PERTANYAAN:
Assalaamu’alaikum wr wb. Mana yang lebih utama jadi imam atau muadzin ? [Tholibul Ilmi].
JAWABAN:
Wa’alaikumussalaam. Ada perbedaan antara Imam Rafi’i dan Imam Nawawi. Menurut Imam Rafi’i lebih utama jadi imam , sementara menurut Imam Nawawi lebih utama jadi muadzdzin. Ta’bir sebagaimana dalam kitab Syarah Mahalli (Hasyiyah Qalyubi 2/163, syamilah)
وَالْإِمَامَةُ أَفْضَلُ مِنْهُ ) أَيْ مِنْ الْأَذَانِ ( فِي الْأَصَحِّ ) لِأَنَّهَا لِلْقِيَامِ بِحُقُوقِهَا أَشَقُّ مِنْهُ ( قُلْت : الْأَصَحُّ أَنَّهُ أَفْضَلُ مِنْهَا وَاَللَّهُ أَعْلَمُ ) لِأَنَّهُ لِإِعْلَامِهِ بِالْوَقْتِ أَكْثَرُ نَفْعًا مِنْهَا
WAL IMAAAMAH AFDHALU MINHU AY MINAL ADZAAN FIL ASHAHHI LI ANNAHAA LIL QIYAAMI BIHUQUUQIHAA ASYAQQU MINHU. QULTU AL ASHAHHU ANNAHUU AFDHALU MINHAA WALLAAHU A’LAM, LI ANNAHUU LI I’LAAMIHII BIL WAQTI AKTSARU NAF’AN MINHAA
Terjemahannya : menjadi imam lebih utama dari pada adzan menurut pendapat yang ashah, karena sebab menjalankan hak-hak menjadi imam lebih berat dari pada adzan. Aku (Imam Nawawi. pen) berkata: “pendapat yang ashah adzan lebih utama daripada menjadi imam, wallaahu A’lam. Karena sebab memberitahukan waktu lebih banyak manfaatnnya dari pada menjadi imam.
Dan berikut keterangan Imam Nawawi dalam kitab al Majmu’ 3/78-79 :
أَمَّا حُكْمُ الْمَسْأَلَةِ
adapun hukum permasalahan
فَهَلْ الْأَذَانُ أَفْضَلُ مِنْ الْإِمَامَةِ أَمْ هِيَ أَفْضَلُ مِنْهُ فِيهِ أَرْبَعَةُ أَوْجُهٍ
apakah adzan lebih utama dari menjadi imam ? ataukah menjadi imam lebih utama dari adzan ? Hal ini ada empat wajah (pendapat).
أَصَحُّهَا عِنْدَ الْعِرَاقِيِّينَ وَالسَّرْخَسِيِّ وَالْبَغَوِيِّ الْأَذَانُ أَفْضَلُ وَهُوَ نَصُّهُ فِي الْأُمِّ وَبِهِ قَالَ أَكْثَرُ الْأَصْحَابِ قَالَ الْمَحَامِلِيُّ هُوَ مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ قَالَ وَبِهِ قَالَ عَامَّةُ أَصْحَابِنَا وَغَلِطَ مَنْ قَالَ غَيْرَهُ وَكَذَا قَالَ الشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ إنَّهُ مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ وَعَامَّةِ أَصْحَابِنَا
Pendapat yang ashah menurut ulama Iraq, Imam Sarakhsi dan Imam Baghawi bahwa ADZAN LEBIH UTAMA. Dan itu merupakan nash Imam Syafi’i dalam kitab al Umm. Dengan pendapat ini berkata mayoritas ashab. Imam Mahamili bekata, itu adalah madzhab Syafi’i, Imam Mahamili berkata: dengan pendapat ini berkata kebanyakan ashab kami, dia menyalahkan yang berpendapat selain itu. Demikian juga berkata Syeikh Abu Hamid: Itu adalah madzhab Syafi’i, dan kebanyakan ashab kami.
وَالثَّانِي الْإِمَامَةُ أَفْضَلُ وَهُوَ الْأَصَحُّ عِنْدَ الْخُرَاسَانِيِّينَ وَنَقَلُوهُ عَنْ نَصِّ الشَّافِعِيِّ وَصَحَّحَهُ الْقَاضِي أَبُو الطَّيِّبِ وَقَطَعَ بِهِ الدَّارِمِيُّ
Pendapat kedua : Menjadi imam lebih utama. itu adalah yang ashah menurut ulama Khurasan. Mereka mengutip pendapat tersebut dari nash Imam Syafi’i. Pendapat ini dishahihkan oleh Qadhi Abuththayyib, dan putuskan oleh Imam Darimi
وَالثَّالِثِ هُمَا سواء حكاه صاحب البيان والرافعي وَغَيْرُهُمَا
Pendapat ketiga : Keduanya sama. pendapat ini diceritakan oleh yang empunya kitab al Bayaan (Imam Imraani), Imam Rafi’i dan yang lainnya
وَالرَّابِعُ إنْ عَلِمَ مِنْ نَفْسِهِ الْقِيَامَ بِحُقُوقِ الْإِمَامَةِ وَجَمِيعِ خِصَالِهَا فَهِيَ أَفْضَلُ وَإِلَّا فَالْأَذَانُ حَكَاهُ الشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ وَصَاحِبُ الْبَيَانِ وَغَيْرُهُمَا وَنَقَلَهُ الرَّافِعِيُّ عَنْ أَبِي عَلِيٍّ الطَّبَرِيِّ وَالْقَاضِي أَبِي الْقَاسِمِ بْنِ كَجٍّ وَالْمَسْعُودِيِّ وَالْقَاضِي حُسَيْنٍ
Pendapat keempat : Jika dia mengetahui dirinya bisa menjalankan hak-hak dan semua perkara (yang berkaitan dengan) menjadi imam, maka menjadi imam lebih utama, jika tidak maka adzan lebih utama.
Pendapat ini diceritakan oleh Syeikh Abu Hamid, shahibul bayaan (Imam Imrani) dan yang lainnya. Imam Rafi’i menukilnya dari Imam Abu Ali Aththabari, al Qadhi Abul Qasim bin Kajj, al Mas’udi dan Qadhi Husain
وَالْمَذْهَبُ تَرْجِيحُ الْأَذَانِ وَقَدْ نُصَّ فِي الْأُمِّ عَلَى كَرَاهَةِ الْإِمَامَةِ فَقَالَ أُحِبُّ الْأَذَانَ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” اللَّهُمَّ اغفر للمؤذين ” وَأَكْرَهُ الْإِمَامَةَ لِلضَّمَانِ وَمَا عَلَى الْإِمَامِ فِيهَا هَذَا نَصُّه
Wallohu a’lam. [Abdullah Afif].
Link Asal :
www.fb.com/groups/piss.ktb/502963763059770/