Santri Mistis Kiai Najib Abdul Qodir Munawwir Krapyak

Santri Mistis Kiai Najib Abdul Qodir Munawwir Krapyak

Santri Mistis Kiai Najib Abdul Qodir Munawwir Krapyak.

Brama, sebut saja begitu, gemar betul dengan ilmu tenaga dalam dan aneka kejadugan. Suatu ketika ia memutuskan mondok di Krapyak, ingin menghapal Quran. Ia pun sowan ke ndalem Mbah Yai Najib.

Bacaan Lainnya

Setelah memperkenalkan diri, Brama menghaturkan maksud kedatangannya untuk mondok. Mbah Yai mengangguk dan mengijinkan sambil bertitah (kira-kira begini); “Tapi mainannya disudahi dulu ya, Kang.”

Yang dimaksud mainan tentu saja adalah mainan kejadugan. Brama kaget betul. Bagaimana beliau bisa tahu? Entahlah.

Ia pun manut dhawuh gurunya itu. Konon ketika sudah khatam dan hendak boyong, Mbah Yai sempat dhawuh kepadanya, “Kalau mau diteruskan lagi ya monggo.”

__

Pernah juga, tahun 1998, ada santri kerasukan. Dia teriak-teriak tak karuan. Rekan santri yang terkenal sakti pun tak sanggup mengatasi. Dibacakan Ayat Kursi tak mempan, dihaturi salam malah balik menjawab salam sambil cekikikan. Ngeri betul.

Karena kuwalahan, lurah pondok pun melapor kepada Mbah Yai di ndalem. Beliau pun bergegas menuju komplek Madrasah Huffadh, hanya bersarung dan kaos oblong. Langsung menuju kamar si santri yang kerasukan.

Sampai di sana, Mbah Yai hanya berbisik di telinga santri itu, “Aku Pak Najib, aku Pak Najib.”

Lha kok santri itu mendadak lemas. Jinnya kabur.

Ada juga kisah lain -yang perlu dikonfirmasi lagi- tentang santri yang diminta warga menangani orang kesurupan. Padahal dia sama sekali tak punya pengalaman begituan. Sesampainya di sana, di dibentak oleh orang yang kesurupan, “Siapa kamu!”

Dijawab tegas olehnya, “Aku santri Pak Kiai Najib!”

Mendadak tubuh orang itu melemas, sembuh dan sadar kembali, padahal belum diruqyah sama sekali.

__

Suatu hari pengelola Kebun Binatang Gembira Loka kerepotan. Pasalnya, ada pohon randu alas yang tumbang. Pohon besar nan tua itu menimpa kios dan menewaskan dua orang. Sempat viral beritanya di tahun 2016 silam.

Setelah tumbang, tentu saja onggokan pohon itu musti disingkirkan. Masalahnya, tidak ada yang berani dan sanggup menjagal pohon tua itu. Ada saja hal-hal mistis yang mengganggu proses pemotongan si pohon.

Akhirnya pihak pengelola sowan ke Krapyak, mohon bantuan Mbah Yai Najib. Beliau pun menyanggupi. Sesampainya di sana, Mbah Yai berdoa sebentar, kemudian mengibaskan sorbannya ke arah pohon. Setelah itu, para pemotong dipersilakan melakukan tugasnya, dan lancar jaya.

Kepada santri yang menyertai beliau, Mbah Yai berbisik, “Kalau yang begini kamu juga bisa, ya, Kang.”

__

Terakhir, sebut saja namanya Rambo. Sejak mondok di Krapyak, ia bergelagat aneh. Kebetulan ia tetangga kamarku. Tiap tengah malam, Rambo selalu pergi keluar pondok. Ia berjalan sendirian sampai ke lapangan Patmasuri. Gelap-gelapan.

Ada suara-suara yang membisikinya. Entah dari mana asalnya. Ia tak tahu musti bagaimana. Agaknya hal ini disebabkan kebiasannya dahulu yang suka bermain ilmu-ilmu hikmah dan tidak kuat.

Hingga akhirnya ia matur untuk ikut mengabdi. Jadi santri ndalem. Sebagaimana santri ndalem lain, ia bertugas laden dan masak. Rekan-rekan santri ndalem mulai merasa aneh dengan Rambo ini, sebab ia sering kepergok ngobrol sendirian. Bisikan-bisikan gaib itu masih menerornya.

Suatu malam, setelah setoran, Rambo bertugas memijat Mbah Yai sampai beliau tertidur. Rambo terus memijat hingga berjam-jam. Mbah Yai duduk selonjor bersandar tembok, Rambo duduk di depan memijat kaki beliau.

Sampai pada sekitar pukul satu malam, tiba-tiba Mbah Yai terbangun dan langsung menggusah ke arah muka Rambo, “Hus! Hus! Hus!”

Seakan-akan beliau sedang mengusir sesuatu. Setelah itu beliau lanjut tidur lagi. Tentu saja Rambo kaget bukan kepalang. Ada apa ini? Melihat Mbah Yai kembali tidur, Rambo pun lanjut memijat.

Sejak saat itu, Rambo tidak lagi diganggu bisikan-bisikan gaib. Ia tidak pernah lagi kepergok ngobrol sendiri. Apalagi sampai gelap-gelapan ke lapangan Patmasuri. Lalu apa kira-kira yang digusah Mbah Yai Najib malam itu? Ya embuh.

Lahul Fatihah.

Kalibening, 18-1-2021.

Penulis: Zia Ul Haq, alumni Madrasah Huffadh Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta.

*Demikian kisah Santri Mistis Kiai Najib Abdul Qodir Munawwir Krapyak, semoga manfaat.

Pos terkait