Pertanyaan: Bagaimana Jika Makmum Tak Sengaja Mendahului Imam Bangun Dari Sujud?
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Ketika saya bangun dari sujud pertama, ternyata imam masih sujud dan lamaaa. Yang terpikirkan, Kalau saya kembali sujud berarti sujud saya tiga kali, kalau saya nunggu imam sambil duduk terlalu lama antara dua sujud berarti tidak muwalat membatalkan sholat. Seharusnya bagaimana Kang?
[Najih Ibn Abdil Hameed].
Jawaban atas pertanyaan Jika Makmum Tak Sengaja Mendahului Imam Bangun Dari Sujud
Wa’alaikum salam Wr. Wb
Menurut qoul ashoh jika makmum langsung berdiri karena lupa sedang imam melaksanakan tasyahud awal maka makmum wajib kembali duduk untuk tasyahud awwal bersama imam, atau imam sujud ke dua sedang makmum langsung berdiri karena lupa sebelum melaksanakan sujud ke dua bersama imam maka wajib kembali sujud ke dua bersama imam.
Intinya makmum harus mengikuti gerakan-gerakan sholat imam, karena mengikuti gerak-gerakan sholat imam hukumnya wajib sehingga jika makmum mendahului gerak-gerakan imam maka makmum wajib kembali untuk mengikuti imam.
Sedang menurut qoul muqobil ashoh tidak boleh kembali untuk mengikuti imam, namun ia harus menunggu imamnya untuk kembali mengikuti imam, artinya jika makmum langsung berdiri karena lupa sedang imam sedang sujud ke dua maka ia tetap berdiri menunggu imam selesai sujudnya yang kedua, karena jika makmum kembali untuk sujud bersama imam hal ini dianggap telah menambah gerakan.
Almughni Al muhtaj juz 1 halaman 286
(وللمأموم) إذا انتصب ناسياً وجلس إمامه للتشهُّد الأول، أو نهضا سهواً معاً ولكن تذكر الإمام فعاد قبل انتصابه وانتصب المأموم، (العود لمتابعة إمامه في الأصح) لأن المتابعة فرض فرجوعه رجوع إلى فرض لا إلى سنة؛ والثاني: ليس له العود بل ينتظر إمامه قائماً لأنه متلبس بفرض وليس فيما فعله إلاَّ التقدّم على الإمام بركن.
Bughyatu Al Mustarsyidin halaman 27:
(مسألة): إذا ترك المأموم القنوت وهوى للسجود ناسياً لزمه العود، وإن نوى المفارقة أو لحقه الإمام إلى السجود عند (حج) قال: ثم إن تذكر أو علم وإمامه في الاعتدال أو السجود الأول عاد المأموم إلى الاعتدال، أو وقد رفع رأسه من السجدة الأولى وافقه وأتى بركعة بعد سلام إمامه اهـ وقال (م ر) تبعاً للمجموع والتحقيق والجواهر والأنوار: إذا نوى المفارقة أو لحقه الإمام إلى السجود فلا يلزمه العود.
Sebaiknya bagi makmum mengikuti imamnya, Makmum tidak boleh mendahului imamnya dalam gerakan-gerakan sholatnya berdasarkan hadits Nabi SAW: bahwasanya dijadikanya imam agar ia menjadi imam denganya ketaika ia takbir maka bertakbirlah, ketika ia rukuk maka rukuklah dan janganlah kalian menyalahi kepadanya (tidak mengikuti gerakan imamnya). ketika ia (imam) mengucapkan Sami’a allhu liman hamidahu, maka berdoalah Robbana laka al hamdu, ketika imam sujud maka kalian sujudlah, dan jangan mengangkat (dari sujud) sebelum imamnya. Jika makmum bertakbirotul ihrom sebelum imamnya atau bersamaan imamnya maka sholatnya tidak sah karena sholatnya makmum bergantungan dengan sholatnya imamnya sebelum sahnya sholatnya imam maka tidak sah sholatnya makmum jika mendahului atau berbarengan dengan takbirnya imam.
