oleh Mbah Jenggot pada 09 November 2010 jam 10:40
Ratib Al-Haddad ini diambil dari nama penyusunnya, Yakni Imam Abdullah bin Alawi  Al-Haddad, seorang pembaharu  Islam (mujaddid) yang terkenal.  Dari doa-doa dan zikir-zikir  karangan dan susunan beliau, Ratib Al-Haddad lah yang paling terkenal dan  masyhur. Ratib yang bergelar Al-Ratib Al-Syahir (Ratib Yang  Termasyhur) disusun  berdasarkan  inspirasi, pada malam Lailatul  Qadar 27 Ramadhan 1071 Hijriyah (bersamaan 26 Mei 1661).
Ratib ini disusun atas permintaan salah seorang murid beliau, ‘Amir dari keluarga  Bani Sa’d yang tinggal di sebuah kampung di Shibam, Hadhramaut. Tujuan ‘Amir membuat permintaan tersebut untuk mengadakan suatu wirid dan zikir untuk amalan penduduk  kampungnya agar mereka dapat  mempertahan dan  menyelamatkan diri dari ajaran  sesat yang sedang melanda Hadhramaut  ketika itu.
Pertama kalinya Ratib ini dibaca di kampung ‘Amir sendiri, yakni di  kota Shibam setelah mendapat izin dan ijazah daripada Al-Imam Abdullah Al-Haddad  sendiri. Selepas itu Ratib dibaca di Masjid Al-Imam Al-Haddad di Al-Hawi, Tarim  dalam tahun 1072 Hijriah bersamaan tahun 1661 Masehi. Pada  kebiasaannya ratib ini dibaca  berjamaah bersama doa dan nafalnya, setelah solat Isya’. Pada bulan Ramadhan  dibaca sebelum solat Isya’. Mengikut Imam Al-Haddad di  kawasan-kawasan di mana Ratib  al-Haddad ini diamalkan, dengan  izin Allah kawasan-kawasan  tersebut selamat dipertahankan dari  pengaruh sesat tersebut.
Ketahuilah bahawa  setiap ayat, doa, dan nama Allah yang disebutkan di dalam ratib ini dipetik dari Al-Quran dan  hadith Rasulullah S.A.W. Ini  berdasarkan sarana Imam  Al-Haddad sendiri. Beliau menyusun zikir-zikir yang pendek yang dibaca berulang kali, dan  dengan itu memudahkan  pembacanya.
Keutamaan Rotib Hadad. (1)
Cerita-cerita yang  dikumpulkan mengenai kelebihan  RatibAl-Haddad banyak tercatat  dalam buku Syarah Ratib Al-Haddad, antaranya: Telah berkata Habib Abu Bakar bin Abdullah  Al-Jufri yang bertempat tinggal di Seiwun (Hadhramaut): “Pada suatu masa kami  serombongan sedang menuju ke  Makkah untuk menunaikan Haji,  bahtera kami terkandas tidak dapat meneruskan perjalanannya kerana tidak ada angin yang  menolaknya. Maka kami berlabuh  di sebuah pantai, lalu kami isikan gerbah-gerbah (tempat isi air terbuat dari kulit) kami  dengan air, dan kami pun berangkat berjalan kaki siang dan malam, kerana kami  bimbang akan ketinggalan Haji.  Di suatu perhentian, kami cuba  meminum air dalam gerbah itu dan kami dapati airnya payau dan masin, lalu kami  buangkan air itu. Kami duduk tidak tahu apa yang mesti hendak dibuat. Maka saya  anjurkan rombongan kami itu untuk membaca Ratib Haddad ini,  mudah-mudahan Allah akan  memberikan  kelapangan dari perkara yang  kami hadapi itu. Belum sempat kami habis membacanya, tiba-tiba kami lihat dari kejauhan  sekumpulan orang yang sedang  menunggang unta menuju ke tempat  kami, kami bergembira sekali.  Tetapi ketika mereka mendekati kami, kami dapati mereka itu  perompak-perompak yang kerap  merampas harta-benda orang yang  lalu-lalang di situ. Namun  rupanya Allah Ta’ala telah melembutkan hati mereka bila mereka dapati kami terkandas di  situ, lalu mereka memberi kami minum dan mengajak kami  menunggang unta mereka untuk  disampaikan kami ke tempat  sekumpulan kaum Syarif* tanpa diganggu  kami sama sekali, dan dari situ kami pun berangkat lagi menuju ke Haji,  syukurlah atas bantuan Alloh SWT karena berkat membaca Ratib ini.
