PERTANYAAN :
Assalamu ‘alaykum Warohmatullohi wabarokatuh. Bismillahirrohmanirrohim. Mohon penjelasan hal berikut :
1.Kenapa ketika wirid ba’da sholat pas giliran membaca Subhanalloh 33 x, alhamdulillah 33 x dan Allohu Akbar 34 x kok kita melirihkan suara (berbisik), sedangkan wirid yang lain kita membacanya biasa saja (sangat diharapkan ada ta’birnya)
2.Menelan SELILIT secara tidak sengaja karena sedang membaca bacaan sholat (misalkan remah-remah kacang) yang sulit untuk dihindari / dihilangkan apakah membatalkan sholat ?
JAWABAN :
Wa’alaikum salam,
1. Saat wirid ba’da sholat pas giliran membaca Subhanalloh 33 x, alhamdulillah 33 x dan Allohu Akbar 34 x kita melirihkan suara (berbisik), sedangkan wirid yang lain kita membacanya biasa saja, tatacara yang demikian memang terdapat dalilnya.
Imam As-Syafi’i dengan mengutip beberapa hadist nabi Muhammad SAW. menyatakan “Dzikir setelah shalat diawali suara keras bertujuan untuk memberitahukan bentuk-bentuk bacaan dzikir yang sedang dibaca, kemudian setelahnya suara dzikirnya dilirihkan.”.
– ‘Umdatul Qoori :
(1) عمدة القاري 6 / 126 .
رفع الصوت بالتكبير عقيب المكتوبة : 13 – يرى جمهور الفقهاء عدم استحباب رفع الصوت بالتكبير والذكر بعد الفراغ من الصلاة وقد حمل الشافعي الأحاديث التي تفيد أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يرفع صوته بالذكر . ومنها حديث : ” ابن عباس رضي الله عنهما قال : كنت أعرف انقضاء صلاة النبي صلى الله عليه وسلم بالتكبير (2) حملها على أن النبي صلى الله عليه وسلم جهر ليعلم الصحابة صفة الذكر لا أنه كان دائما ، وقال الشافعي : أختار للإمام والمأموم أن يذكرا الله بعد الفراغ من الصلاة ويخفيان ذلك إلا أن يقصدا التعليم فيعلما ثم يسرا (1) .
Mayoritas ulama menilai tidak disunahkannya mengeraskan suara takbir dan dzikir setelah shalat lima waktu.Namun Imam as-Syafi’i hafal hadits-hadits Nabi yang menunjukkan bahwa nabi Muhammad SAW juga mengeraskan suaranya saat dzikir, diantaranya hadits yang diriwayatkan Ibn Abbas ra, ia berkata “Aku mengetahui rampungnya shalat Nabi Muhammad SAW dengan takbir” (HR. Bukhori).
Tujuan dzikir takbir dengan suara keras yang dilakukan oleh nabi tersebut untuk memberitahu pada para shahabat sifat-sifat dzikir bukan bahwa nabi menjalani dzikir dengan suara keras selamanya.Imam As-Syafi’i berkata “Aku lebih memilih bagi seorang Imam shalat dan makmumnya untuk berdzikir kepada Allah setelah shalat dengan melirihkan suaranya kecuali bila keduanya bertujuan memberitahukan maka beritahukanlah (dengan suara keras) kemudian pelankanlah suaranya. [ Al-Mausuu’ah al-Fiqhiyyah 13/213 ].
– Syarh Sunan an-Nasaa-i II/42, Hasyiyah as-Suyuuthy wa as-Sanady II/401 :
( بِالتَّكْبِيرِ ) أَيْ لِأَجْلِ جَهْرهمْ بِذَلِكَ قَالَ النَّوَوِيُّ وَهَذَا دَلِيلٌ لِمَا قَالَهُ بَعْض السَّلَف أَنَّهُ يُسْتَحَبّ رَفْع الصَّوْت بِالتَّكْبِيرِ وَالذِّكْر عَقِب الْمَكْتُوبَات وَبِاسْتِحْبَابِهِ قَالَ اِبْن حَزْم مِنْ الْمُتَأَخِّرِينَ قَالُوا أَصْحَاب الْمَذَاهِب الْمَشْهُورَة عَلَى عَدَم الِاسْتِحْبَاب فَلِذَا حَمَلَ الشَّافِعِيّ رَحِمَهُ اللَّه تَعَالَى هَذَا الْحَدِيث عَلَى أَنَّهُ جَهَرَ وَقْتًا لِيُعَلِّمهُمْ صِفَة الذِّكْر لَا أَنَّهُ جَهَرَ بِهِ دَائِمًا قَالَ وَالْمُخْتَار ذِكْر اللَّه سِرًّا لَا جَهْرًا إِلَّا عِنْد إِرَادَة التَّعْلِيم فَيَجْهَر بِقَدْرِ حَاجَة التَّعْلِيم .
