Pertanyaan: Bagaimana Hukum Shalat di Kursi Ketika Tidak Mampu Berdiri?
Assalaamu’alaikum Wr Wb. Mohon izin bertanya, bagaimana hukum shalat duduk di kursi roda?
Terima kasih. [Ikmal Maulana].
Jawaban atas Pertanyaan Shalat di Kursi Ketika Tidak Mampu Berdiri.
Wa’alaikumussalam. Shalat dengan duduk di kursi bagi yang tidak mampu berdiri adalah boleh dan sah shalatnya. Tapi jika dia mampu bersujud dengan biasa (nungging di lantai) maka harus turun dari kursi dan duduk sebagaimana biasanya. Jika tidak mampu sujud dengan biasa maka boleh sujud memakai isyaroh (dalam keadaan tetap duduk di kursi). Masalahnya adalah apakah orang yang mampu duduk di lantai boleh duduk di kursi? sementara bagi orang yang tidak mampu berdiri tetapi mampu duduk di lantai sujudnya harus sempurna, nah kalau orang yang mampu duduk di lantai kemudian malah duduk di kursi, maka sujudnya tidak akan sempurna.
Dalam hal ini orang yang shalat duduk di kursi, kemungkinan keadaannya:
- Duduk di kursi karena tidak mampu berdiri, juga tidak mampu duduk di lantai. Jadi dia sudah lumpuh. Naik ke kursipun dinaikkan. Biasanya kursi roda, maka ini tidak masalah kama huwa ma’lum.
- Duduk di kursi untuk menggantikan berdiri, karena dia tidak mampu berdiri, tetapi duduk di lantai dan sujud dia mampu. Maka ini membahayakan, karena dia tetap wajib sujud dan duduk di antara dua sujud di lantai. Ketika dia turun untuk sujud posisi bisa menyundul depannya dan kursi bisa terjengkang membahayakan belakangnya. Dan merepotkan diri sendiri karena harus mengangkat badan duduk ke kursi dari sujud. Padahal sudah ada contoh dari Nabi ﷺ , jika tidak mampu berdiri duduknya di lantai bukan di kursi. Poin nomor 2 ini harus ada ibaroh shorih jika mau membolehkan duduk di kursi dengan menimbang perkara yang disebutkan di atas.
Walaupun ibarot shalat duduk di kursi tidak shoreh disebutkan dalam kitab salaf, namun bisa diambil kefahaman bahwasanya bagi orang yang tak mampu berdiri itu boleh duduk dalam keadaan duduk yang bagaimanapun sekehendak hatinya (termasuk duduk di atas kursi ), akan tetapi yang lebih utama duduk dengan iftirosy di lantai.
Menurut pengalaman salah satu mujawwib 4 bulan lalu kerabat nya tabrakan dan kakinya patah, sehingga posisi duduk di kursi itu lebih menunjang agar kaki tidak kaku menjolor ke depan saat urat-urat sudah normal. Artinya duduk di kursi bisa jadi untuk menstabilkan kaki agar tidak kaku. Itu salah satu alasan musholli shalat duduk di kursi. Umumnya orang yang shalat di kursi itu punya kemasyaqatan (kesulitan) saat naik turun kursi. Jadi kalau si musholli dapat duduk di lantai tanpa akan menjadi sebab apapun, maka shalat dengan duduk di kursi tidak diperlukan, karena pendapat yang mu’tamad jika si musholli tidak mmpu berdiri kecuali harus memakai jasa penolong selama ia berdiri saat shalat, maka dia tidak diharuskan berdiri.
وَالْمُعْتَمَدُ أَنَّهُ مَتَى احْتَاجَ لِلْمُعِينِ فِي دَوَامِ قِيَامِهِ لَا يَجِبُ عَلَيْهِ وَيُصَلِّي مِنْ قُعُودٍ
[Mujawwib : Subhana Ahmada
Referensi:
بداية المحتاج شرح المنهاج ١- ص ٢٣٢
(ولو عجز عن القيام .. قعد) بالإجماع (كيف شاء) لإطلاق حديث عمران بن الحصين (2)، ولا ينقص ثوابه، لأنه معذور.
(وافتراشه أفضلُ من تربُّعه) وتوركِه وغيرِهما (في الأظهر) لأنه قعود العبادة، فكان أولى من التربع الذي هو قعود العادة، وإنما فضل على التورك؛ لأنه قعود تَعْقُبه حركة، فأشبه التشهدَ الأول، والثاني: التربع أفضل؛ لئلّا يلتبس بالتشهد، وصححه جمع، وقال الماوردي: إن التربع للمرأة أفضل، لأنه أستر لها
النجم الوهاج في شرح المنهاج ٢- ص ١٠٠
قال: (كيف شاء) لا خلاف في ذلك، إنما الخلاف في الأفضل.
قال: (وافتراشه أفضل من تربعه في الأظهر) أي: في موضع قيامه؛ لأنها هيئة مشروعة في الصلاة، فكانت أولى من التربع؛ لأنه لا يليق بالخضوع، وهذا هو الصحيح، وخصه في (الحاوي) بالرجل وقال: الأولى للمرأة التربع؛ لأنه أستر.
والثاني: تربعه أفضل، وهو نصه في (البويطي)، واختاره الشيخ؛ لما رورى النسائي [3/ 224] عن عائشة رضي الله عنه قالت: (رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يصلي متربعًا)، وكان أنس وابن عمر يفعلانه.
العزيز شرح الوجيز ١- ص ٤٨١
وإذا قعد المعذور فلا يتعين للقعود هيئة بل يجزئه جميع هيئات القعود لإطلاق الخبر الذي تقدم لكن يكره الإقعاء، هذا في القعود وفي جميع قعدات الصلاة،
حاشية الشرواني على التحفة ٢- ص ٢٤
قَوْلُ الْمَتْنِ (كَيْفَ شَاءَ) أَيْ عَلَى كَيْفِيَّةٍ شَاءَهَا مِنْ افْتِرَاشٍ أَوْ تَوَرُّكٍ أَوْ تَمْدِيدٍ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ شَيْخُنَا
الفكر الأساسي في بيان الصلاة على الكرسي
يجوز لعاجز عن القيام لمشقة شديدة لا تحتمل عادة كالزمن القعود سواء كان على الكرسي او غيره بل يجب عليه ، لكن أن أمكنه الركوع والسجود كاملا يجب عليه ان يهوي عن الكرسي لهما ،
والحاصل ان العاجز عن الأركان يجب عليه فعل ما أمكنه او بدله ، مثل من لا يقدر القيام يقعد على الارض او الكرسي او نحوهما وتصح صلاته ولا إعادة عليه .
Demikian, ukasan khusus terkait Hukum Shalat di Kursi Ketika Tidak Mampu Berdiri semoga bermanfaat.
Sumber tulisan lihat di sini.
Tulisan terkait baca di sini.