Kisah Karomah Ibunda Gus Maksum Lirboyo Kediri
Para santri Lirboyo awal 90 an, mungkin banyak yang menyaksikan: Saking ta’dhimnya pendiri Pagar Nusa dan Gasmi; al-Marhum al-Maghfurlah Mbah Yai Maksum Jauhari pada Ibundanya, Bu Nyai Aisyah. Waktu berjalan dengannya, walau melewati banyak santri, beliau Mbah Yai Maksum selalu berjalan pelan dibelakang ibunya dengan menunduk, hormat sekali.
Padahal, semua santri, kok tahu ada al-Mukarram Mbah Yai Maksum, langsung semburat menjauh, karena hormat. Namun, penghormatan luar biasa ribuan santri tidak menyurutkan hormat beliau pada Ibundanya. Ya Allah.
Ini kisah dari almarhum ayah saya:
“Pada waktu luang. Kadang aku membantu bersih-bersih ndalem Mak Sah (Panggilan al-Marhumah Bu Nyai Aisyah/Ibunda al-Mukarram Mbah Yai Maksum Jauhari). Yah, nyapu, cuci piring dan sebagainya,” kata Ayah, lalu Beliau melanjutkan perkataannya, sambil mengingat-ingat kejadian puluhan tahun lalu:
“Waktu itu. Ada beberapa orang yang mengirimkan beras satu sak besar. Dan diletakkan di depan ndalem. Karena kebetulan yang berada di ndalem hanya aku. Mak Sah menyuruhku mengangkatkan beras sekwintal tersebut. Heh heh heh … Lha tanpa ada yang mengangkatkan ke atas punggung, kan aku tidak kuat, to?! Melihatku tidak kuat mengangkat, Mak Sah tertawa kecil, dawuhnya, ingat sekali aku: ‘Ealah to, Kang, Kang. Cah lanang kok rak kuat ngangkat beras sak sak’, lalu beliau mendekatiku dan mengangkat beras itu sendirian, dan cuma di jinjing satu tangan, seperti bawa sayuran!”
Lahumal Faatihah …
Tanpa mengurangi rasa ta’dhim. Kisah ini hamba sampaikan, mugi sedantenipun berkenanย ๐๐๐๐
***
Alhamdulillah angsal kisah lagi dari alkarim ibnul karim Agus H. Adibussoleh Anwar bin almukarram KH. Anwar Manshur Lirboyo:
“Suatu ketika Mbah Sah memanggil pengurus PULP (seksi perlistrikan) untuk memperbaiki aliran listrik ndalem beliau yang putus.
Karena tidak bawa alat, pengurus tersebut izin Mbah Sah untuk mengambilnya di kantor. Tapi beliau tidak mengizinkan dan menyuruh agar menyambung kabel dengan tangan kosong.
Dan subhanalloh, lampu langsung menyala dan pengurus tersebut tidak merasakan adanya sengatan listrik sedikitpun.
Saking girangnya kebal setrum, pengurus tersebut memberanikan diri mencoba memegang kabel yang teraliri setrum di kantornya. Eee… dia pun dibuat hampir pingsan gara gara sengatan listrik.
Pengurus tersebut akhirnya menyadari bahwa kebalnya tidak permanen dan itu semua karena karomah Mbah Sah.”
“Dan ketika Mbah Sah wafat, Mbah Maksum dawuh: ‘Setengah kekuatanku hilang’. Dan ini wajar, karena setiap kali Mbah Maksum bimbang ketika menghadapi masalah, maka Mbah Sah-lah yang selalu mensupport dan meyakinkan Mbah Maksum…”
Alfaatihah …
Demikian Kisah Karomah Ibunda Gus Maksum Lirboyo Kediri. Semoga Bermanfaat.
Penulis: Robert Azmi, tinggal di Nganjuk.