Mata Batin Kiai Mahrus Aly Lirboyo Menembus Kewalian Gus Miek.
Saat itu menjelang ramadhan tiba. KH Mahrus Aly Lirboyo datang ke Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri dengan mengendarai mobil sedannya. Kiai Mahrus saat itu datang untuk mengambil Gus Miek agar dipondokkan ke Pesantren Lirboyo.
Memang hubungan antara Pondok Lirboyo dengan Pondok Ploso dari dulu sangatlah baik, bahkan KH. A Djazuli Utsman (sang muassis Pondok Al-Falah Ploso) seringkali meneriman undangan-undangan pernikahan, perayaan hari Islam, acara pondok-pondok lain menyempatkan dirinya untuk hadir meskipun ke tempat yang lebih jauh.
Biasanya beliau dijemput bersama sama dengan KH Marzuki Dahlan Lirboyo dan KH Mahrus Aly Lirboyo yang mana pada saat itu Pondok Lirboyo diasuh oleh kedua menantu Simbah KH Abdul Karim (sang muassis Pondok Lirboyo) Kediri.
Terkadang beliau KH A Djazuli Utsman tampil mengisi acara baik sebagai pembicara dan pembacaan doa yang diisi oleh KH Marzuki Dahlan atau KH Mahrus Aly Lirboyo.
Keinginan KH Mahrus Aly meminta agar Gus Miek dipondokan di Lirboyo itu tidak lepas dari pandangan bathiniyah (mata hati) beliau. Mata bathiniyah penglihatannya lebih tajam dari pada mata lahiriyah. Kalau mata lahiriyah hanya bisa melihat warna, bentuk, sinar dan lainnya dari jarak dekat. Sedangkan mata bathiniyah dapat menjangkau hal-hal yang tak terbatas sampai ke alam metafisika (alam ghaib) dan dapat pula menjangkau peristiwa-peristiwa yang belum terjadi.
Demikianlah pandangan KH Mahrus Aly terhadap putra sahabatnya, karena beliau memandang beda terhadap Gus Miek itu. Tercatat dalam satu riwayat Gus Miek mondok di Lirboyo dua kali di tahun yang sama, kira-kira terjadi pada tahun 1953 M. Namun Gus Miek hanya 16 hari kemudian beliau pulang tidak mau kembali nyantri ke Lirboyo.
Selang beberapa bulan kemudian Gus Miek kembali lagi mondok di Lirboyo yang kedua kalinya. Di saat mondok yang kedua kalinya ini ada beberapa perilaku Gus Miek yang unik sewaktu di pondok seperti, suka menghindari guru, sering tidur di saat mengaji, meletakkan kitab di atas genting, sering bepergian ketimbang di pondok.
Demikian kisah Mata Batin Kiai Mahrus Aly Lirboyo Menembus Kewalian Gus Miek, semoga bermanfaat.
Penulis: Riv’an, santri Ploso.