0557. HUKUM SHALAT SUNNAH: SHALAT TAHAJJUD BERJAMAAH

PERTANYAAN :
Assalamu’alaikum. Mau Tanya lagi ini, kalau belum tidur malam. Terus Sholat Tahajudd boleh gak? karena yang saya tahu Sholat Tahajud itu musti Tidur dulu, mohon petunjuknya. [Hakim Si Codhot Nelongso].
Mbah ? Bagaimana hukum sholat tahajjud dilaksanakan berjamaah ? Dan ada gak sholat yang tidak boleh dilaksanakan secara berjamaah ? [Erlianto Chelsea Putra].
JAWABAN :
Wa`alaikum salam. Perlu diketahui, salat tahajud itu artinya salat malam. Tahajud aslinya bahasa Arab “tahajjud”, dari kata dasar “hajada” yang berarti “tidur” dan juga berarti “shalat di malam hari”. Orang yang melakukan salat malam disebut “haajid”. Jadi bertahajud artinya melakukan salat sunat di malam hari, setelah tidur. Semua salat sunat yang dikerjakan di malam hari setelah tidur, dengan demikian, disebut shalat tahajud atau shalat malam (shalatullail). Menurut makna “tahajud” yang berarti salat malam setelah bangun dari tidur, memang seakan-akan salat tahajud itu menyaratkan tidur lebih dulu. Kalau belum tidur maka shalat itu tidak disebut shalat tahajud, namun disebut shalat “qiyamullail” (shalat malam), kalau tahajud harus tidur dulu, kalau mau sholat sebelum tidur bisa diniati sholat witir, tasbih, sunat mutlak, hajat dll karena di semua kitab fiqih, yang namanya tahajjud itu ya setelah tidur.
(نهاية الزين حاشية على فتح المعين)
ومن النفل المطلق قيام الليل، وإذا كان بعد نوم ولو في وقت المغرب وبعد فعل العشاء تقديماً يسمى تهجداً
Adapun shalat Tahajud yang dikerjakan secara jama’ah, maka hukumnya BOLEH tidak makruh dan tidak berpahala, tetapi kalau bertujuan memberi dorongan atau pelajaran untuk melakukannya maka berpahala yang demikian tersebut apabila pelaksanaan jama’ah dalam sholat sunah tersebut tidak menimbulkan hal-hal yang diharamkan seperti menyakiti atau memberi kesan bahwa shalat tahajjud tersebut disyariatkan dilakukan dengan cara berjamaah maka menjadi haram hukumnya. Lihat Bughyah al-Mustarsyidiin I/136 :
(مسألة : ب ك) : تباح الجماعة في نحو الوتر والتسبيح فلا كراهة في ذلك ولا ثواب ، نعم إن قصد تعليم المصلين وتحريضهم كان له ثواب ، وأي ثواب بالنية الحسنة ، فكما يباح الجهر في موضع الإسرار الذي هو مكروه للتعليم فأولى ما أصله الإباحة ، وكما يثاب في المباحات إذا قصد بها القربة كالتقوّي بالأكل على الطاعة ، هذا إذا لم يقترن بذلك محذور ، كنحو إيذاء أو اعتقاد العامة مشروعية الجماعة وإلا فلا ثواب بل يحرم ويمنع منها.
قال أصحابنا تطوع الصلاة ضربان (ضرب) تسن فيه الجماعة وهو العيد والكسوف والاستسقاء وكذا التراويح علي الاصح (وضرب) لا تسن له الجماعة لكن لو فعل جماعة صح وهو ما سوى ذلك
Kalangan pengikut madzhab Syafi’i berkata : Shalat sunah terbagi atas dua :
1.Shalat sunah yang disunahkan dilaksanakan secara berjama’ah yaitu shalat ied (baik fitri atau adha), shalat gerhana (baik matahari atau bulan), shalat istisqaa dan menurut pendapat yang paling shahih shalat Taraweh.
2.Shalat sunah yang tidak disunahkan dilaksanakan secara berjamaah namun bila dilaksanakan secara berjamaah hukumnya sah-sah saja yaitu shalat-shalat sunah selain tersebut di No. 1. [ Al-Majmuu’ ala Syarh al-Muhaddzab IV/4 ].
وهو أَيْ التَّطَوُّعُ قِسْمَانِ قِسْمٌ تُسَنُّ له الْجَمَاعَةُ وهو أَفْضَلُ مِمَّا لَا تُسَنُّ له جَمَاعَةٌ لِتَأَكُّدِهِ بِسَنِّهَا له وَلَهُ مَرَاتِبُ أَخَذَ في بَيَانِهَا فقال وَأَفْضَلُهُ الْعِيدَانِ لِشَبَهِهِمَا الْفَرْضَ في الْجَمَاعَةِ وَتَعَيُّنِ الْوَقْتِ وَلِلْخِلَافِ في أَنَّهُمَا فَرْضَا كِفَايَةٍ …. وَقِيلَ إنَّ عَشْرَهُ أَفْضَلُ من الْعَشْرِ الْأَخِيرِ من رَمَضَانَ ثُمَّ الْكُسُوفُ لِلشَّمْسِ ثُمَّ الْخُسُوفُ لِلْقَمَرِ لِخَوْفِ فَوْتِهِمَا بِالِانْجِلَاءِ كَالْمُؤَقَّتِ بِالزَّمَانِ …ثُمَّ الِاسْتِسْقَاءُ لِتَأَكُّدِ طَلَبِ الْجَمَاعَةِ فيها ثُمَّ التَّرَاوِيحُ…. وَقِسْمٌ لَا تُسَنُّ له الْجَمَاعَةُ وهو الرَّوَاتِبُ التَّابِعَةِ لِلْفَرَائِضِ وَغَيْرِهَا كَالضُّحَى وَأَفْضَلُهَا الْوِتْرُ….
Shalat sunah terbagi atas dua :
1. Shalat sunah yang disunahkan dilaksanakan secara berjamaah, shalat ini lebih utama ketimbang shalat sunah yang tidak disunahkan dilaksanakan secara berjamaah karena kukuhnya kesunahannya dan keutamaan shalat sunah ini terdapat tingkatan-tingkatan :
§Shalat dua hari raya (ied fitri dan adha), shalat ini lebih utama ketimbang shalat-shalat sunah lainnya karena menyerupainya dengan shalat wajib sebab disyariatkannya dilaksanakan secara berjamaah, ketertentuan waktunya dan karena ada pernyataan ulama yang menyatakan hukumnya fardhu kifayah
§Shalat gerhana matahari kemudian gerhana bulan karena keterbatasan waktunya dengan ditandai pulihnya matahari atau bulan dari gerhana maka seolah seperti shalat yang dibatasi dengan waktu
§Shalat istisqaa
§Shalat Taraweh

2. Shalat sunah yang tidak disunahkan dilaksanakan secara berjamaah seperti shalat rawatib (shalat sunah yang mengikuti shalat wajib) dan shalat sunah lainnya seperti shalat dhuha yang lebih utama dari jenis shalat sunah ini adalah shalat witir.[ Asnaa al-Mathaalib I/200-201 ]. Wallaahu A’lamu Bis Showaab. [Sulis Saja Imuet, Masaji Antoro, Arwan Masruri Muhammad, Mumu Bsa].

Pos terkait