0219. JIKA SALAH UCAP TASYAHUD, SAHKAH SHOLATNYA ?

PERTANYAAN :
Assalamu ‘alaikum. Apakah mempengaruhi keabsahan sholat bila musholli dalam membaca tasyahhud-nya berubah pengucapan salah satu huruf terganti huruf yang lain ? [Husin Ba’bud].
JAWABAN :
Waalaikum salam. Ketentuan hukum dalam kasus di atas tergantung huruf yang diganti, bila termasuk hal yang tidak boleh diganti maka batal, bila ada ajarannya maka boleh [ tidak menjadikan batal sholatnya, penyunting ].
وعبارة البرماوي ولا يجوز إبدال كلمة منه كالنبي والله ومحمد والرسول والرحمة والبركة بغيرها ولا أشهد بأعلم ولا ضمير علينا بظاهر ولا إبدال حرف منه ككاف عليك باسم ظاهر ولا ألف أشهد بنون ولا هاء بركاته بظاهر وجوزه بعضهم في الثاني ويجوز إبدال ياء النبي بالهمز ويضر إسقاطهما معا إلا في الوقف كما قاله العلامة الزيادي ويضر إسقاط تنوين سلام المنكر خلافا للعلامة ابن حجر ولا يضر تنوين المعرف ولا زيادة بسم الله قبل التشهد بل تكره فقط ولا يضر زيادة ميم في عليك ولا يا النداء قبل أيها ولا وحده لا شريك له بعد أشهد أن لا إله إلا الله لورود ذلك في خبر ولا زيادة سيدنا قبل محمد هنا وفي الصلاة عليه الآتية بل هو أفضل لأن فيه مع سلوك الأدب امتثال الأمر وزيادة وأما حديث لا تسيدوني في الصلاة فباطل باتفاق الحفاظ
Redaksi kitab alBarmawy “Tidak boleh mengganti kalimat-kalimat yang terdapat pada bacaan tasyahhud seperti mengganti lafadz annabiy, Allah, Muhammad, Arrosuul, arrohmat, albarokah, lafadz asyhadu diganti a’lamu, dhomir yang terdapat pada ‘alainaa diganti isim dhohir dll.
Juga tidak boleh mengganti huruf-huruf yang terdapat pada bacaan tasyahhud seperti huruf kaafnya alaika diganti isim dhohir, alifnya asyhadu diganti dengan nun, huruf ha’ nya wabarokaatuh diganti isim dhohir (namun sebagian ulama memperbolehkannya dalam hal ini).
Boleh mengganti huruf ya’nya lafadz annabiy dengan hamzah namun bahaya menghilangkankan keduanya (ya’ dan hamzah) kecuali bila waqof seperti yang diterangkan oleh az-Ziyaady, bahaya juga menggugurkan tanwin nakirohnya lafadz salaamun berbeda dengan Imam Ibnu Hajar. Tidak bahaya mendatangkan tanwin muarrof, menambahi BASMALAH sebelum tasyahhud (hanya saja makruh), tidak bahaya menambahkan huruf mim pada lafadz ‘alaika, huruf ya nidaa’ sebelum lafadz ayyuhaa dan menambahkan WAHDAHUU LAA SYARIIKA LAHU setelah kalimat an laa ilaaha illlallaah karena semuanya ada dalam keterangan hadits.
Tidak bahaya juga menambahkan lafadz sayyidinaa sebelum lafadz Muhammad, juga saat membaca sholawat bahkan hukumnya lebih utama karena yang lebih utama menjaga etika pada Rosulullah shallallaahu ‘Alaihi wa sallam, sedang hadits yang berbunyi “Janganlah kalian menyebut kata sayyid untukku saat sholat” adalah hadits batal. [ Hasyiyah aljamal ‘Ala alminhaj II/335 ]. Wallaahu A’lamu Bis Showaab.
Yang membatalkan sholat (menurut pendapat yang paling shahih) bila penggantian huruf dalam rukun-rukun Qouly ( takbir, fatehah dan tahiyyat ) adalah saat terjadi unsur kesengajaan dan dia mengetahuinya kalau itu tidak boleh. apabila terjadi salah makhroj ( terganti dengan huruf lain terhadap ) salah satu huruf saja, misalkan dalam lafazh ” toyyibaatu lillah” huruf tho-nya ( terganti huruf ta ), maka itu tidak membatalkan sholat karena salah makhroj berarti tidak disengaja, sholat orang awam berarti dia tidak tahu.
– Hawaasyi assyarwaani II/36 :
وفي البجيرمي ما نصه والمعتمد أنه متى تعمد الابدال وعلم ضر وإن لم يغير المعنى والخلاف في تغيير المعنى إنما هو معتبر في اللحن أي في الاعراب ونحوه
– Nihaayah az-Zain I/61 :
( و ) تجب الفاتحة مع رعاية ( مخارجها ) فلو أبدل حرفا بغيره فإن كان يغير المعنى بأن ينقل الكلمة إلى معنى آخر أو يصير الكلمة لا معنى لها كإبدال حاء الحمد هاء أو إبدال ذال الذين زايا أو دالا وكان مع العمد والعلم بالتحريم بطلت صلاته وإن كان لا يغير المعنى كالعالمون بدل العالمين لم تبطل صلاته بل تبطل قراءته لتلك الكلمة فإن لم يعدها على الصواب قبل الركوع وركع عامدا بطلت صلاته وبعضهم قال إن الإبدال مع العمد والعلم والقدرة على الصواب مبطل للصلاة مطلقا وإن لم يغير المعنى كالعالمون لأنها كلمة أجنبية
NB : Yang menjadi perdebatan di antara ulama adalah saat penggantian tersebut pada huruf-huruf yang tidak merubah makna seperti merubah Ya’ nya lafadz al ‘aalamiin dengan wau menjadi al ‘aalimuun dengan kesengajaan dan pengetahuan (tidak bodoh) mayoritas ulama menyatakan yang batal bacaannya dan harus segera diulangi dan sebagian ulama menyatakan sholatnya batal.
Bagaimana kalau saking kulinonya ngucap ngaalamin atau Mukammad misalnya ? kalau dia tahu dan sengaja batal sholatnya”. Contoh dalam ibarah no 2 di atas seperti mengganti CHA’ nya lafadz ALCHAMDU dengan HA menjadi ALHAMDU mengganti DZAL nya lafadz ALLADZIINA dengan ZA’ menjadi ALLAZIINA, maka batal sholatnya. Wallohu a’lam. [Masaji Antoro].

Pos terkait