PERTANYAAN :
Assalamu’alaikum, BUMI PISS, pertanyaan ini Pindahan dari sahabat sebrang karena ga ada yang bisa termasuk Saya, saya suguhkan buat sahabat PISS siapa tau ada yang mengerti, sering kali dia si cemplon memperhatikan ada sholat berjamaah, imam membalikan badan setelah selesai sholat ketika zikir, terkadang diputara 90 derajat tetapi kadang ada yang berputar 180 derajat menghadap kepada makmum. Kalau memang ada dasar syariahnnya berapa lamakah imam harus menggeser atau memurat tubuhnnya ? Apakah salam langsung putar atau baca-baca dulu ? bahkan si cemplon perhatikan begitu imam memutar arah banyak jamaah yang bergeser barisannya lalu pindah posisi ( ni ga tau posisis menghadap ke mana jama’ahnnya ), adakah tuntunan dari hukum fikihnnya ? adakah dalil-dalil hadisnya yang memerintahkan hal itu ? dan mohon dijelaskan hikmah prakteknya… terimakasih banyak sesudah dan sebelumnnya. [Kuntari Nisaul Marisa].
JAWABAN :
Wa’alaikumussalam. Sunnat bagi imam setiap selesai shalat menghadap ke makmum, baik pun ke arah kanan atau kiri. bahkan makruh apabila tidak melaksanakannya sebab kalau imam masih tetap ditempatnya menghadap kiblat takut disangka masih dalam keadaan sholat. Perkiraan jarak antara selesai shalat dan menghadap makmum adalah perkiraan bacaan Allahumma antassalaam dst…..
سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى صَلَاةً أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ
Samurah ra berkata, “Nabi saw apabila telah selesai mengerjakan shalat beliau menghadapkan mukanya kepada kami”. (HR. Bukhori).
روي عن عائشة أن ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻥ ﺇﺫﺍ ﻓﺮﻍ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻻ ﻳﻤﻜﺚ ﻓﻲ ﻣﻜﺎﻧﻪ ﺇﻻ ﻣﻘﺪﺍﺭ ﺃﻥ. ﻳﻘﻮﻝ : ( ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻧﺖ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻭﻣﻨﻚ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﺗﺒﺎﺭﻛﺖ ﻳﺎ ﺫﺍ ﺍﻟﺠﻼﻝ ﻭﺍﻹﻛﺮﺍﻡ )
Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Nabi Saw ketika selesai Shalat tidak menetap pada tempat duduknya, kecuali pada perkiraan bacaan (Allaahumma antassalaam wa minkassalaam tabaarokta yaa dzal-jalaali wal-ikroom), kurang lebih 10 detik.
Pergeseran makmum sebelum Imam hukumnya Makruh, disunnahkan tetap diam yakni bergeser setelah pergeseran Imam, ada yang berpendapat tidak makruh, sebagaimana dalam Hasyiha Asy-Syarwani :
وَأَنْ يَمْكُثَ الْمَأْمُومُ فِي مُصَلَّاهُ حَتَّى يَقُومَ الْإِمَامُ مِنْ مُصَلَّاهُ إنْ أَرَادَهُ عَقِبَ الذِّكْرِ وَالدُّعَاءِ إذْ يُكْرَهُ لِلْمَأْمُومِ الِانْصِرَافُ قَبْلَ ذَلِكَ حَيْثُ لَا عُذْرَ لَهُ بَافَضْلٍ مَعَ شَرْحِهِ قَالَ الْكُرْدِيُّ عَلَيْهِ وَظَاهِرُ كَلَامِهِ فِي الْإِيعَابِ أَنَّ انْصِرَافَهُ قَبْلَ الْإِمَامِ خِلَافُ الْأَوْلَى لَا الْكَرَاهَةُ اهـ.
Dijelaskan oleh ibnu hajar dalam fathul bari syarah SHAHIH BUKHARI Bab Doa setelah shalat
أَنَّ الْمُرَادَ بِالنَّفْيِ الْمَذْكُورِ نَفْيُ اسْتِمْرَارِهِ جَالِسًا عَلَى هَيْئَتِهِ قَبْلَ السَّلَامِ إِلَّا بِقَدْرِ أَنْ يَقُولَ مَا ذَكَرَ
tepatnya pada kalimat :
عَلَى هَيْئَتِهِ قَبْلَ السَّلَامِ
Sesungguhnya yang dimaksud dengan pencegahan tersebut adalah mencegah tetapnya duduk dengan bentuk duduk sebelum salam, kecuali kira-kira bacaan dzikir tersebut. Wallohu a’lam. [Ibnu Toha].
Link Asal :
www.fb.com/groups/piss.ktb/397905743565573/