PERTANYAAN :
Sehabis sholat berjama’ah baca dzikir adalah sunah.Bacanya yang afdol bersuara apa tidak ? (Kalau di masjid dengan jama’ah Nahdhliyin umunya bersuara dan diakhiri dengan doa imam.Wiridannya bersumber dari kitab 2 Riyadus sholihin,bidayatul hidayah dan Al Adzkar,dll). [Muhamad Nasir].
JAWABAN :
Kondisional saja, dzikir dengan suara keras jika bertujuan memberikan pelajaran dan atau memberikan semangat dalam dzikir ya tentu lebih utama dengan keras.banyak dalilnya.sebagian diantaranya dalil berdzikir dengan suara keras setelah shalat adalah hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim berikut dari Abdullah bin Abbas berikut:
أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنْ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Sungguh mengeraskan suara dalam berdzikir saat orang-orang selesai melaksanakan shalat maktubah sudah ada di zaman Nabi Muhammad Saw”
أَكْثِرُوا ذِكْرَ اللهِ حَتَّى يَقُوْلُ الْمُنَافِقُوْنَ إِنَّكُمْ مُرَاؤُوْنَ
“Perbanyaklah berdzikir kepada Allah hingga orang-orang munafiq mengatakan kepada kalian bahwa sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang riya.”
مَا مِنْ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ اللهَ إِلاَّ حَفَّتْ بِهِمْ الْمَلاَئِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمْ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidak ada satu kaum yang berdzikir kepada Allah kecuali kaum tersebut akan dikelilingi malaikat dan dinaungi dengan rahmat dan diturunkan kedamaian kepada mereka serta Allah akan menyebut mereka di depan makhluk yang bersama dengan-Nya.”
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ
“Aku adalah menurut penyangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Dan Aku akan bersamanya ketika dia berdzikir kepada-Ku; jika dia berdzikir kepada-Ku dalam hatinya, maka Aku akan menyebutnya dalam hati-Ku dan jika dia berdzikir kepada-Ku di tengah kelompok manusia, maka Aku akan menyebutnya di tengah kelompok yang lebih baik dari kelompok tersebut.”. Wallohu a’lam. [Mbah Jenggot II].