Pertanyaan: Adakah Penjelasan Makna Laa Ilaaha Illallah Dalam Kitab Kasyifatussaja?
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Mohon bantuan untuk menterjemahkan kitab kasyifatussaja fashl ma’na laa ilaaha illallah:
قال السنوسي واليوسي: والمنفي في لا إله إلا الله المعبود بحق في اعتقاد عابد نحو: الأصنام والشمس والقمر وذلك أن المعبود بباطل له وجود في نفسه في الخارج ووجود في ذهن المؤمن بوصف كونه باطلاً ووجود في ذهن الكافر بوصف كونه حقاً فهو من حيث وجوده في الخارج في نفسه لا ينفى لأن الذوات لا تنفى، وكذا من حيث وجوده في ذهن المؤمن بوصف كونه باطلاً إذ كونه معبوداً بباطل أمر محقق لا يصح نفيه وإلا كان كاذباً وإنما ينفى من حيث وجوده في ذهن الكافر بوصف كونه معبوداً بحق فلم ينف في لا إله إلا الله إلا المعبود بحق غير الله فالاستثناء متصل وليس المنفي أيضاً المعبود بباطل في ذهن الكافر لأنه الله تعالى والقصد بهذه الجملة الرد على من يعتقد الشركة
[Abdul Basith Al Ashab]
Jawaban atas pertanyaan Makna Laa Ilaaha Illallah Dalam Kitab Kasyifatussaja
Wa’alaikum salam Wr. Wb
Imam As-Sanusiy dan Imam Al-Yusi berkata: Perkara yang dinafikan dalam kalimat لا إله إلا الله, yaitu perkara yang disembah dengan menurut keyakinan penyembah (عابد) seperti: berhala, matahari, bulan. Dan perkara-perkara itu menunjukkan bahwa sesungguhnya sesembahan (المعبود) yang disembah dengan batil memiliki wujud dalam kenyataannya, dan memiliki wujud dalam keyakinan hati orang beriman dengan sifat keberadaan sesembahan itu bathil, dan memiliki wujud pada keyakinan hati orang kafir dengan sifat keberadaan sesembahan itu haq (benar), begitu pula dalam segi wujudnya sesembahan itu dalam keyakinan hati orang beriman dengan sifat bahwa keberadaan sesembahan itu bathil, karena keberadaan sesembahan yang disembah dengan bathil itu perkara yang pasti ada, yang tidak pantas mentiadakannya, jika tidak demikian maka bohong.
Dan yang dinafikan (ditiadakan) hanyalah dalam segi wujudnya sesembahan yang diyakini dalam hati orang kafir dengan sifat adanya sesembahan itu disembah dengan haq. Maka dalam kalimat لا إله إلا الله tidak menafikan kecuali terhadap sesembahan yang disembah dengan haq yang selain Allah.
Istitsna’ (pengecualian) nya termasuk istitsna’ muttashil (yakni mustatsna / yang dikecualikan merupakan bagian dari perkara yang sebelumnya). Dan juga yang dinafikan (ditiadakan) bukanlah sesembahan yang disembah secara bathil menurut keyakinan dalam hati orang kafir, karena yang dimaksud dengan keyakinan orang kafir itu Allah ta’ala.
Dan tujuan bentuk jumlah (kalimat لا إله إلا الله) tersebut penolakan atas orang yang meyakini (adanya) sekutu (bagi Allah dalam sesembahan)
Kesi,pulan:
Tentang al-ma’bud/ilah (yg disembah): ada yang haq dan ada yang bathil.
1. Adakalanya haq menurut keyakinan orang beriman. Yakni Allah
2. Ada kalanya haq menurut keyakinan orang kafir. Misal: berhala, matahari, bulan.
3. Adakalanya bathil menurut keyakinan orang mu’min. Misal: Contoh di atas
4. Adakalanya bathil menurut orang kafir. Yakni Allah.
Nah menurut keterangan di atas. Yang dinafikan oleh لا إله إلا الله yaitu yang nomor 2.
Wallohu a’lam. Semoga bermanfaat.
[Ibnu Al-Ihsany].
Sumber Baca Disini
Silahkan baca juga artikel terkait.