Cerita ini pula diberitakan oleh seorang yang mencintai keturunan Sayyid,  katanya: “Sekali peristiwa saya berangkat dari negeri Ahsa’i menuju ke Hufuf. Di  perjalanan itu saya terlihat  kaum Badwi yang biasanya merampas hak orang yang melintasi  perjalanan itu. Saya pun  berhenti dan duduk, di mana tempat itu pula saya gariskan tanahnya  mengelilingiku dan saya duduk di  tengah-tengahnya membaca Ratib  ini. Dengan kuasa Alloh mereka telah berlalu di hadapanku seperti orang yang  tidak menampakku, sedang aku  memandang mereka.” Begitu juga pernah berlaku semacam itu kepada seorang alim  yang mulia, namanya Hasan bin Harun ketika dia keluar  bersama-sama  teman-temannya dari negerinya di  sudut Oman menuju ke Hadhramaut.  Di perjalanan mereka dibajak  oleh gerombolan perompak, maka  dia menyuruh orang-orang yang  bersama-samanya membaca Ratib  ini. Alhamdulillah,  gerombolan perompak itu tidak  mengapa-apakan siapapun, malah  mereka berlalu dengan tidak mengganggu.
Apa yang diberitakan  oleh seorang Arif Billah Abdul Wahid bin Subait Az-Zarafi, katanya: Ada seorang penguasa yang ganas yang  dikenal dengan nama Tahmas yang juga dikenal dengan nama Nadir Syah. Tahmas ini  adalah seorang penguasa ajam yang telah menguasai banyak dari  negeri-negeri di  sekitarannya. Dia telah  menyediakan  tentaranya untuk memerangi  negeri Aughan. Sultan Aughan yang bernama Sulaiman mengutus orang kepada Imam  Habib Abdullah Haddad memberitahunya, bahwa Tahmas sedang  menyiapkan tentera untuk  menyerangnya. Maka Habib  Abdullah Haddad mengirim Ratib ini dan menyuruh Sultan Sulaiman dan rakyatnya  membacanya. Sultan Sulaiman pun  mengamalkan bacaan Ratib ini dan  memerintahkan  tenteranya dan sekalian  rakyatnya untuk membaca Ratib i ini dengan bertitah: “Kita tidak akan dapat  dikuasai Tahmas kerana kita ada benteng yang kuat, iaitu Ratib Haddad ini.”  Benarlah apa yang dikatakan Sultan Sulaiman itu, bahwa negerinya terlepas dari  penyerangan Tahmas dan  terselamat dari angkara penguasa yang  ganas itu dengan sebab berkat Ratib Haddad ini.
Saudara penulis Syarah Ratib Al-Haddad ini yang bernama Abdullah bin  Ahmad juga pernah mengalami peristiwa yang sama, yaitu ketika dia berangkat dari  negeri Syiher menuju ke bandar Syugrah dengan kapal, tiba-tiba angin macet tiada  bertiup lagi, lalu kapal itu pun terkandas tidak bergerak lagi. Agak lama kami  menunggu namun tidak berhasil juga. Maka saya mengajak  rekan-rekan membaca Ratib ini , maka  tidak berapa lama datang angin membawa kapal kami ke tujuannya dengan selamat  dengan berkah membaca Ratib ini.
