Pertanyaan: Bagaimana Pengertian Kalimat “Ucapan adalah Doa”?
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saya sering mendengar pernyataan bahwa “ucapan adalah doa.Apakah memang ada kaidah yg mendasari pernyataan tersebut , klo pun ada, ucapan seperti apakah yang dianggap sebagai? doa ??? Mohon pencerahannya.
[Abahe Özil]
Jawaban atas Pertanyaan Pengertian Kalimat “Ucapan adalah Doa.”
Wa’alaikum salam Wr Wb
Q.S Al-Isro: 53
وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا
Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
Tafsir Thabary
قوله ( وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ) يقول تعالى ذكره لنبيّه محمد صلى الله عليه وسلم:وقل يا محمد لعبادي يقل بعضهم لبعض التي هي أحسن من المحاورة والمخاطبة.كما حدثنا خلاد بن أسلم، قال: ثنا النضر ، قال: أخبرنا المبارك، عن الحسن في هذه الآية ( وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ) قال: التي هي أحسن، لا يقول له مثل قوله يقول له: يرحمك الله يغفر الله لك.
Rasululullah Saw bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Dari Abu Hurairah, bersabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam: “Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka muliakanlah tamunya. Dan siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka berbicaralah yang baik atau diamlah”
Jami’ul ‘Ulumi wal Hikam ibni rojab
وخرج الإمام أحمد ، والترمذي من حديث أبي هريرة ، ، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : إن الرجل ليتكلم بالكلمة لا يرى بها بأسا يهوي بها سبعين خريفا في النار . [ ص: 335 ] وفي ” صحيح البخاري ” ، عن أبي هريرة رضي الله عنه ، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : إن الرجل ليتكلم بالكلمة من رضوان الله لا يلقي لها بالا يرفعه الله بها درجات ، وإن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط الله لا يلقي لها بالا يهوي بها في جهنم .
وخرج الإمام أحمد من حديث سليمان بن سحيم ، عن أمه ، قالت : سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول : ” إن الرجل ليدنو من الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيتكلم بالكلمة ، فيتباعد بها أبعد من صنعاء ” .
وخرج الإمام أحمد ، والترمذي والنسائي من حديث بلال بن الحارث قال : سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول : إن أحدكم ليتكلم بالكلمة من رضوان الله ما يظن أن تبلغ ما بلغت فيكتب الله بها رضوانه إلى يوم يلقاه ، وإن أحدكم ليتكلم بالكلمة من سخط الله ما يظن أن تبلغ ما بلغت ، فيكتب الله بها سخطه إلى يوم يلقاه .
وقد ذكرنا فيما سبق حديث أم حبيبة ، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : كلام ابن آدم عليه لا له ، إلا الأمر بالمعروف ، والنهي عن المنكر ، وذكر الله عز وجل .
فقوله صلى الله عليه وسلم : فليقل خيرا أو ليصمت أمر بقول الخير ، وبالصمت عما عداه ، وهذا يدل على أنه ليس هناك كلام يستوي قوله والصمت عنه ، بل إما [ ص: 336 ] أن يكون خيرا ، فيكون مأمورا بقوله ، وإما أن يكون غير خير ، فيكون مأمورا بالصمت عنه ، وحديث معاذ وأم حبيبة يدلان على هذا .
وخرج ابن أبي الدنيا من حديث معاذ بن جبل ولفظه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال له : يا معاذ ثكلتك أمك وهل تقول شيئا إلا وهو لك أو عليك .
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رُضْوَانِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
Dari Abi Hurairah, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba yang berbicara dengan kata-kata yang diridhai Allah ’Azza wa Jalla tanpa berpikir panjang, Allah akan mengangkatnya beberapa derajat dengan kata-katanya itu. Dan seorang hamba yang berbicara dengan kata-kata yang dimurkai Allah tanpa berpikir panjang, Allah akan menjerumuskannya ke neraka Jahannam dengan kata-katanya itu.” (HR Bukhari, Ahmad, dan Malik)
Orang disebut baik kalau kebiasaan-kebiasaannya baik, termasuk di dalam berbicara. Kebiasaannya berbicara baik sudah masuk ke dalam memori tersirat (otak bawah sadar), sehingga tanpa dipikir-pikir panjangpun, yang keluar dari lisannya selalu baik. Keadaan ini merupakan hasil proses pembinaan diri jangka panjang. Allah sangat menghargai perjuangan seseorang membiasaan berbicara baik –yang tentunya diridhai-Nya- dengan senantiasa meningkatkan derajatnya.
Sebaliknya, orang yang memiliki kebiasaan berbicara buruk, misalnya suka mencaci, mencela, mengutuk, berghibah, membicarakan aib sahabatnya, dan berkata-kata kotor–kata-kata yang membuat murka Allah-ia telah melakukannya dengan kendali otak bawah sadar. Keadaan seperti ini terjadi karena ia tidak berusaha menghentikannya dan selalu saja membiarkan keluar dari lisannya. Orang ini telah mengabaikan perintah Allah dan Rasul-Nya untuk berbicara baik. Pengabaian yang berulang-ulang hingga membentuk kebiasaan pada hakekatnya adalah bentuk keingkaran yang telah terbiasa dilakukannya. Oleh karena itu, Allah menjerumuskan ke neraka Jahanam dikarenakan kebiasaan ingkarnya tersebut.
Dalam kita Nashoihul ‘Ibad hl 65, Syeikh Nawawi memuat ucapan dari imam al-kasa`i dari bahr kamil
احفظ لسانك ان تقول فتبتلي *** ان البلاء موكل بالمنطق
Jaga lisanmu mengucapkan sesuatu,jika tidak ingin terkena musibah ***
Sesunggguhnya bala/musibah terwakilkan pada apa yang di ucapkan.
——————————
Baik buruk ucapan akan kembali lagi pada pengucapnya, jika bernilai ibadah ia mendapatkan ganjaran serta pahalanya, jika bernilai maksiat ia mendapat siksa/bala.
Artinya seorang yang mukallaf akan menanggung penuh kemanfaatan dan resiko atas apa yang ia kerjakan, ia dengar, ia i’tikadkan dan ia ucapkan.
Terakhir, ada beberapa perkara yang sengaja Allah sembunyikan waktunya, di antaranya: Ajal/maut dalam hidupnya, Lailatul qodar dalam ramadhan, waktu ijabah dalam siang dan malam.
Ini dimaksudkan agar senantiasa manusia selalu bersiap-siap di tiap waktunya dan tidak mengerjakan sesuatu kecuali yang bermanfaat baginya, baik untuk dunia ataupun akhiratnya.
Jika ucapan baik termasuk doa bertepatan sa’atul ijabah, tentunya akan jadi keuntungan, namun jika ucapan buruk termasuk sumpah serapah yang bertepatan dengan sa’atul ijabah, maka tentu akan jadi kerugian dan bumerang bagi diri dan orang sekelilingnya.
Waallahu A’lam. Semoga bermanfaat.
[Ical Rizaldysantrialit]
Sumber tulisan lihat di sini.
Tulisan terkait baca di sini.