Muhammad Saiful Amin >>
Assalamu ‘alaikum.
Asal muasal nama “SANTRI” itu dari siapa & dari bahasa apa?
-
-
Ibnu Husain Saddam >>Wa’alaikum salam …Umumnya katasantri diidentikkan bagiseseorang yang tinggal dipondok pesantren yangkesehariannya mengkaji kitab-kitab salafi atau kitab kuning,dengan tubuh dibungkussarung, peci, serta pakaian kokomenjadi pelengkap ataumenambah ciri khas tersendiribagi mereka.Asal-usul kata santri sendirimenurut Nur Kholis Majidsekurang-kurangnya ada 2pendapat yang dapat di jadikanbahan acuhan. Pertama, berasaldari bahasa sangsekerta, yaitu“sastri”, yang berarti orang yangmelek huruf. Kedua, berasal daribahasa jawa, yaitu “cantrik”,yang berarti seseorang yangmengikuti kiai di mana pun iapergi dan menetap untukmenguasai suatu keahliantersendiri.Berbeda menurut Dr. KH. MA.Sahal Mahfud yang justru katasantri dijadikan menjadi bahasaArab, yaitu dari kata “santaro”,yang mempunyai jama’ (plural)sanaatiir (beberapa santri). Dibalik kata santri tersebut yangmempunyai 4 huruf arab (sin,nun, ta’, ra’), KH. AbdullahDimyathy (alm) dari Pandegelang– Banten, mengimplementasikankata santri sesuai dengan fungsimanusia. Adapun 4 huruftersebut yaitu :Sin. Yang artinya “satrul alaurah” (menutup aurat)sebagaimana selayaknya kaumsantri yang mempunyai ciri khasdengan sarung, peci, pakaiankoko, dan sandal ala kadarnyasudah barang tentu bisa masukdalam golongan huruf sin ini,yaitu menutup aurat. Namunpengertian menutup aurat di sinimempunyai 2 pengertian yangkeduanya saling ta’aluq atauberhubungan. Yaitu menutupaurat secara tampak oleh mata(dhahiri) dan yang tersirat atautidak tampak (bathini).Menutup aurat secara dhahirigambarannya susuai dengangambaran yang telah adamenurut syari’at Islam. Mulai daripusar sampai lutut bagi pria danseluruh tubuh kecuali tangandan wajah bagi wanita.Gambaran tersebut merupakangambaran yang sudah tersuratatau aturan-aturan yang sudahjelas dalam syari’at. Namun satusisi yang kaitannya makna yangtersirat (bathini) terlebih dahulukita harus mengetahui apasebenarnya tujuan dari perintahmenutup aurat.Manusia sebagai mahluk yangmulia yang diberikan nilai lebiholeh Allah berupa akalmenjadikan posisi manusiasebagai mahluk yang sempurnadibandingkan yang lain. Denganakal tersebutlah akan terbentuksuatu custom atau habitual yangtentu akan dibarengi denganbudi dan naluri, yang nantinyamanusia akan mempunyai rasamalu jikalau dalam perjalanannyatidak sesuai dengan riel–riel yangtelah di tentukan oleh agama danhabitual action atau hukum adabsetempat.Yang kaitannya dengan hal ini,tujuan utama manusia menutupaurat tak lain adalah menutupikemaluan yang dianggap fitalyang berharga. Andaikatamanusia sudah tidak dapat lagimenutup kemaluannya yang fitaldan berharga itu, berarti sudahdapat ditanyakankemanusiaannya antara manusiadan mahluk yang lain semisalhewan.Hal yang terpenting di sini adalahbagaimana manusia menutupidan mempunya rasa malu dalamhal sifat dan perilaku secaradhahiri atau bathini. Sebagimanadisinggung dalam salah satuhadits : “Alhaya’ minal iman”,malu sebagian dari iman.Tentunya hal ini sudah jelasbetapa besar pengaruhnya haya’atau malu dalam kacamatareligius (agama) maupun sosialkemasyarakatan.Nun. Yang berarti “na’ibululama” (wakil dari ulama). Dalamkoridor ajaran Islam dikatakandalam suatu hadits bahwa : “alulama warasul ambiya’ (ulamaadalah pewaris nabi). Rasuladalah pemimpin dari ummat,begitu juga ulama. Peran danfungsi ulama dalam masyarakatsama halnya dengan rasul,sebagai pengayom atau pelayanummat dalam segala dimensi.Tentunya di harapakan seorangulama mempunyai kepekaan-kepekaan sosial yang tahu atasproblematika dan perkembanganserta tuntutan zaman akibat arusglobalisasi dan