Suatu pengalaman lagi  dari Sayyid Awadh Barakat Asy-Syathiri Ba’alawi ketika dia belayar dengan kapal, lalu  kapal itu telah tersesat jalan sehingga membawanya terkandas di pinggir sebuah batu karang. Ketika  itu angin juga macet tidak dapat menggerakkan kapal itu keluar dari  bahayanya. Kami sekalian merasa  bimbang, lalu kami membaca Ratib ini dengan niat Alloh akan  menyelamatkan kami. Maka dengan  kuasa Alloh SWT datanglah angin dan menarik kami keluar dari tempat itu menuju  ke tempat tujuan kami. Maka kerana itu saya amalkan membaca Ratib ini. Pada  suatu malam saya tertidur sebelum membacanya, lalu saya bermimpi Habib Abdullah Haddad datang  mengingatkanku supaya membaca Ratib  ini, dan saya pun tersadar dari tidur dan terus membaca Ratib Haddad itu.
Di antaranya lagi apa yang diceritakan oleh Syeikh Allamah Sufi murid Ahmad  Asy-Syajjar, iaitu Muhammad bin  Rumi Al-Hijazi, dia berkata:  “Saya bermimpi seolah-olah saya  berada di hadapan Habib Abdullah Haddad, penyusun Ratib ini. Tiba-tiba datang  seorang lelaki memohon sesuatu daripada Habib Abdullah Haddad, maka dia telah  memberiku semacam rantai dan sayapun memberikannya kepada orang itu. Pada hari besoknya, datang  kepadaku seorang lelaki dan meminta daripadaku ijazah (kebenaran guru) untuk membaca Ratib Haddad ini,  sebagaimana yang  diijazahkan kepadaku oleh guruku  Ahmad Asy-Syajjar. Aku pun  memberitahu orang itu tentang  mimpiku semalam, yakni ketika saya berada di majlis Habib Abdullah Haddad, lalu  ada seorang yang datang kepadanya. Kalau begitu, kataku, engkaulah orang itu.” Dari  kebiasaan Syeikh Al-Hijazi ini, dia selalu membaca Ratib Haddad ketika saat  ketakutan baik di siang hari mahupun malamnya, dan memang jika dapat dibaca pada  kedua-dua masa itulah yang paling utama, sebagaimana yang dipesan oleh penyusun Ratib ini sendiri.  Ada seorang dari kota Quds (Syam) sesudah dihayatinya sendiri tentang banyak kelebihan membaca Ratib  ini, dia lalu membuat suatu ruang di sudut rumahnya yang dinamakan Tempat Baca  Ratib, di mana dikumpulkan orang  untuk mengamalkan bacaan Ratib ini di  situ pada waktu siang dan malam.
Di antaranya lagi, apa yang diberitakan oleh Sayyid Ali bin Hassan, penduduk Mirbath,  katanya: “Sekali peristiwa aku tertidur sebelum aku membaca Ratib, aku lalu  bermimpi datang kepadaku seorang Malaikat mengatakan kepadaku: “Setiap malam kami para Malaikat  berkhidmat buatmu begini dan  begitu dari bermacam-macam  kebaikan, tetapi pada malam ini kami tidak membuat apa-apa pun karena engkau  tidak membaca Ratib. Aku terus terjaga dari tidur lalu membaca Ratib Haddad itu  dengan serta-merta.
Setengah kaum Sayyid bercerita tentang pengalamannya: “Jika aku tertidur ketika aku membaca Ratib  sebelum aku menghabiskan  bacaannya, aku bermimpi melihat  berbagai-bagai hal yang  mengherankan, tetapi jika sudah  menghabiskan  bacaannya, tidak bermimpi apa-apa  pun.”
Di antara yang diberitakan lagi, bahawa seorang pecinta kaum Sayyid,  Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad Mughairiban yang tinggal di negeri Shai’ar, dia  bercerita: “Dari adat kebiasaan  Sidi Habib Zainul Abidin bin Ali bin Sidi Abdullah Haddad yang selalu aku  berkhidmat kepadanya tidak  pernah sekalipun meninggalkan  bacaan Ratib ini. Tiba-tiba suatu malam kami tertidur pada awal waktu Isya’,  kami tidak membaca Ratib dan tidak bersembahyang Isya’, semua orang termasuk Sidi Habib Zainul  Abidin. Kami tidak sedarkan diri melainkan di waktu pagi, di mana kami dapati  sebagian rumah kami terbakar.
