PERTANYAAN :
Pak, assalamu’alaikum wr wb. Apakah ”dehem” itu bisa membatalkan sholat? * Ketika sedang sholat suara mendadak jadi serak & tenggorokan terasa tersumbat, kemudian ”dehem” beberapa kali untuk melonggarkan tenggorokan. [KanjengPutri NariRatih].
JAWABAN :
Wa’alaikumsalam. Bila dehemnya tidak dapat ia kuasai tidak batal secara mutlak (baik keluar dua huruf dari dehemnya atau tidak), bila dapat ia kuasai ulama berbeda pendapat seperti keterangan dibawah ini :
الكتاب : المجموع شرح المهذب ج 4 – الصفحة 79-80المؤلف : أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى : 676هـ)وأما التنحنح فحاصل المنقول فيه ثلاثة أوجه الصحيح الذى قطع به المصنف والاكثرون ان بان منه حرفان بطلت صلاته والا فلا والثانى لا تبطل وان بان حرفان قال الرافعي وحكى هذا عن نص الشافعي والثالث ان كان فمه مطبقا لم تبطل مطلقا والا فان بان حرفان بطلت والا فلا وبهذا قطع المتولي وحيث ابطلنا بالتنحنح فهو ان كان مختارا بلا حاجة فان كان مغلوبا لم تبطل قطعاولو تعذرت قراءة الفاتحة الا بالتنحنح فيتنحنح ولا يضره لانه معذور وان أمكنته القراءة وتعذر الجهر الا بالتنحنح فليس بعذر علي أصح الوجهين لانه ليس بواجب ولو تنحنح امامه وظهر منه حرفان فوجهان حكاهما القاضى حسين والمتولي والبغوي وغيرهم أحدهما يلزمه مفارقته لانه فعل ما يبطل الصلاة ظاهرا واصحهما ان له الدوام على متابعته لان الاصل بقاء صلاته والظاهر أنه معذور والله اعلم
“Sedang dalam masalah berdehem dalam shalat maka didalamnya terdapat tiga pendapat :
1.Menurut pendapat yang shahih yang diputuskan oleh an-Nawaawy dan kebanyakan ulama fiqh, bila sampai keluar dari dehemnya dua huruf maka batal, bila tidak keluar tidak batal
2.Menurut ar-Rofi’i dengan menghikayahkan bahwa ini pendapat as-Syaafi’i “Tidak batal meskipun keluar darinya dua huruf”
3.Pendapat ketiga “Bila saat berdehem, bibirnya tertutup maka tidak batal secara mutlak (baik keluar dua huruf atau tidak) bila bibirnya terbuka bila sampai keluar dari dehemnya dua huruf maka batal, bila tidak keluar tidak batal” pendapat ini dipilih oleh al-Mutawally.
Berdehem dengan ketentuan hukum diatas bila memang bersifat ikhtiyaari (masih dapat ia kuasai) sedang bila berdehem yang bersifat ‘tidak dapat ia kuasai’ maka tidak membatalkan shalat secara mutlak.
• Bila seseorang berhalangan membaca surat fatihah kecuali dengan berdehem maka dehemnya tidak membahayakan (membatalkan) shalatnya karena hal tersebut tergolong udzur baginya.
• Bila memungkinkan baginya membaca fatihah hanya saja tidak dapat mengeraskan bacaannya kecuali saat disertai dehem maka bukan tergolong udzur baginya menurut yang paling shahih dari dua pendapat karena mengeraskan bacaan dalam shalat bukan hal yang wajib.
• Bila seorang makmum mendengar imam shalatnya berdehem hingga nampak dua huruf didalamnya, menurut al-Qaadhy Husen, al-Mutawally, al-Baghoowy dan lainnya dalam hal ini terdapat dua pendapat :
Wajib mufaaraqah (memisahkan diri dari imam) karena imamnya menjalankan hal-hal yang dapat membatalkan shalat secara lahiriyahnya. Menurut pendapat yang paling shahih, tetap mengikuti imamnya karena kadah asal “shalat imamnya tetap dihukumi sah, dan dhahirnya dehemnya udzur baginya”. [ Al-Majmuu’ ala Syarh al-Muhadzdzab IV/79-80 ]. Wallaahu A’lamu Bis Showaab. [Masaji Antoro].