فصل في مُتَابَعَةِ المَأْمُومِ إمَامَهُ: وَيَنْبَغِى لِلْمَأْمُومِ أَنْ يَتْبَعَ الإمَامَ، وَلاَ يَتَقَدَّمَهُ فِي شَيْءٍ مِنَ الأَفْعَالِ، لِمَا رَوَى أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «إنَّمَا جُعِلَ الإمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ، فَإذَا كَبَّرَ، فَكَبِّرُوا، وَإذَا رَكَعَ، فَارْكَعُوا، وَلاَ تَخْتَلِفُوا عَلَيْهِ، فَإذَا قَالَ: سَمِعَ الله لِمَنْ حَمِدَهُ، فَقُولُوا: رَبَّنَا لَكَ الحَمْدُ، وَإذَا سَجَدَ، فَاسْجُدُوا، وَلاَ تَرْفَعُوا قَبْلَهُ» .فَإنْ كَبَّرَ قَبْلَهُ أَوْ كَبَّرَ مَعَهُ لِلإحْرَامِ، لَمْ تَنْعَقِدْ صَلاَتُهُ، لأَنَّهُ عَلَّقَ صَلاَتُهُ بِصَلاَتِهِ قَبْلَ أَنْ تَنْعَقِدَ، فَلَمْ تَصِحَّ،
Jika makmum mendahului imam salah satu rukun sholat seperti rukuk sebelum imam rukuk, sujud sebelum imam sujud hukumnya tidak boleh/tidak sah berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW: apakah tidak khawatir salah satu di antara kalian ketika mengangkat kepalanya sedang imam dalam keadaan sujud Allah akan merubah kepalanya menjadi kepala keledai atau bentuknya seperti bentuk keledai. Oleh karena itu maka wajib kembali bagi makmum yang mendahului gerakan imamnya untuk kembali mengikuti gerakan imamnya, karena kembali dari mendahului gerakan rukun imamnya hukumnya wajib. Namun jika makmum mendahului rukuk imam namun tidak sempat kembali karena imam keburu rukuk maka tidak batal hal semacam ini karena hal ini di anggap mufarroqoh yang sedikit. Tetapi jika makmum mendahului rukuk imamnya, ketika imam rukuk makmum i’tidal, ketika imam i’tidal makmum sujud, hal semacam ini (kejar-kejaran dengan imam) batal sholatnya makmum jika mengetahui keharamanya karena hal ini dianggap mufarroqoh yang banyak, namun jika tidak mengetahui keharamanya maka tidak batal sholatnya namun roka’atnya tersebut tidak terhitung roka’at karena ia tidak mengikuti imamnya dalam urutan gerakan sholat. Jika makmum ruku duluan ketika imam rukuk makmum i’tidal, lalu makmum diam sehingga imam dan makmum berkumpul berada pada posisi berdiri maka hal ini tidak batal sholatnya makmum karena ia mendahului dalam satu rukun yang dianggap mendahului yang sedikit.
وَإنْ سَبَقَهُ بِرُكْنٍ بِأَنْ رَكَعَ قَبْلَهُ أَوْ سَجَدَ قَبْلَهُ، لَمْ يَجُزْ ذَلِكَ؛ لِقَوْلِهِ صلى الله عليه وسلم: «أَمَا يَخْشَى أَحَدُكُمْ، إذَا رَفَعَ رَأْسَهُ وَالإمَامُ سَاجِدٌ؛ أَنْ يُحَوِّلَ الله تَعَالَى رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ، أَوْ صُوَرَتَهُ صُورَةَ حِمَارٍ» .وَيَلْزَمُهُ أَنْ يَعُودَ إلَى مُتَابَعَتِهِ، لأَنَّ ذَلِكَ فَرْضٌ؛ فَإنْ لَمْ يَفْعَلْ حَتَّى لَحِقَهُ فِيهِ، لَمْ تَبْطُلْ صَلاَتُهُ؛ لأَنَّ ذَلِكَ مَفَارَقَةٌ قَلِيلَةٌ. وَإنْ رَكَعَ قَبْلَ الإمَامِ، فَلَمَّا أَرَادَ الإمَامُ أَنْ يَرْكَعَ، رَفَعَ، فَلَمَّا أَرَادَ الإمَامُ أَنْ يَرْفَعَ، سَجَدَ، فَإنْ كَانَ عَالِمَاً بِتَحْرِيمِهِ، بَطَلَتْ صَلاَتُهُ، لأَنَّ ذَلِكَ مُفَارَقَةٌ كَثِيرَةٌ، وَإنْ كَانَ جَاهِلاً بِذَلِكَ، لَمْ تَبْطُلْ صَلاَتُهُ، وَلاَ يُعْتَدُّ لَهُ بِهَذِهِ الرَّكْعَةِ، لأَنَّهُ لَمْ يُتَابِعَ الإمَامَ فِي مُعْظَمِهَا، وَإنْ رَكَعَ قَبْلَهُ، فَلَمَّا رَكَعَ الإمَامُ، رَفَعَ وَوَقَفَ؛ حَتَّى رَفَعَ الإمَامُ وَاجْتَمَعَ مَعَهُ فِي القِيَامِ، لَمْ تَبْطُلْ صَلاَتُهُ؛ لأَنَّهُ تَقَدَّمَ بِرُكْنٍ وَاحِدٍ؛ وَذَلِكَ قَدْرٌ يَسِيرٌ،
Jika imam telah melaksanakan 2 sujudnya sedang makmum masih di posisi berdiri maka ada 2 pendapat:pendapat pertama yaitu batal sholatnya karena telah tertinggal 2 sujud dan duduk di antara dua sujudpendapat ke dua menurut Abu Ishaq hukumnya tidak batal karena ia tertinggal satu rukun yaitu sujud (menurut ibnu ishaq dua sujud dan duduk di antara dua sujud termasuk dalam satu rukun).