Kini tahulah kami bahwa semua itu berlaku karena tidak membaca Ratib  ini. Sebab itu kemudian kami tidak pernah meninggalkan bacaannya lagi, dan apabila sudah  membacanya kami merasa tenteram,  tiada sesuatupun yang akan  membahayakan kami, dan kami  tidak bimbang lagi terhadap rumah kami, meskipun ia terbuat dari dedaunan korma,  dan bila kami tidak membacanya,  hati kami tidak tenteram dan selalu kebimbangan.”
Berkata Habib Alwi bin Ahmad, penulis Syarah Ratib  Al-Haddad: “Siapa yang melarang  orang membaca Ratib ini dan juga wirid-wirid para salihin, niscaya dia akan ditimpa bencana  yang berat daripada Allah Ta’ala, dan hal ini pernah berlaku dan bukan  omong-omong kosong.” Berkata  Sidi Habib Muhammad bin Zain bin Semait Ba’alawi di dalam kitabnya Ghayatul Qasd  Wal Murad: Telah berkata Saiyidina Habib Abdullah Haddad: “Siapa yang menentang  atau membangkang orang yang  membaca Ratib kami ini dengan secara terang-terangan atau disembunyikan pembangkangannya itu akan mendapat bencana seperti yang  ditimpa ke atas orang-orang yang  membelakangi zikir dan wirid  atau yang lalai hati mereka dari berzikir kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala  berfirman: “Dan  barangsiapa yang berpaling dari  mengingatiKu, maka baginya akan  ditakdirkan hidup yang sempit.”  ( Thaha: 124 ) Allah berfirman lagi: “Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingati Tuhan Pemurah, Kami balakan baginya syaitan yang  diambilnya menjadi teman.”
( Az-Zukhruf: 36 )  Allah berfirman lagi: “Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingat Tuhannya, Kami  akan menurukannya kepada siksa  yang menyesakkan nafas.” ( Al-Jin:  17)
(1) Dipetik dari: Syarah Ratib Haddad: Analisa Dan Komentar – karangan  Syed Ahmad Semait, terbitan Pustaka Nasional Pte. Ltd.
الراتب الشهير
للحبيب عبد الله بن علوي الحداد
Ratib Al Haddad
Moga-moga Allah merahmatinya  [Rahimahu Allahu Ta’ala]
يقول القارئ: الفَاتِحَة  إِلَى حَضْرَةِ سَيِّدِنَا  وَشَفِيعِنَا  وَنَبِيِّنَا  وَمَوْلانَا مُحَمَّد صلى الله عليه  وسلم – الفاتحة-
1. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ  الْعَالَمِيْنَ.  اَلرَّحْمنِ  الرَّحِيْمِ. ماَلِكِ يَوْمِ  الدِّيْنِ إِيِّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّيْنَ. آمِيْنِ
2. اَللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَهُ مَا فِي  السَّموَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ  مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَآءَ  وَسِعَ كُرْسِيُّهُ  السَّمَوَاتِ  وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُدُهُ  حِفْظُهُمَا وَهُوَ العَلِيُّ  العَظِيْمُ.
3. آمَنَ الرَّسُوْلُ  بِمَآ أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّه وَالْمُؤْمِنُوْنَ كُلٌّ آمَنَ بِاللهِ  وَمَلآئِكَتِهِ  وَكُتُبِهِ  وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ  أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْناَ وَأَطَعْناَ غُفْراَنَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
.
