Hukum Adzan Di Luar Waktu Shalat

Hukum Adzan Di Luar Waktu Shalat
Hukum Adzan Di Luar Waktu Shalat

Hukum Adzan Di Luar Waktu Shalat

Pertanyaan:

Bacaan Lainnya

Assalamu’alaikum: Hukum adzan Dalam kitab-kitab fiqih disebutkan: sunnah hukumnya adzan untuk orang yang akan bepergian. Contoh: berangkat haji. Pertanyaan: Hukum Adzan Di Luar Waktu Shalat, adakah dalil haditsnya?

Jawaban:

Wa’alaikumsalam. Hukum Adzan Di Luar Waktu Shalat. Meskipun secara nash tidak tertemukan dalil dalam hal ini, kalangan Syafi’iyyah mensunahkan mengumandangkan adzan pada beberapa kondisi di antaranya saat melepas kepergian seseorang. Hal ini karena tidak ada di antara para imam madzhab empat yang menentang keberadaannya.

قَدْ يُسَنُّ الْأَذَانُ لِغَيْرِ الصَّلَاةِ كَمَا فِي آذَانِ الْمَوْلُودِ ، وَالْمَهْمُومِ ، وَالْمَصْرُوعِ ، وَالْغَضْبَانِ وَمَنْ سَاءَ خُلُقُهُ مِنْ إنْسَانٍ ، أَوْ بَهِيمَةٍ وَعِنْدَ مُزْدَحَمِ الْجَيْشِ وَعِنْدَ الْحَرِيقِ قِيلَ وَعِنْدَ إنْزَالِ الْمَيِّتِ لِقَبْرِهِ قِيَاسًا عَلَى أَوَّلِ خُرُوجِهِ لِلدُّنْيَا لَكِنْ رَدَدْته فِي شَرْحِ الْعُبَابِ وَعِنْدَ تَغَوُّلِ الْغِيلَانِ أَيْ تَمَرُّدِ الْجِنِّ لِخَبَرٍ صَحِيحٍ فِيهِ ، وَهُوَ ، وَالْإِقَامَةُ خَلْفَ الْمُسَافِرِ ( قَوْلُهُ : خَلْفَ الْمُسَافِرِ ) يَنْبَغِي أَنَّ مَحَلَّ ذَلِكَ مَا لَمْ يَكُنْ سَفَرَ مَعْصِيَةٍ فَإِنْ كَانَ كَذَلِكَ لَمْ يُسَنَّ ع ش

Terkadang adzan disunahkan dikerjakan bukan untuk waktunya shalat seperti adzan untuk orang yang sedang ditimpa kesusahan, ketakutan, sedang marah, orang atau hewan yang jelek perangainya, saat perang berkecamuk, kebakaran, menurut sebagian pendapat saat mayat diturunkan dalam kuburan dengan mengqiyaskan diberlakukannya adzan saat ia terlahir didunia namun aku menolak yang demikian dalam Syarh al-‘Ubaab, dan saat terdapat gangguan jin dan adzan dan iqamah bagi seseorang yang hendak bepergian. (Keterangan bagi seseorang yang hendak bepergian) semestinya letak kesunahannya bukan pada bepergian yang maksiat bila bepergiannya demikian maka tidak disunahkan. [ Tuhfah al-Muhtaaj V/51 ].

وزاد ابن حجر في التحفة الأذان والإقامة خلف المسافر

Imam Ibn Hajar menambahkan dalam kitab at-Tuhfah adzan dzn iqamah juga dikerjakan bagi seseorang yang hendak bepergian. [ Hasyiyah ar-Rodd al-Mukhtaar I/413 ].

ويسن الأذان والإقامة أيضاً خلف المسافر، ويسن الأذان في أذن دابة شرسة وفي أذن من ساء خلقه وفي أذن المصروع اهــــ ق ل

Dan disunahkan juga adzan dan iqamah bagi seseorang yang hendak bepergian, ditelinga binatang yang jelek perangainya, orang yang jelek akhlaknya dan ditelinga orang yang ketakutan. [ Tuhfah al-Habiib I/893 ].

وَيُسَنُّ الْأَذَانُ وَالْإِقَامَةُ أَيْضًا خَلْفَ الْمُسَافِرِ, وَيُسَنُّ الْأَذَانُ فِي أُذُنِ دَابَّةٍ شَرِسَةٍ وَفِي أُذُنِ مَنْ سَاءَ خَلْقُهُ وَفِي أُذُنِ الْمَصْرُوعِ. ا هـ. ق ل.