– Shohih Bukhoriy dan Hasyiyah Jamal :
صحيح ا لبخاريبَاب الذِّكْرِ بَعْدَ الصَّلَاةِ798 – حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ الْفُقَرَاءُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنْ الْأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَا وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا وَيَعْتَمِرُونَ وَيُجَاهِدُونَ وَيَتَصَدَّقُونَ قَالَ أَلَا أُحَدِّثُكُمْ إِنْ أَخَذْتُمْ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ إِلَّا مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَاخْتَلَفْنَا بَيْنَنَا فَقَالَ بَعْضُنَا نُسَبِّحُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَنَحْمَدُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَنُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ تَقُولُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ حَتَّى يَكُونَ مِنْهُنَّ كُلِّهِنَّ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ
2.حاشية الجمل الجزء 1 صحـ : 436 مكتبة دار الفكرأَمَّا مُجَرَّدُ الطَّعْمِ الْبَاقِي مِنْ أَثَرِ الطَّعَامِ فَلا أَثَرَ لَهُ لانْتِفَاءِ وُصُولِ الْعَيْنِ إلَى جَوْفِهِ وَلَيْسَ مِثْلُ ذَلِكَ الأَثَرُ الْبَاقِي بَعْدَ الْقَهْوَةِ مِمَّا يُغَيِّرُ لَوْنَهُ أَوْ طَعْمَهُ فَيَضُرُّ ابْتِلَاعُهُ لأَنَّ تَغَيُّرَ لَوْنِهِ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ بِهِ عَيْنًا وَيُحْتَمَلُ أَنْ يُقَالَ بِعَدَمِ الضَّرَرِ لأَنَّ مُجَرَّدَ اللَّوْنِ يَجُوزُ أَنْ يَكُونَ اكْتَسَبَهُ الرِّيقُ مِنْ مُجَاوَرَتِهِ لِلأَسْوَدِ مَثَلا وَهَذَا هُوَ الأَقْرَبُ أُخِذَ مِمَّا قَالُوهُ فِي طَهَارَةِ الْمَاءِ إذَا تَغَيَّرَ بِمُجَاوِرٍ اهـ
Tentang Dzikir bersama, ada Hadits shahih riwayat Muslim dan at-Tirmidzi dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri, bahwa Rasulallah bersabda :
مَا مِنْ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ اللهَ إِلاَّ حَفَّتْ بِهِمْ الْمَلاَئِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمْ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Hadits hasan riwayat al-Baihaqi dari Anas bahwa Rasulallah bersabda :
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
2. Bila SELILIT tersebut tertarik dengan sendirinya oleh air ludahnya (bukan karena unsur kesengajaan) dan tidak mampu untuk ia tahan atau meludahkannya (dilepehkan-Java-pent.) maka tidak batal shalatnya, sedang bila ada unsur kesengajaan maka batal karena meskipun hanya berupa SELILIT juga masih berwujud makanan.
– Hasyiyah al-Jamal ala al-Manhaj II/480 :
قلت إلا أن يكون ناسيا للصلاة أو جاهلا تحريمه وعذر معه فلا تبطل بقليلة قطعا والله أعلم وكذا لو جرى ريقه بباقي طعام بين أسنانه وعجز عن تمييزه ومجه كما في الصوم أو نزلت نخامة ولم يمكنه إمساكها انتهت
“Kecuali saat ia lupa sedang menjalani shalat atau tidak tahu yang ma’dzur (diterima syariat akibat ketidak tahuannya) akan keharaman shalat sambil makan maka tidak menjadi batal secara pasti akibat memakan makanan yang sedikit, Wallaahu A’lam, begitu juga tidak batal saat air ludahnya menarik sisa-sisa makanan diantara sela-sela giginya dan ia tidak mampu untuk menahan atau membuangnya (seperti saat hukum puasa) atau keluar dahaknya yang tidak mampu ia tahan. [ Hasyiyah al-Jamal ala al-Manhaj II/480 ].
Tidak batal jika lupa atau tidak tahu akan keharaman makan dalam shalat, seperti lupa, baru memeluk agama islam, tapi jika sengaja maka batal shalatnya. Setiap sesuatu yang ada bentukya(‘ain) dari luar (belum melewati tenggorokan) ketika masuk ke dalam lambung (jauf) maka berbahaya / membatalkan menelannya, selilitan juga merupakan makanan karena ia memiliki bentuk (‘ain) yang berupa makanan, lebih tepatnya sisa makanan yang berada di sela-sela gigi, salah satu yang membatalkan shalat adalah makan dengan sengaja, jika seorang mamakan dalam keadaan lupa atau tidak tahu akan keharaman makan dalam shalat dikarenakan baru masuk islam dan sebagainya maka tidak batal shalatnya, hukum ini sama halnya seperti shalat. [ Kifayatul akhyar 1/124, Hasyiyah jamal 1/426 ]. Wallaahu A’lamu Bis showaab. [Mbah Jenggot II, Awan As-Safaritiyy Asy-syaikheriyy, Masaji Antoro].
Link Diskusi :
www.fb.com/groups/piss.ktb/376422155713932/