4. لاََ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ  وَعَلَيْهَا مَا  اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ  تُؤَاخِذْنَآ إِنْ نَسِيْنَآ أَوْ  أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ  تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ  تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ  لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنآ أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْناَ عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
5 لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ  وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيْتُ  وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. (X3)
”
6. سٌبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اْللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ.  (X3)
7.سُبْحَانَ اللهِ  وَبِحَمْدِهِ سُبْحاَنَ اللهِ  الْعَظِيْمِ. (X3)
8. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ  التَّوَّابُ  الرَّحِيْمُ. (X3)
9.اَللَّهُمَّ صَلِّ  عَلَى مُحَمَّدٍ،  اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ  وَسَلِّمْ. ( X3)
10. أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّآمَّاتِ مِنْ شَرِّمَا خَلَقَ. (X3)
11. بِسْـمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُـرُّ مَعَ اسْـمِهِ شَيْءٌ فِي  الأَرْضِ وَلاَ فِي الْسَّمَـآءِ  وَهُوَ الْسَّمِيْـعُ  الْعَلِيْـمُ. (X3)
12. رَضِيْنَـا بِاللهِ  رَبًّا وَبِالإِسْـلاَمِ دِيْنـًا  وَبِمُحَمَّدٍ  نَبِيّـًا. (X3)
13. بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْخَيْرُ وَالشَّـرُّ بِمَشِيْئَـةِ اللهِ. (X3)
14. آمَنَّا بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ تُبْناَ إِلَى اللهِ باَطِناً  وَظَاهِرًا. (X3)
15. يَا رَبَّنَا وَاعْفُ عَنَّا وَامْحُ الَّذِيْ كَانَ مِنَّا. (X3)
16. ياَ ذَا الْجَلاَلِ  وَالإِكْراَمِ أَمِتْناَ عَلَى  دِيْنِ الإِسْلاَمِ. (X7)
17. ياَ قَوِيُّ ياَ مَتِيْـنُ إَكْفِ شَرَّ الظَّالِمِيْـنَ. (X3)
18. أَصْلَحَ اللهُ أُمُوْرَ الْمُسْلِمِيْنَ صَرَفَ اللهُ شَرَّ  الْمُؤْذِيْنَ. (X3)
19. يـَا عَلِيُّ يـَا كَبِيْرُ يـَا عَلِيْمُ يـَا قَدِيْرُ
يـَا سَمِيعُ يـَا بَصِيْرُ يـَا لَطِيْفُ يـَا خَبِيْرُ. (X3)
20. ياَ فَارِجَ الهَمِّ يَا كَاشِفَ الغَّمِّ يَا مَنْ  لِعَبْدِهِ يَغْفِرُ  وَيَرْحَمُ. (X3)
21. أَسْتَغْفِرُ اللهَ  رَبَّ الْبَرَايَا  أَسْتَغْفِرُ اللهَ مِنَ  الْخَطَاياَ.(X4)
22. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ. (X50)
23. مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ  وَشَرَّفَ وَكَرَّمَ وَمَجَّدَ وَعَظَّمَ وَرَضِيَ اللهُ تَعاَلَى عَنْ آلِ  وَأَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ  أَجْمَعِيْنَ،  وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ  التَّابِعِيْنَ  بِإِحْسَانٍ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا  إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَعَلَيْناَ مَعَهُمْ وَفِيْهِمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
24. بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَـدٌ. اَللهُ الصَّمَـدُ. لَمْ يَلِـدْ وَلَمْ يٌوْلَـدْ. وَلَمْ يَكُـنْ لَهُ كُفُـوًا أَحَـدٌ. (3X3)
25. بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ، مِنْ شَرِّ ماَ خَلَقَ، وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا  وَقَبَ، وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ، وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَد
26. بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ، مَلِكِ النَّاسِ، إِلَهِ النَّاسِ، مِنْ  شَرِّ الْوَسْوَاسِ  الْخَنَّاسِ، اَلَّذِيْ  يُوَسْوِسُ فِي صُدُوْرِ  النَّاسِ، مِنَ الْجِنَّةِ  وَالنَّاسِ.
