Kisah Unik Gus Miek Mendidik Tukang Becak.
Siang itu, terik matahari seakan membakar kulit manusia yang berlalu lalang di jalanan yang akrab disebut jalan Dhoho Kediri. Ya, Dhoho merupakan Pusat Kota Kediri yang selalu menjadi destinasi pelancong dari dalam maupun luar daerah.
Laju becak yang dikayuh sosok separuh baya itu terlihat berjalan pelan, sesekali ia menyeka keringat yang membasahi tubuh dekilnya. Disela-sela pekerjaan mulia itu terjadi sebuah percakapan antara Tukang Becak dan Penumpang.
“Njenengan siyam, Pak? (Anda puasa, Pak?” tanya penumpang becak itu kepada Tukang Becak.
“Nggih kulo siyam (Ya, saya puasa)” sahut Tukang becak.
“Sae, niku!” (Bagus, itu). Puji penumpang.
“Tapi kulo arang Sholat (Tapi saya jarang sholat)”, Aku Tukang Becak.
Si Penumpang terdiam sejenak lalu berkata:” Semestine njenengan kedah njogo sholat, pak (seharusnya anda harus menjaga sholat, pak).”
“Kranten Sholat niku wajib ben dinten (karena sholat itu wajib setiap hari)” imbuh penumpang.
“Tapi kulo panggah siyam, lho pak! (Tapi saya tetap puasa lho pak)” ujar Tukang Becak.
“Nggih, sae niku! ananging sholat niku pondasi pak, mboten saget ditilar. Benten kalih Siyam niku saget ditilar, dikadani kranten udzur, kados njenengan Makaryo abot mbecak niki (Ya, bagus itu! akan tetapi sholat itu pondasi pak, tidak bisa ditinggal. Berbeda dengan puasa itu bisa ditinggal, diqadla’ karena udzur seperti anda bekerja berat (becak) ini.” tukas penumpang itu.
Becak itu pun berhenti di depan gapura Masjid Setono Gedong, lalu si penumpang berkata “Monggo, pak sholat riyen”. Tukang becak itu pun mengangguk dan mengikuti penumpangnya masuk area Masjid.
Selang beberapa waktu ketika media cetak memberitakan seorang Kyai yang gemar berdakwah dengan cara unik (khariqul adah) dari kediri meninggal dunia, tukang becak itu pun terkejut setelah mengetahui foto yang beredar ternyata mirip penumpang yang menasehatinya, ia adalah Gus Miek.
Begitulah sosok Gus Miek, hatinya sangat lembut. Tukang becak itu merasakan betul karomah sosok Gus Miek, menjadi kenangan sepanjang hayatnya.
Demikian Kisah Unik Gus Miek Mendidik Tukang Becak, semoga bermanfaat.
Penulis: Ustadz Mukhlisin.