modernisasi,serta dapat menyelesaikannyadengan arif dan bijak atas apayang terjadi dalammasyarakatnya.Kaitannya dengan na’ibul ulama,seorang santri di tuntut mampuaktif, merespon, sekaligusmengikuti perkembanganmasyarakat yang diaktualisasikandalam bentuk sikap dan perilakuyang bijak. Minimal dalammasyarakat kecil yang ada dalampesantren. Sebagaimana yangkita tahu, pesantren merupakansub-kultur dari masyarakat yangmajemuk. Dan dengan didukungpotensi yang dimiliki kaum santriitulah yang berfungsi sebagaimodal dasar untuk memberikansuatu perubahan yang positifsesuai dengan yang di harapkanIslam.Ta’. Yang artinya “tarku alma’shi” (meninggalkankemaksiatan). Dengan dasaryang dimiliki kaum santri,khususnya dalam mempelajarisyari’at, kaum santri diharapkanmampu memegang prinsipsekaligus konsis terhadappendirian dan nilai-nilai ajaranIslam serta hukum adab yangberlaku di masyarakatnya selagitidak keluar dari jalur syari’at.Kaitannya hal tersebut yaituseberapa jauh kaum santrimengaplikasikan apa yang telahmereka dapatkan dan sejauhmana pula ia memeganghubungan hablum minallah danhablum minannas, hubunganhorizontal dan vertikal dengansang khaliq dan sosialmasyarakat. Karena tarku alma’shi tidak hanya mencakuppelanggaran-pelanggaranhukum yang telah ditetapkanNya,tetapi juga hubungan sosialdengan sesama mahluk, baikmanusia ataupun yang lain.Ra’. Yang artinya “raisulummah” (pemimpin ummat).Manusia selain diberikehormatan oleh Allah sebagaimahluk yang paling sempurnadibanding yang lain. Manusiajuga diangkat sebagaikhalifatullah di atas bumi ini.Sebagaimana diterangkan dalamfirmanNya “inni ja’ulun fil ardhikhalifah” (QS. Al-Baqarah : 30),yang artinya “Sesungguhnya akuciptakan di muka bumi iniseorang pemimpin.”Kemuliaan manusia itu ditandaidengan pemberianNya yangsangat mempunyai makna untukmenguasai dan mengatur apasaja di alam ini, khususnyaummat manusia. Selain itu pulaperanan khalifah mempunyaifungsi ganda. Pertama,ibadatullah (beribadah kepadaallah) baik secara individualmaupun sosial, dimana sebagaimahluk sosial dalam komunitasberbangsa, ummat Islam jugadituntut memberikan manfaatkepada orang lain dalamkerangka ibadah sosial.Kedua, ‘imaratul ardhi, yaitumembangun bumi dalam artimengelola, mengembangkan,dan melestarikan semua yangada. Jika hal-hal yang berkaitandengan kebutuhan manusia ituhukumnya wajib. Makamelestarikan, mengembangkan,serta mengelola pun hukumnyawajib. Sebagaimana di jelaskandalam salah satu kaidah fiqih;“ma la yatimu bi hi wajib fahuwawajibun”, sesuatu yangmenjadikan kewajiban makahukumnya pun wajib.Gambaran di atas merupakansuatu peran serta tanggungjawab seorang santri, dalam halpengembangan. Di situlahdiperlukan suatu mentalitasreligius serta totalitaskesandaran, karena kaumsantrilah yang dapat dijadikanharapan dalam mengembalikankonsep-konsep ajaran Islam dandi sini muncullah beberapapertanyaan. Bagaimana keadaandan perkembangan kita sebagaiseorang santri? Sudah sesuaikahseperti gambaran di atas?Danlayakkah kita disebut sebagaisantri? Dengan merubah diri kitadululah, maka kita akan dapatmenghasilkan perubahan.
-
Shon Haji Zuhri-AnNuri >>>>>Sebuah istilah akan berbeda menurut siapa yang mengakatan. itu akan sangat panjang jika diteruskan. menurut pribadi santri insya Allah dari berbagai arti condong ke kebaikan. tambahan barangkali bermnfaat, saya pernah mendengar SANTRI di arabkan SA (sin sm alif)= SATIRUL UYUB (penutup kejelekan) N(nun)= Naibus Syuyukh (penerus ulama) T(ta’)=Tarikul Maashi (menjauhi larangan/orang) R(ro’)=Roghibul Al khoirot (menyukai kabaikan) I(hamzah kasroh)= Ikhlasun fil ‘amal (ihlas dalam beramal) ..semoga bermanfaat.by the Way…jadi SANTRI???? Why Not???Wallahu ‘alam Bis showab
-