Santri Bertemu Guru Sekumpul yang Sudah Wafat

Santri Bertemu Guru Sekumpul yang Sudah Wafat

Santri Bertemu Guru Sekumpul yang Sudah Wafat.

Ada kawan, terhitung masih juniorku, bercerita sesuatu yang menarik!

Sewaktu Muktamar Ulama Tarekat di Malang tahun 2012 yang dibuka oleh Presiden SBY saat itu, teman saya mendapat dawuh atau perintah dari Maulana Habib Lutfi Bin Yahya untuk menjemput para ulama khos yang akan melangsungkan sebuah pertemuan khusus.

Bacaan Lainnya

Menurut cerita kawan ini pertemuan tersebut hanya dihadiri 9 orang. Diantara yang dijemput adalah ulama dari Banjar Kalimantan. Dia masih ingat bahwa tokoh yang dijemputnya bernama “Tuan Guru Zaini”. Dia hanya sendiri membawa mobil jemputan tanpa ada rekan yang mendampingi.

Sesampai di tempat penjemputan, kawanku ini katanya tingak tinguk bingung karena tak mengenali sosok yang akan dijemputnya.

“Disitu ada 3 orang, Mas. 2 orang sudah tua dan yang satunya lebih muda,” dia lanjut bertutur.

“Nah, saya lantas menghampiri yang tua dan salaman cium tangan.”

Tapi, lanjutnya, sosok tua ini agak marah, sebab kata beliau, kawanku ini salah orang!

“Itu guru kami yang akan dijemput!” Ungkap sosok tua tadi sambil menunjuk sosok yang lebih muda yang diingatnya sebagai “Tuan Guru Zaini

Kawanku tadi minta maaf karena justru dia membelakangi “Guru”. Lalu dia berbalik untuk bersalaman khidmat dan “Guru” katanya tersenyum tidak bersuara.

Lalu…

“Guru” pun berpakaian dibantu oleh kedua orang pendherek tua beliau tadi. Kawanku tadi juga diam menunggu sambil sesekali memperhatikan Guru yang sedang berpakaian.

“Apa yang beliau lakukan saat sedang berpakaian?” Aku mengulik.

“Beliau seperti berdoa sambil bersolawat, mas” dia mengingat-ingat.

“Kamu pernah melihat sosok Tuan Guru sebelumnya?” aku bertanya.

Dia bilang belum pernah sama sekali. Momen itu adalah kali pertamanya!

Disinilah yang menjadi penasaranku!

“Perawakan beliau bagaimana?”

“Tinggi, tidak terlalu kurus juga tak terlalu gemuk,” kata kawan tadi.

Adapun 2 orang tua pendherek beliau tadi tingginya sekitar sebahu “Guru”.

“Wajah beliau?”

“Berkulit putih dan kesannya seperti orang arab”” jawabnya sambil mengingat-ingat.

Lalu aku membuka beberapa poto kedua anak Tuan Guru Sekumpul dari mesin google.

“Bukan ini Mas., ndak terlalu mirip,” jawabnya.

Kenapa aku mulai dengan membuka kedua putra mahkota beliau? Karena sewaktu pertemuan ini dilangsungkan, Tuan Guru Sekumpul sebenarnya sudah wafat beberapa tahun sebelumnya (tahun 2005). Lantas aku berasumsi mungkin yang datang adalah salah satu dari putera beliau.

Aku perlihatkan dari berbagai sisi sosok kedua putera Tuan Guru tadi kawanku tetap bilang bukan keduanya. Aku tunjukan lagi sosok-sosok ulama Banjar yang lain yang menurutku ciri-ciri perawakannya seperti gambarannya diatas. Dia juga menampik!

Saat kembali melihat foto-foto Tuan Guru Sekumpul dia berkeyakinan sosok inilah yang dijemputnya saat itu. Meskipun kesan wajah yang diingatnya tidak terlalu jernih tapi nama ulama yang diperintahkan untuk dijemput dia sangat ingat “Tuan Guru Zaini”!!!

Aku bilang ke kawanku, “beruntung sekali kamu bro!”

Peristiwa ini aku ceritakan kepada seseorang di Sekumpul Martapura sana. Tak ada yang tak mungkin jika Allah sudah berkehendak untuk para kekasihnya! Wallohu a’lamu.

Dan aku yang awam ini hanya bisa berdoa berharap semoga mendapatkan rahmat, mahabbah dan berkah masuk dalam “wal jamaah” yang selamat dunia akhirat. Amiiin

Penulis: Faqih Merdeka, muhibbib Abah Guru Sekumpul, pernah belajar di Pesantren Al-Falah Banjarbaru, sekarang tinggal di Yogya.

*Demikian kisah Santri Bertemu Guru Sekumpul yang Sudah Wafat, semoga manfaat.

Pos terkait