat tersebut biasa menghadang orang yang lewat daerah Abiwarda dan Sarkhas.

قَالَ أَبُو عَمَّارٍ الحُسَيْنُ بنُ حُرَيْثٍ، عَنِ الفَضْلِ بنِ مُوْسَى، قَالَ: كَانَ الفُضَيْلُ بنُ عِيَاضٍ شَاطِراً يَقْطَعُ الطَّرِيْقَ بَيْنَ أَبِيْوَرْدَ وَسَرْخَسَ

Artinya; berkata Abu Ammar bin Husein bin Hurais ,dari fadil bin Musa, ia menceritakan; bahwa Fudhail bin Iyadh adalah seorang bandit yang biasa merampok saudagar kaya dan pedagang yang lewat antara Abiwarda dan Sarkhas.

Kisah taubat Fudhail bin Iyadh tergolong cukup unik. Sang sufi ini mendapat hidayat sebab jatuh cinta pada seorang wanita. Tak terbayangkan, seorang yang bandit jalanan, bisa tak berkutik di hadapan paras cantik  seorang kaum Hawa. Ia yang akrab dengan senjata tajam, tersungkur di bawah cinta.

Imam Az Zahabi menceritakan dalam kitab Siyar A’lam an-Nubala’, Jilid VII, halaman 393-394  ;

وَكَانَ سَبَبُ تَوْبَتِهِ أَنَّهُ عَشِقَ جَارِيَةً، فَبَيْنَا هُوَ يَرْتَقِي الجُدْرَانَ إِلَيْهَا، إِذْ سَمِعَ تَالِياً يَتْلُو {أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ} [الحَدِيْدُ: 16] ، فَلَمَّا سَمِعَهَا قَالَ: بَلَى يَا رَبِّ، قَدْ آنَ فَرَجَعَ، فَآوَاهُ اللَّيْلُ إِلَى خَرِبَةٍ، فَإِذَا فِيْهَا سَابِلَةٌ، فَقَالَ بَعْضُهُم: نَرحَلُ. وَقَالَ بَعْضُهُم: حَتَّى نُصْبِحَ، فَإِنَّ فُضَيْلاً عَلَى الطَّرِيْقِ يَقْطَعُ عَلَيْنَا. قَالَ: فَفَكَّرْتُ، وَقُلْتُ: أَنَا أَسْعَى بِاللَّيْلِ فِي المعاصي، وقوم من المسلمين ههنا يَخَافُونِي، وَمَا أَرَى اللهَ سَاقَنِي إِلَيْهِم إِلاَّ لأَرْتَدِعَ، اللَّهُمَّ إِنِّيْ قَدْ تُبْتُ إِلَيْكَ، وَجَعَلْتُ تَوْبَتِي مُجَاوَرَةَ البَيْتِ الحَرَامِ

Artinya; Kisah awal mula ia bertaubat adalah ketika al-Fudhail jatuh cinta dengan seorang gadis.  Pada suatu malam ia memanjat tembok untuk menemui wanita tersebut, ketika itu ia mendengar bacaan ayat suci Al-Qur’an dalam Q.S al –Hadid ayat 16;

 أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ

Artinya; Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah

Seketika setelah mendengar ayat ini, maka Fudhail bin Iyad langsung berkata: “Tentu, wahai Tuhan ku, Sungguh telah saatnya aku kembali kepada Mu“.

Tak berselang lama, usai mendengar ayat tersebut, ia pun kembali. Di tengah perjalanan pulang, sejenak ia beristirahat di sebuah bangunan yang telah rusak. Di tengah istirahatnya, datang satu rombongan. Mereka  adalah sekelompok orang yang ingin berniaga.

Dari balik bangunan usang itu, Fudhail mengintip gerak-gerik mereka. Terjadi perdebatan alot di antara mereka. Sebagian rombongan ingin segera melanjutkan perjalanan.“Sebaiknya kita melanjutkan perjalanan” tutur mereka .

