Tafsir Qur’an Surah Al-Baqoroh Ayat 138

Tafsir Qur'an Surah Al-Baqoroh Ayat 138

Pertanyaan: Bagaimana Tafsir Qur’an Surah Al-Baqoroh Ayat 138?

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Apa maksud potongan ayat ini “Shibghah Allah, Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah ?” ( Q.S. Al-Baqoroh: 138 ).

Bacaan Lainnya

[Adi Alamsyah].

Jawaban atas pertanyaan Tafsir Qur’an Surah Al-Baqoroh Ayat 138

Wa’alaikumsalam Wr. Wb.

Firman Allah dalam Q.S Al-baqoroh ayat 13:

صِبْغَةَ اللَّهِ ۖ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً ۖ وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ

“Sibgah Allah. Dan siapakah yang lebih baik sibgah­nya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyem­bah.”

Firman  Allah Swt., “sibgah Allah.” Menurut Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas, yang  dimaksud dengan saibgah ialah agama Allah. Hal yang semakna telah  diriwayatkan pula dari Mujahid, Abul Aliyah, Ikrimah, Ibrahim, Al-Hasan,  Qatadah, Ad-Dahhak, Abdullah ibnu KOr, Atiyyah Al-Aufi, Ar-Rabi’ ibnu  Anas, dan As-Saddi. Lafaz sibgah dibaca nasab, yakni  sibgatallahi, adakalanya karena sebagai igra’ (anjuran), seperti  pengertian yang terkandung di dalam firman lainnya, yaitu: (tetaplah atas) fitrah Allah. (Ar-Rum: 30). Dengan demikian, berarti makna sibgatallahi ialah tetaplah kalian pa­da sibgah (agama) Allah itu.

Ulama yang lain mengatakan bahwa lafaz sibgah dibaca nasab karena berkedudukan sebagai badal dari firman-Nya: (kami mengikuti) agama Ibrahim. (Al-Baqarah: 135). Menurut  Imam Sibawaih, lafaz sibgah dibaca nasab karena menjadi mashdar mu’akkid dari fi’il yang terkandung di dalam firman-Nya : Kami beriman kepada Allah. (Al-Baqarah: 136) Perihalnya sama dengan firman-Nya : Allah telah membuat suatu janji. (An-Nisa: 122).

Telah  disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim  dan Ibnu Murdawaih melalui riwayat Asy’ah ibnu Ishaq, dari Sa’id ibnu  Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi Saw. pernah ber­sabda : “Sesungguhnya  orang-orang Bani Israil pernah bertanya, “Wahai utusan Allah, apakah  Tuhanmu melakukan celupan?” Musa a.s. menjawab, “Jangan kalian  sembarangan, bertakwalah kepada Allah!” Maka Tuhannya menyerunya, “Hai  Musa, apakah me­reka menanyakan kepadamu bahwa benarkah Tuhanmu  melaku­kan celupan? Katakanlah, Benar, Aku mencelup berbagai warna, ada  yang merah, ada yang putih, dan ada yang hitam, semuanya adalah hasil  celupan-Ku.”

Allah Swt. menurunkan kepada Nabi-Nya ayat berikut, yaitu firman­Nya : Sibgah Allah. Dan siapakah yang lebih baik sibgah-nya daripada Allah? (Al-Baqarah: 138).

Demikianlah  menurut apa yang disebutkan di dalam riwayat Ibnu Murdawaih secara  marfu’ , sedangkan sanad ini menurut riwayat Ibnu Abu Hatim berpredikat  mauquf, tetapi sanad Ibnu Abu Hatim lebih dekat kepada predikat marfu’  jika sanadnya sahih.

Tafsir Ibnu Katsir:

وقوله  : ( صبغة الله ) قال الضحاك ، عن ابن عباس : دين الله . وكذا روي عن مجاهد  ، وأبي العالية ، وعكرمة ، وإبراهيم ، والحسن ، وقتادة ، والضحاك ، وعبد  الله بن كثير ، وعطية العوفي ، والربيع بن أنس ، والسدي ، نحو ذلك .

وانتصاب  ( صبغة الله ) إما على الإغراء كقوله ( فطرة الله ) [ الروم : 30 ] أي :  الزموا ذلك عليكموه . وقال بعضهم : بدل من قوله : ( ملة إبراهيم ) وقال  سيبويه : هو مصدر مؤكد انتصب عن قوله : ( آمنا بالله ) كقوله ) واعبدوا  الله ) [ النساء : 36 ] .

وقد ورد في حديث رواه ابن أبي  حاتم وابن مردويه ، من رواية أشعث بن إسحاق عن جعفر بن أبي المغيرة عن سعيد  بن جبير ، عن ابن عباس أن نبي الله قال : ” إن بني إسرائيل قالوا : يا  موسى ، هل يصبغ ربك ؟ فقال : اتقوا الله . فناداه ربه : يا موسى ، سألوك هل  يصبغ ربك ؟ فقل : نعم ، أنا أصبغ الألوان : الأحمر والأبيض والأسود ،  والألوان كلها من صبغي ” . وأنزل الله على نبيه صلى الله عليه وسلم : (  صبغة الله ومن أحسن من الله صبغة ) .

كذا وقع في رواية ابن مردويه مرفوعا ، وهو في رواية ابن أبي حاتم موقوف ، وهو أشبه ، إن صح إسناده ، والله أعلم .

Coba kita perhatikan tamtsil berikut : Anak anak itu laksana kain putih yang belum diberi warna (dicelep warna). Jika sedari kecil dikenalkan pada Agama Allah dan rosulnya, diberi pelajaran dan atau dimasukkan pada lembaga pendidikan yang berbasiskan agama, maka seperti demikian dikatakan Shibghoh Allah. Bandingkan  dengan anak yang dalam keluarganya tidak memperkenalkan pada ajaran agama,  kemudian hanya mengenyam pendidikan umum / formal saja.

Maka pengenalan ajaran agama ,mendidik dan membimbingnya dikatakan Celepan/shibghoh Allah. Sebaliknya, jika hanya dikenalkan dididik akan ilmu umum saja, maka tidak dikatakan tidak tercelep oleh warna agama. Wallahu a’lam.

[Santrialit].

Sumber Baca Disini
Silahkan baca juga artikel terkait.

Pos terkait