Pertanyaan: Bagaimana Hukum Sholat di Atas Tanah Tanpa Alas
Asalamualaikum Wr. Wb. Bagaimana hukumnya sholat di tanah tanpa alas? Suwon. [Tobingin Tempureja].
Jawaban dari pertanyaan Bagaimana Hukum Sholat di Atas Tanah Tanpa Alas
Wa’alaikumsalam Wr. Wb. Selama diyakini tidak ada najis diatas permukaan tanah yang digunakan sholat, maka sholatnya sah. Sholat tanpa alas atau langsung di atas tanah lebih utama kecuali jika ada hajat misalnya karena panas atau dingin atau selain keduanya, alasan keutamaannya adalah karena rahasianya sholat adalah tawadhu’ dan khudhu’/merendahkan diri.
– Kitab Syarah Nawawi ‘ala Muslim (4/324):
قوله : ( فرأيته يصلي على حصير يسجد ) فيه دليل على جواز الصلاة على شيء يحول بينه وبين الأرض من ثوب وحصير وصوف وشعر وغير ذلك ، وسواء نبت من الأرض أم لا . وهذا مذهبنا ومذهب الجمهور ، وقال القاضي – رحمه الله تعالى – : أما ما نبت من الأرض فلا كراهة فيه ، وأما البسط واللبود وغيرها مما ليس من نبات الأرض فتصح الصلاة فيه بالإجماع ، لكن الأرض أفضل منه إلا لحاجة حر أو برد أو نحوهما ، لأن الصلاة سرها التواضع والخضوع . والله – عز وجل – أعلم .
Perkataan Abu Sai’d Al Khudri: “kemudian kulihat beliau shollallohu alaihi wasallam bersujud di atas tikar”. Dalam hadits terdapat dalil bolehnya sholat di atas sesuatu yang menghalangi diantara orang yang sholat dengan tanah, baik penghalangnya berupa baju, tikar, bulu maupun selain itu, baik penghalangnya tersebut adalah sesuatu yang tumbuh dari tanah maupun tidak. ini adalah madzhab kami (syafi’iyah) dan madzhab jumhur ulama’.
Al-Qodhi berkata: adapun sholat di atas sesuatu yang tumbuh dari tanah maka tidak makruh, adapun menggelar sajadah, karung dan selain keduanya dari sesuatu yang tidak tumbuh di tanah maka sholatnya sah secara ijma’, tetapi sholat langsung diatas tanah tanpa alas lebih utama daripada hal itu kecuali jika ada hajat misalnya karena panas atau dingin atas selain keduanya, karena sholat rahasianya adalah tawadhu’ dan khudhu’.
– Ihya juz 1 halaman 126, cet. daar Ihya al Kutub Al Arabiyyah, Mesir / juz 1 halaman 137, Maktabah Syamilah:
بل كانوا يمشون في طين الشوارع حفاة ويجلسون عليها ويصلون في المساجد على الأرض،
Bahkan mereka berjalan kaki diatas tanah tanpa alas kaki (ngodok. Jw). Mereka duduk di atasnya, mengerjakan shalat di masjid di atas tanah.
إلى أن قال:
ولو اقتصر مقتصر على الاستنجاء بالحجر أو مشى على الأرض حافياً أو صلى على الأرض أو على بواري المسجد من غير سجادة مفروشة أو مشى على الفرش من غير غلاف للقدم من أدم أو توضأ من آنية عجوز أو رجل غير متقشف أقاموا عليه القيامة وشدوا عليه النكير ولقيوه بالقذر
Jika ada orang beristinja hanya dengan batu atau berjalan di atas tanah tanpa alas kaki atau shalat diatas tanah atau shalat di beranda masjid tanpa menggelar sajadah atau berjalan di lapangan luas tanpa alas kaki dari kulit atau berwudhu dari wadah milik nenek tua (nasrani), atau ada laki-laki yang berpakaian kumuh, maka golongan itu mengecap qiamat atas orang yang melakukan hal tersebut diatas serta sangat ingkar kepadanya dan menjulukinya dengan gelar orang yang kotor.
Wallohu a’lam semoga bermanfaat. [Mujaawib : Ust.Nur Hamzah, Kyai Abdullah Afif].
Sumber tulisan ada disini.
Silahkan baca juga artikel terkait.