وَإنْ سَجَدَ الإمَامُ سَجْدَتَيْنِ، وَهُوَ قَائِمٌ فَفِيهِ وَجْهَانِ: أَحَدُهُمَا: تَبْطُلُ صَلاَتُهُ، لأَنَّهُ تَأَخَّرَ عَنْهُ بِسَجْدَتَيْنِ وَجَلْسَةٍ بَيْنَهُمَا.وَقَالَ أَبُو إسْحَقَ : لاَ تَبْطُلُ، لأَنَّهُ تَأَخَّرَ بِرُكْنٍ وَاحِدٍ، وَهُوَ السُّجُودُ،
Jika imam lupa dalam sholatnya, pertama lupa dalam bacaanya maka bagi makmum mengingatkanya dengan membacakan bacaan yang di baca imam dengan keras agar imam mendengarkanya. Kedua, jika imam lupa dalam gerakan sholatnya maka makmum mengingatkan imamnya dengan membaca tasbih (subhanalloh) agar imam tahu bahwa ia melakukan kesalahan, namun jika imamnya setelah di peringatkan makmum si imam tidak mengikuti peringatan makmum maka bagi makmum tidak boleh mengikuti imamnya jika lupanya imamnya pada meninggalkan fardlu/rukun misal imam tidak rukuk maka wajib bagi makmum rukuk, karena kewajiban bagi makmum mengikuti gerakan imam dalam gerakan-gerakan sholat namun yang di lakukan imam bukanlah gerakan sholat sehingga makmum tidak boleh mengikuti imam.sedang jika yang di tingalkan imam sebab lupa yaitu pada gerakan sunnah seperti tasyahud awwal maka bagi makmum wajib mengikuti imam karena wajib mengikuti imam dan tidak boleh bagi makmum sibuk pada hal-hal sunnah (sedang imam lupa pada hal-hal yang sunnah). Tetapi kalau imam lupa pada salam ke dua atau sujud sahwi maka bagi makmum boleh melakukanya karena kewajiban mengikuti imamnya sudah berakhir.
وَإنْ سَهَا الإمَامُ فِي صَلاَتِهِ؛ فَإنْ كَانَ فِي قِرَاءَة، فَتَحَ عَلَيْهِ المَأْمُومُ؛ لِمَا رَوَى أَنَسٌ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ الله يُلَقِّنُ بَعْضُهُمْ بَعْضاً فِي الصَّلاةِ، وَإنْ كَانَ فِي ذِكْرٍ غَيْرِهِ، جَهَرَ بِهِ المَأْمُومُ؛ لِيَسْمَعَهُ الإمَامُ، فَيَقُولُهُ، وَإنْ سَهَا الإمِامُ فِي فِعْلٍ، سَبَّحَ لَهُ؛ لِيُعْلِمَهُ، فَإنْ لَمْ يَقَعْ لِلإمَامِ أَنَّهُ سَهَا، لَمْ يَعْمَلْ بِقَوْلِ المَأْمُومِ؛ لأَنَّ مَنْ شَكَّ فِي فِعْلِ نَفْسِهِ، لَمْ يَرْجِعْ فِيهِ إلَى قَوْلِ غَيْرِهِ، كَالحَاكِمِ إذَا نَسِيَ حُكْماً، حَكَمَ بِهِ، فَشَهِدَ شَاهِدَانِ عَلَيْهِ؛ أَنَّهُ حَكَمَ بِهِ، وَهُوَ لاَ يَذْكُرُهُ، وَأَمَّا المَأْمُومُ، فَإنَّهُ يُنْظَرُ فِيهِ؛ فَإنْ كَانَ سَهْوُ الإمَامِ فِي تَرْكِ فَرْضٍ؛ مِثْلُ أَنْ يَقْعُدَ، وَفَرْضُهُ أَنْ يِقُومَ، أَوْ يَقُومَ، وَفَرْضُهُ أَنْ يَقْعُدَ، لَمْ يُتَابِعْهُ، لأَنَّهُ إنَّمَا تَلْزَمُهُ مُتَابَعَتُهُ فِي أَفْعَالِ الصَّلاةِ وَمَا يَأْتِي بِهِ لَيْسَ مِنْ أَفْعَالِ الصَّلاةِ، وَإنْ كَانَ سَهْوُهُ فِي تَرْكِ سُنَّةٍ، لَزِمَهُ مُتَابَعَتُهُ؛ لأَنَّ المُتَابَعَةَ فَرْضٌ، فَلاَ يَجُوزُ أَنْ يَشْتَغِلَ عَنْهَا بِسُنَّةٍ، فَإنْ نَسِيَ الإمَامُ التَّسْلِيمَةَ الثَّانِيَةَ، أَوْ سُجُودُ السَّهْوِ، لَمْ يَتْرُكْهُ المَأْمُومُ؛ لأَنَّهُ يَأْتِى بِهِ وَقَدْ سَقَطَ عَنْهُ المُتَابَعَةُ،
Jjika imam dan makmum lupa secara bersama-sama misal dalam tasyahud awwal mereka langsung berdiri tanpa tasyahud awwal dari bangun sujud ke dua, lalu imam ingat sebelum sempurnna berdirinya bahwa ia belum tasyahud awal sedang makmum sudah sempurna berdirinya, dalam hal ini ada 2 pendapat:
1.Tidak boleh kembali bagi makmum karena ia telah melaksan gerakan fardlu yaitu berdiri dari 2 sujud.
