Pertanyaan: Bolehkah Orang Maksiat Menghadiri Majlis Ilmu?
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Bagaimanakah persisnya kalimat Ibnu Athoillah “tetaplah menghadiri majlis ilmu meskipun masih tetap melakukan ma’siat…..” ? untuk memotivasi diri ini.
[Urang Tidak Sendirian].
Jawaban atas Pertanyaan Orang Maksiat Menghadiri Majlis Ilmu
Wa’alikumsalam Wr. Wb.
تاج العروس الحاوي لتهذيب النفوسالمؤلف: ابن عطاء الله السكندري
لا يفتك مجلس الحكمة ولو كنت على معصية ، فلا تقل : ما الفائدة في السماع المجلس ، ولا أقدر على ترك المعصية ؟ بل على الرامي أن يرمي فإن لم يأخذ اليوم يأخذ غدا ، ولو كنت كيسا فطنا لكانت حقوق الله عندك أحظى من حظوظ نفسك .
Janganlah kamu menghentikan langkahmu untuk menghadiri majlis ilmu yang penuh hikmah, meskipun kamu dalam keadaan maksiat. Janganlah berkata “Apa guna mendengarkan dalam majlis ta’lim? Dan janganlah hadirmu di majlis ta’lim diukur dengan ukuran kamu meninggalkan maksiat. Tetapi Bagi seorang pelempar, yang melemparkan suatu barang, maka ketika dia tidak mendapatkan barang tersebut hari ini, maka ia akan mendapatkanya besok. Meskipun kamu adalah seorang yang sangat pintar, tetapi Allah lebih punya hak untuk dirimu, melebihi hakmu atas dirimu.
Dalam kitab syarah Hikam juz 1 hal 40 disebutkan:
لا تترك الذكر لعدم حضورك مع الله فيه لأن غفلتك عن وجود ذكره أشد من غفلتك في وجود ذكره . فعسى أن يرفعك من ذكر مع وجود غفلة الى ذكر مع وجود يقظة . ومن ذكر مع وجود يقظة الى ذكر مع وجود حضور . ومن ذكر مع وجود حضور الى ذكر مع وجود غيبة عما سوى المذكور . وما ذلك على الله بعزيز
Jangan kau tinggalkan dzikir oleh sebab ketidakhadiranmu bersama Allah dalam dzikirmu, karena sesungguhnya kelalaianmu dari menunaikan dzikir kepada Allah lebih parah ketimbang kelalaianmu saat menunaikan dzikir kepada Allah. Barangkali Allah akan menaikkanmu dari dzikir yang disertai adanya kelalaian menuju dzikir yang disertai adanya kesadaran, dan dari dzikir yang disertai kesadaran menuju dzikir yang disertai adanya kehadiran hati (bersama Allah), dan dari dzikir yang disertai kehadiran hati) bersama Allah (menuju dzikir yang disertai adanya kesirnaan hati dari selain Allah yang disebut dalam dzikir itu. Dan hal itu bagi Allah bukanlah hal yang sulit.
Intinya betapapun banyak dosa yang dilakukan seseorang tidak boleh putus asa dari rohmat dan magfiroh Allah SWT, berusaha berusaha dan terus berusaha memperbaiki diri itu yang semestinya dilakukan. Wallohu a’lam.
[Iwan Mahrus Arema, Anake Garwane Pake, Mbah Kaung Kaung].
Sumber Baca Disini
Silahkan baca juga artikel terkait.