Namun di sisi lain  tampak terliht was-was. Lantas berkata; “Sebaiknya kita beristirahat di daerah ini sampai pagi. Pasalnya si bandit, Fudhail persis berada di arah jalan yang kita lewati  ini. Ia bisa mencegat dan merampok barang bawaan kita,” seru yang lain. Percakapan mereka sayup-sayup terdengar oleh sang pemuda tersesat, Fudhail bin Iyadh

Bak disambar petir di siang bolong, usai mendengar perbincangan sekelompok orang tersebut  Fudhail lantas merenung, “Aku melakukan dosa maksiat di malam hari, padahal kaum muslimin di sini ketakutan sebab diri ku. Sejatinya, inilah pertanda Allah menggiringku kepada mereka, agar aku berhenti dari bajing dan pelbagai maksiat lain. “Ya Rabb, aku telah bertaubat kepada-Mu dan aku jadikan taubatku dengan tinggal di Masjid Haram (Kota Mekah),” begitu janji Fudhail.

Kisah Pemuda Tersesat Menjadi Ulama Besar

Fudhail bin Iyad Menjadi Ulama Besar

Sejak saat itu, Fudhail si pemuda tersesat pun bertaubat. Ia yang dulu hobi mencuri, kini tengah khusuk beribadah kepada Tuhan. Ia yang biasa maksiat, bertransformasi menjadi hamba yang taat. Ia istiqamah dalam pertaubatannya. Janji yang ia ucapkan malam itu, pun ia laksanakan.

Kemudian ia terkenal menjadi seorang yang ahli ibadah dan ulama besar. Alkisah, Ishaq bin Ibrahim at Thabari menceritakan kehidupan Fudhail usai bertaubat; “Tak akau dapati manusia yang begitu takut akan dirinya melainkan Fudhail bin Iyad. Ia pun tak pernah berharap kepada manusia. Ia adalah manusia yang benar. Lisannya penuh dengan kebenaran,” begitu punya At- Thabari .

Pujian terhadap Fudhail bin Iyadh juga datang dari al I’jli. Ia berkata tentang sosok Fudhail  bin Iyadh;  Fudhail awalnya tinggal di kufah. Seorang ahli hadis yang terpercaya. Ia juga seorang ahli ibadah. Pun Seorang lelaki yang shaleh, kemudia ia pindah dan menetap di Mekah.

وَقَالَ العِجْلِيُّ: كُوْفِيٌّ، ثِقَةٌ، مُتَعَبِّدٌ، رَجُلٌ صَالِحٌ، سَكَنَ مَكَّةَ.

Artinya; Ijli berkata; Fudhail seorang Kufah, ahli hadis terpercaya, seorang ahli ibadah, juga lelaki shaleh, dan kini menetap di Mekah.

Fudhail bin Iyadh juga merupakan seorang ahli yurisfrudensi Islam. Dalam satu riwayat yang bersumber dari Nashar bin Mughirah al Bukhari menyatakan bahwa ia sangat kagum pada Fudhail bin Iyadh. Baginya Fudhail ada seorang ahli fiqih, dan seorang yang paham akan agama. Fudhail juga termasuk ulama yang wara’ dan sangat menjaga diri dari sesuatu yang haram.

Sebelum akhir hayatnya, Fudhail bin Iyadh memiliki pelbagai murid. Kelak para muridnya menjadi ulama besar. Antara lain murid beliau; Imam Syafi’i, Ibnu Mubarok, Al Ja’fi, Ishaq bin Mansur As Sauli, al-Humaidy, Yahya bin al Qaththan, Abdrurrahman bin Mahdi, Qutaybah bin Sa’id, Marwan bin Muhammad,  Abdurrazaq, dan juga  Bisyr al Hafy.

Dalam catatan Imam Az Zahabi, Fudhail bin Iyadh meninggal dunia pada tahun 189 Hijriah. Ia wafat di kota suci Mekah. Ia pun mendapat julukan ’abid al-haramain (ahli ibadah di kota suci). Pendapat Muhammad bin Saad menyatakan bahwa kematian Fudhail bin Iyadh pada masa Khalifah Harun ar Rasyid. Sekitar tahun 805 Masehi.

Demikian Penjelasan tentang Kisah Pemuda Tersesat Menjadi Ulama Besar. Semoga bermanfaat.

Artikel ini telah terbit sebelumnya di www.bincangsyariah.com

Pos terkait