Dan disunahkan juga adzan dan iqamah bagi seseorang yang hendak bepergian, ditelinga binatang yang jelek perangainya, orang yang jelek akhlaknya dan ditelinga orang yang ketakutan.  [ Hasyiyah al-Bujairomi V/65 ].

الأذان لغير الصلاة.  هذا ويندب الأذان لأمور غير الصلاة: منها الأذان في أذُن المولود اليمنى عند ولادته، كما تندب الإقامة في اليسرى لأنه صلّى الله عليه وسلم ْذَّن في أذ ُن الحسن حين ولدته فاطمة (2) . ومنها الأذان وقت الحريق ووقت الحرب، وخلف المسافر.

[ ADZAN DI LAIN WAKTU SHALAT ] Dan disunahkan adzan diselain shalat dibeberapa kondisi :

1.Diantaranya ditelinga kanan bayi saat baru dilahirkan sebagaimana disunahkan iqamah ditelinga kirinya karena baginda Nabi SAW mengadzani telinga Hasan saat ia dilahirkan Fathimah,

2.Diantaranya saat kebakaran, saat perang, dan bagi seseorang yang hendak bepergian. [ Al-Fiqh al-Islaam I/635 ].

الأذان لغير الصلاة :

51 – شرع الأذان أصلا للإعلام بالصلاة إلا أنه قد يسن الأذان لغير الصلاة تبركا واستئناسا أو إزالة لهم طارئ والذين توسعوا في ذكر ذلك هم فقهاء الشافعية فقالوا : يسن الأذان في أذن المولود حين يولد ، وفي أذن المهموم فإنه يزيل الهم ، وخلف المسافر ، ووقت الحريق ، وعند مزدحم الجيش ، وعند تغول الغيلان وعند الضلال في السفر ، وللمصروع ، والغضبان ، ومن ساء خلقه من إنسان أو بهيمة ، وعند إنزال الميت القبر قياسا على أول خروجه إلى الدنيا .

وقد رويت في ذلك بعض الأحاديث منها ما روى أبو رافع : رأيت النبي صلى الله عليه وسلم أذن في أذن الحسن حين ولدته فاطمة (1) ، كذلك روي أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : من ولد له مولود فأذن في أذنه اليمنى وأقام في اليسرى لم تضره أم الصبيان (2) . وروى أبو هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : إن الشيطان إذا نودي بالصلاة أدبر (3) . . ” إلخ .

وقد ذكر الحنابلة مسألة الأذان في أذن المولود فقط ونقل الحنفية ما ذكره الشافعي ولم يستبعدوه ، قال ابن عابدين : لأن ما صح فيه الخبر بلا معارض مذهب للمجتهد وإن لم ينص عليه

Adzan Dilain Waktu Shalat

Hukum Adzan Di Luar Waktu Shalat. Pada dasarnya adzan hanya disyariatkan untuk tanda akan shalat hanya saja terkadang disunahkan juga untuk selain shalat dengan tujuan mencari keberkahan, sebagai pelipur atau menghilangkan hal-hal yang tidak disukai.

Ulama yang menilai adzan dapat dipergunakan semacam ini adalah kalangan Syafi’iyyah, mereka berpendapat “Disunahkan adzan ditelingan bayi saat ia dilahirkan, ditelinga orang yang kesusahan sebab dapat menghilangkan kegelisahannya, bagi seseorang yang hendak bepergian, saat kebakaran, saat perang berkecamuk, saat terdapat gangguan jin, saat tersesat dalam perjalanan, untuk orang yang ketakutan, marah, orang atau hewan yang jelek perangainya dan saat mayat diturunkan dalam kuburan dengan mengqiyaskan diberlakukannya adzan saat ia terlahir di dunia.

Dan telah teriwayatkan hadits-hadits mengenai hal tersebut, diantaranya hadits riwayat Abu Rofi’ : “Aku melihat baginda Nabi SAW adzan ditelingan Hasan saat ia dilahirkan oleh Fathimah” (HR. At-Tirmidzi)

Juga hadits bahwa Nabi SAW bersabda “Barangsiapa terlahirkan anak untuknya, kemudian ia adzan ditelinga kanannya dan iqamah ditelinga kirinya maka tidak akan membahayakan bagi anaknya gangguan Ummu as-Shibyaan/Jin wanita yang suka mengganggu anak kecil.” (HR. Abu Ya’la dan al-Baehaqi).
Abu Hurairah ra juga meriwayatkan sebuah hadits bahwa nabi SAW bersabda “Sesungguhnya syetan saat dikumandangkan seruan shalat akan menyingkir….. dst” (HR. Mutafaq ‘Alaih).