27. اَلْفَاتِحَةَ
إِلَى رُوحِ سَيِّدِنَا  الْفَقِيْهِ  الْمُقَدَّمِ مُحَمَّد بِن عَلِيّ  باَ عَلَوِي وَأُصُولِهِمْ  وَفُرُوعِهِمْ وَكفَّةِ  سَادَاتِنَا آلِ أَبِي عَلَوِي  أَنَّ اللهَ يُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ وَيَنْفَعُنَا بِهِمْ وَبِأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِ هِمْ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْياَ وَالآخِرَةِ.
28. اَلْفَاتِحَةَ
إِلَى أَرْوَاحِ ساَدَاتِنَا الصُّوْفِيَّةِ أَيْنَمَا كَانُوا فِي مَشَارِقِ الأَرْضِ  وَمَغَارِبِهَا وَحَلَّتْ  أَرْوَاحُهُمْ – أَنَّ اللهَ  يُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ فِي  الْجَنَّةِ  وَيَنْفَعُنَا بِهِمْ  وَبِعُلُومِهِمْ  وَبِأَسْرَارِهِمْ  وَأَنْوَارِ هِمْ،  وَيُلْحِقُنَا بِهِمْ فِي خَيْرٍ  وَعَافِيَةٍ.
29. اَلْفَاتِحَةَ
إِلَى رُوْحِ صاَحِبِ الرَّاتِبِ قُطْبِ الإِرْشَادِ وَغَوْثِ الْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ الْحَبِيْبِ عَبْدِ اللهِ بِنْ عَلَوِي  الْحَدَّاد  وَأُصُوْلِهِ  وَفُرُوْعِهِ أَنَّ اللهَ يُعْلِي  دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّة  وَيَنْفَعُنَا بِهِمْ  وَأَسْرَارِهِمْ  وَأَنْوَارِهِمْ  بَرَكَاتِهِمْ فِي الدِّيْنِ  وَالدُّنْياَ  وَالآخِرَةِ.
30. اَلْفَاتِحَة
إِلَى كَافَّةِ عِبَادِ اللهِ الصّالِحِينَ وَالْوَالِدِيْنِ وَجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ أَنْ اللهَ يَغْفِرُ لَهُمْ  وَيَرْحَمُهُمْ  وَيَنْفَعُنَا  بَأَسْرَارِهِمْ  وبَرَكَاتِهِمْ
31. (ويدعو القارئ):
اَلْحَمْدُ اللهِ رَبِّ  العَالَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِي  نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ  مَزِيْدَه،  اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى  سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وأَهْلِ  بَيْتِهِ وَصَحْبِهِ  وَسَلِّمْ.  اَللَّهُمَّ إِنَّا  نَسْأَلُكَ بِحَقِّ  الْفَتِحَةِ  الْمُعَظَّمَةِ  وَالسَّبْعِ  الْمَثَانِيْ أَنْ تَفْتَحْ لَنَا  بِكُلِّ خَيْر، وَأَنْ تَتَفَضَّلَ عَلَيْنَا بِكُلِّ خَيْر، وَأَنْ  تَجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ  الْخَيْر، وَأَنْ تُعَامِلُنَا  يَا مَوْلاَنَا  مُعَامَلَتَكَ لأَهْلِ الْخَيْر،  وَأَنْ تَحْفَظَنَا فِي  أَدْيَانِنَا  وَأَنْفُسِنَا  وَأَوْلاَدِنَا  وَأَصْحَابِنَا  وَأَحْبَابِنَا مِنْ كُلِّ  مِحْنَةٍ وَبُؤْسٍ وَضِيْر إِنَّكَ وَلِيٌّ كُلِّ خَيْر  وَمُتَفَضَّلٌ بِكُلِّ خَيْر  وَمُعْطٍ لِكُلِّ خَيْر يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن.
32. اَللَّهُمَّ إِنَّا  نَسْـأَلُكَ رِضَـاكَ  وَالْجَنَّـةَ  وَنَـعُوْذُ بِكَ مِنْ سَـخَطِكَ  وَالنَّـارِ. (X3)
									