2.Makmum kembali untuk mengikuti imamnya tasyahud awal karena mengikuti imam lebih kuat.
Apakah kalian tidak mengettahui bahwasanya ketika mengangkat keppala dari rukuk (i’tidal) atau sujud sebelum imamnya maka ia wajib kembali untuk kembali mengikuti imamnya walaupun ia telah hasil melkasanakan gerakan fardlu.
فَإنْ نَسِيَا جَمِيعاً التَّشَهُّدَ الأَوَّلَ، وَنَهَضَا لِلْقِيَامِ، وَذَكَرَ الإمَامُ قَبْلَ أَنْ يَسْتَتِمَّ القِيَامَ، وَالمَأْمُومُ قَدِ اسْتَتَمَّ القِيَامَ، فَفِيهِ وَجْهَانِ.أَحَدُهُمَا: لاَ يَرْجِعُ؛ لأَنَّهُ قَدْ حَصَلَ فِي فَرْضٍ.وَالثَّانِي: يَرْجِعُ؛ وَهُوَ الأَصَحُّ؛ لأَنَّ مُتَابَعَةَ الإمَامِ آكِدُ؛ أَلاَ تَرَى أَنَّهُ إذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ أَوْ السُّجُودِ قَبْلِ الإمَامِ، لَزِمَهُ العَوْدُ إلَى مُتَابَعَتِهِ، وَإنْ كَانَ قَدْ حَصَلَ فِي فَرْضٍ.
Ibarat di atas terangkum pada kitab al muhadzab juz 1 hal 135
Lihat Tuhfatul Muhtaj 7/50-51:
لَوْ ظَنَّ أَنَّ إمَامَهُ رَفَعَ مِنْ السُّجُودِ فَرَفَعَ فَوَجَدَهُ فِيهِ تَخَيَّرَ
Juga Nihayatul Muhtaj /232:
( وإلا ) بأن كان التقدم بأقل من ركنين سواء أكان بركن أم بأقل أم بأكثر ( فلا ) تبطل صلاته وإن كان عامدا عالما لقلة المخالفة ، وله انتظاره فيما سبقه به كأن ركع قبله ، ويسن الرجوع إليه ليركع معه إن كان متعمدا للسبق جبرا لما فاته ، فإن كان ساهيا به فهو مخير بين انتظاره والعود والسبق بركن عمدا كأن ركع ورفع والإمام قائم حرام
Fokus:
ويسن الرجوع إليه ليركع معه إن كان متعمدا للسبق جبرا لما فاته ، فإن كان ساهيا به فهو مخير بين انتظاره والعود والسبق بركن عمدا كأن ركع ورفع والإمام قائم حرام
Baginya ada 2 pilihan:
1. menanti imam,
2. kembali Sujud
Dalam pilihan antara menunggu atau sujud, lebih baik sujud. Karena mungkin pilihan menunggu itu apabila imamnya tidak terlalu lama dalam sujudnya sehingga menunggunya pun ga kelamaan..
Namun dalam pilihan kembali sujud pun tidak dijelaskan batasannya, apakah fauron/langsung sujud, ataukah diperbolehkan sujud kembali setelah duduk selama beberapa saat. Saya rasa pilihan tersebut ialah apabila si makmum melihat imamnya masih sujud, sehingga makmumnya langsung sujud kembali, jadi belum duduk dalam waktu lama.
Sampai sini, kalo dalam kasus antum dimana sudah lama menunggu dalam duduk, ana cenderung memilih langsung sujud ke-dua dan menunggu imam di sujud kedua. Menurut Imam Ramli hal seperti itu haram, namun menurut Imam Ibn Hajar makruh.
Wallohu a’lam. Semoga bermanfaat.
[Syifa Al’hasanah, Abdullah Afif,Ahamad Bayu].
Sumber Baca Disini
Silahkan baca juga artikel terkait.