Hukum adzan, kalangan Hanabilah memberlakukan adzan diselain shalat hanya untuk anak yang baru dilahirkan sedang kalangan Hanafiyah juga menukil keterangan Imam Syafi’i mengenai hal tersebut dan mereka juga tidak menentangnya. Ibn ‘Aabidiin berkata “Karena keautentikan khabar yang tidak terdapat pertentangan berarti menjadi aliran keyakinan bagi para mujtahid meskipun tidak terdapati dalil nash tentangnya”. [ Al-Mausuu’ah al-Foqhiyyah II/372 ].

وفي حاشية البحر للخير الرَّمْلي : رأيت في كتب الشَّافعية أنه قد يسن الأذان لغير الصلاة، كما في أذن المولود، والمهموم، والمصروع، والغضبان، ومن ساء خلقه من إنسان أو بهيمة، وعند مزدحم الجيش، وعند الحريق، قيل وعند إنزال الميت القبر قياساً على أول خروجه للدنيا، لكن رده ابن حجر في شرح العباب، وعند تغوّل الغيلان، أي عند تمرد الجن لخبر صحيح فيه. أقول؛ ولا بعد فيه عندنا ا هـ: أي لأن ما صح فيه الخبر بلا معارض فهو مذهب للمجتهد وإن لم ينص عليه، لما قدمناه في الخطبة عن الحافظ ابن عبد البرّ ، والعارف الشعراني عن كل من الأئمة الأربعة أنه قال: إذا صح الحديث فهو مذهبي، على أنه في فضائل الأعمال يجوز العمل بالحديث الضعيف كما مر أول كتاب الطهارة، هذا، وزاد ابن حجر في التحفة الأذان والإقامة خلف المسافر. قال المدني : أقول: وزاد في شرعة الإسلام لمن ضل الطريق في أرض قفر: أي خالية من الناس. وقال المنلا علي في شرح المشكاة: قالوا: يسن للمهموم أن يأمر غيره أن يؤذن في أذنه فإنه يزيل الهم، كذا عن عليّ رضي الله عنه، ونقل الأحاديث الواردة في ذلك فراجعه ا هـ.

Dalam Hasyiyah al-Bahr Li al-khair ar-Ramly tersirat : “Aku melihat dibeberapa kitab syafi’iyyah tertulis, sesungguhnya adzan terkadang diunahkan diselain shalat seperti adzan ditelingan anak, ditelingan orang yang kesusahan, ketakukan, marah, orang atau hewan yang jelek perangainya, saat perang berkecamuk, kebakaran, menurut sebagian pendapat saat mayat diturunkan dalam kuburan dengan mengqiyaskan diberlakukannya adzan saat ia terlahir didunia namun aku menolak yang demikian dalam Syarh al-‘Ubaab, dan saat terdapat gangguan jin dan adzan dan iqamah bagi seseorang yang hendak bepergian”.

Aku (Imam Romly) berkata : “Yang demikian bagi kami tidaklah asing, karena keautentikan khabar yang tidak terdapat pertentangan berarti menjadi aliran keyakinan bagi para mujtahid meskipun tidak terdapati dalil nash tentangnya, sebagaimana khutbah pembukaan kitab yang kami ambil dari al-Hafidh Ibn Abdil Bar dan al-‘Arif as-Sya’roni dari masing Imam Madzhab empat menyatakan “Bila sebuah hadits dinyatakan shahih berarti menjadi madzhab kami, hanya saja dalam hal keutamaan-keutamaan amal diperbolehkan amal dengan bersandar pada hadits dhaif seperti urauan kami di bab THOHARAH”.

Ibn Hajar dalam at-Tuhfah menambahkan “Dan sunah adzan serta iqamah dibelakang orang yang bepergian”.
al-Madani berkata “Dan dalam Kitab Syar’ah al-Islam terdapat tambahan, dan bagi orang yang tersesat jalan didaerah terpencil”.
al-Manlaa ‘Ali dalam Syarh al-Misykaat berkata “Ulama berfatwa, bagi orang yang sedang kesusahan disunahkan memerintahkan untuk mengumandangkan adzan ditelinganya karena yang demikian dapat menghilangkan rasa sedihnya, demikian yang diambil dari sahabat Ali ra. [ Hasyiyah ar-Rodd al-Mukhtaar I/413 ].

