Kisah Kusir Dokar Tua, Saksikan Karomah Mbah Abdullah Salam Kajen.
Pada suatu hari, Mbah Abdullah Salam (Mbah Dulah) Kajen Pati diminta ngisi pengajian habis Jum’atan di Desa Margoyoso (Sekitar 3 Km dari Kajen Pati). Biasanya beliau menyewa dokar untuk mengantar ke tempat pengajian.
Selesai menyampaikan pengajian Mbah Dulah pamit, dan saat itu panitia memberi amplop kepada Mbah Dulah seraya mengatakan: “Mbah, ini ongkos untuk naik dokar.”
Jarang-jarang Mbah Dulah menerima amplop dari ceramah pengajian. Namun saat itu panitia dengan bahasa kinayah memberikan bisyaroh kepada Mbah Dulah, dan beliau menerimanya.
Setelah naik dokar, Mbah Dolah memberikan amplop itu kepada pak kusir dokar, yang bernama Pak Gampang.
Baca Juga: Mbah Dullah Salam Kajen, Meneruskan Peran Kewalian Syeikh Mutamakkin
Kontan saja pak Gampang heran seraya mengatakan: “Kok amplopnya tebal Mbah, terlalu banyak buat saya.”
“Betul itu buat sampeyan, tadi panitia bilang, ini untuk ongkos naik dokar Mbah,” Mbah Dulah menjawab.
Hikmah: Begitu wira’i dan menghindari syubhat, Mbah Dulah tidak kerso menerima bisyaroh dari panitia, meskipun itu haknya, hanya karena panitia ketika menyerahkan menggunakan bahasa kinayah. Jarang sekali sekarang kita mendapati sosok alim, hafidz dan wira’i seperti Mbah Dullah.
Lahulfatikhah
Penulis: Fattah Alhajainy.
________________
Semoga artikel Kisah Kusir Dokar Tua, Saksikan Karomah Mbah Abdullah Salam Kajen ini memberikan manfaat untuk kita semua, amiin..
BONUS ARTIKEL TAMBAHAN
Karomah Habib Ali Kwitang, Terlalu Dahsyat untuk Dilogikakan.
Suatu ketika tatkala al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi (Kwitang) sedang mengajar di rumahnya di hadapan muridnya yang cukup banyak, beliau mendengar suara ibunda tercinta, Nyai Salmah: “Li… Ali… Li…”, begitu panggil sang ibu.
Lalu Habib Ali, waktu itu telah berumur lebih dari 60 tahun, langsung saja permisi kepada semua muridnya: “Saya minta ridhanya untuk menemui ibu saya terlebih dahulu.”
Habib Ali pun menemui ibunya. Ternyata sang ibu minta diantarkan ke kamar mandi. Bergegaslah Habib Ali menggendong sang bunda pergi ke kamar mandi. Bukan itu saja, Habib Ali lah yang langsung membersihkan dan menyuci pakaian sang ibu. Meski ada istri tapi Habib Ali tidak mengizinkannya, karena demi bakti beliau terhadap sang ibu. Padahal waktu itu Habib Ali telah dikenal sebagai ulama yang terpandang di tanah Betawi, tetapi beliau bila dipanggil sang ibu tanpa pikir panjang langsung memenuhi panggilan itu.
Ada suatu peristiwa dimana Habib Muhammad, putra Habib Ali, masih kecil sementara Habib Ali sedang dalam rihlah dakwahnya di Negeri Singapura. Dan sang ibu, Nyai Salmah, bertanya pada menantunya yaitu istri Habib Ali: “Mana Ali, putraku?”
Dijawab oleh istri Habib Ali: “Sedang dakwah di Singapura, Umi.”
Dengan spontan sang ibu memerintahkan pada menantunya itu: “Cepat kirim telegram, bilang padanya ibu memanggilnya untuk pulang!”
Langsung dikirimlah telegram itu kepada Habib Ali yang sedang berdakwah di Singapura. Sesampainya telegram itu pada Habib Ali, langsung beliau baca. Setelah dibaca, tanpa basa-basi Habib Ali pun permisi pamit untuk pulang karena sang ibu yang memanggilnya.
Begitulah tanda bakti seorang ulama besar, orang terpandang, panutan umat, al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi terhadap sang bunda tercinta.
Penulis: Sya’roni As-Samfuriy.
*Sumber kisah: Ustadz Antoe Djibrel, Khadim Majelis Ta’lim Kwitang dari Almarhum al-Habib Muhammad bin Ali al-Habsyi).
_____________________
Semoga artikel Karomah Habib Ali Kwitang, Terlalu Dahsyat untuk Dilogikakan ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin..
simak artikel terkait di sini
simak video terkait di sini