Manfaat dan Tata Cara Adzan di Selain Shalat

وَمِمَّا جُرِّبَ أَنَّ الْأَذَانَ فِي أُذُنِ الْمَحْزُونِ يَصْرِفُ حُزْنَهُ, وَإِذَا أُذِّنَ خَلْفَ الْمُسَافِرِ رَجَعَ, وَإِذَا أُذِّنَ فِي أُذُنِ مَنْ خُلُقُهُ سَيِّئٌ حَسُنَ خُلُقُهُ, وَمِمَّا جُرِّبَ لِحَرْقِ الْجِنِّ أَوْ يُؤَذِّنُ فِي أُذُنِ الْمَصْرُوعِ سَبْعًا, وَيَقْرَأُ الْفَاتِحَةَ سَبْعًا, وَيَقْرَأُ الْمُعَوِّذَتَيْنِ وَآيَةَ الْكُرْسِيِّ وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ, وَآخِرَ الْحَشْرِ وَالصَّافَّاتِ, وَإِذَا قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ سَبْعًا عَلَى مَاءٍ, وَرَشَّهُ عَلَى وَجْهِ الْمَصْرُوعِ فَإِنَّهُ يُفِيقُ

Termasuk yang dapat dicoba dijalankan :

1. Adzan di telinga orang yang kesusahan menghilangkan kesedihannya

2.Adzan di belakang orang yang bepergian ia akan kembali

3.Adzan di telinga orang yang tabiatnya akan membaik akhlaknya

4.Juga dapat dicoba untuk membakar JIN atau orang yang ketakukan sebanyak tujuh kali, membaca al-Fatihah 7X, surat al-Mu’awwidzatain 7X, Ayat Kursi dan Was Samaa-i Wat Thooriq, akhir surat al-Hasyr dan as-Shooffaat..

5.Bila ayat kursi dibaca 7X pada air kemudian dipercikkan diwajah orang yang ketakutan, Insya Allah ia akan segera sadar.  [ Mathoolib Ulin Nuha III/11 ].

ومن فضائل الأذان أنه لو أذن خلف المسافر فإنه يكون في أمان إلى أن يرجع. وإن أذن في أذن الصبي وأقيم في أذنه الأخرى إذا ولد فإنه أمان من أم الصبيان وإذا وقع هذا المرض أيضاً وكذا إذا وقع حريق أو هجم سيل أو برد أو خاف من شيء كما في «الأسرار المحمدية» والأذان إشارة إلى الدعوة إلى الله حقيقة والداعي هو الوارث المحمدي يدعو أهل الغفلة والحجاب إلى مقام القرب ومحل الخطاب فمن كان أصم عن استماع الحق استهزأ بالداعي ودعوته لكمال جهالته وضلالته ومن كان ممن ألقى السمع وهو شهيد يقبل إلى دعوة الله العزيز الحميد وينجذب إلى حضرة العزة ويدرك لذات شهود الجمال ويغتنم مغانم أسرار الوصال

Hukum adzan, diantara keutamaan adzan adalah, sesungguhnya bila dikumandangkan dibelakang orang yang bepergian sesungguhnya ia akan aman hingga kembali pulang, bila dikumandangkan ditelinga bayi dan diiqamahkan ditelinga lainnya saat dilahirkan maka ia akan aman dari gangguan Ummi Syibyaan, begitu juga saat terdapat orang sakit, kebakaran, bercucuran keringat dingin, atau takut akan sesuatu seperti keterangan yang diambil dari kitab al-Asraar al-Muhammadiyyah.

Hukum adzan, adzan hakikatnya adalah ajakan pada Allah, yang menyeru adalah pewaris ajaran Muhammad, mengajak orang-orang yang lalai, tertutup untuk mendekat dan merapat pada hadratillah. Barangsiapa yang tuli mendengarkan kebenaran maka ia akan mentertawakan seruan dan penyerunya sebab kebodohan dan kesesatannya sudah dalam tahapan yang sempurna. Tapi barangsiapa yang dapat tersentuh pendengarannya dan ia bersaksi maka ia akan menerima ajakan Allah, merapat kehadhirat-Nya, menemukan kelezatan kesaksian kesempurnaan serta meraih rahasia-rahasia wushul (sampai) dihadhirat Allah. [ Ruuh al-Bayaan II/361 ]. Wallaahu A’lamu Bis Showaab. [Masaji Antoro].

Demikian ulasan Khusus terkait Hukum Adzan Di Luar Waktu Shalat. Semoga bermanfaat.

Sumber baca di sini. Artikel terkait silahkan baca di sini

Pos terkait